Monday 30 January 2017

hakikat

*MELIHAT TUHAN*
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu:
Bahwa Sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam: "Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat Tuhan kami pada Hari Kiamat?"
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: "Apakah kalian terhalang melihat bulan di malam purnama?" Para sahabat menjawab: "Tidak, wahai Rasulullah."
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: "Apakah kalian terhalang melihat matahari yang tidak tertutup awan?" Mereka menjawab: "Tidak, wahai Rasulullah."
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: "Seperti itulah kalian akan melihat Allah. Barang siapa yang menyembah sesuatu, maka ia mengikuti sembahannya itu. Orang yang menyembah matahari mengikuti matahari, orang yang menyembah bulan mengikuti bulan, orang yang menyembah berhala mengikuti berhala. Tinggallah umat ini, termasuk di antaranya yang munafik.
Kemudian Allah datang kepada mereka dalam bentuk selain bentuk-Nya yang mereka kenal, seraya berfirman: "Akulah Tuhan kalian." Mereka (umat ini) berkata: "Kami berlindung kepada Allah darimu. Ini adalah tempat kami, sampai Tuhan kami datang kepada kami. Apabila Tuhan datang, kami tentu mengenal-Nya." Lalu Allah Taala datang kepada mereka dalam *BENTUK-Nya* yang telah mereka kenal. Allah berfirman: "Akulah Tuhan kalian." Mereka pun berkata: "Engkau Tuhan kami." Mereka mengikuti-Nya. Dan Allah membentangkan jambatan di atas Neraka Jahanam. Aku (Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam) dan umatkulah yang pertama kali melintas. Pada saat itu, yang berbicara hanyalah Para Rasul. Doa Para Rasul saat itu adalah: "Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah."
Lalu Pertanyaannya bagaimana Mengenal wujud-Nya di Akhirat, bila di dunia tidak Mengenal-Nya?
Tirmidzi meriwayatkan melalui jalur sanad al-Hakam ibn Abban dari Ikrimah bahwa Ibnu Abbas r.a, berkata; "Muhammad SAW telah Melihat Tuhannya." Aku (Ikrimah) bertanya kepada Ibnu Abbas; Bukankah Allah berfirman;
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata?" (Qs. Al An'am:103) Dia (Ibnu Abbas r.a) menjawab; "Dasar kamu! Ketika Dia menampakkan diri dalam Wujud Cahaya-Nya yang mana Dia sendiri adalah Cahaya-Nya, maka beliau telah melihat Tuhannya dua kali."
Muslim meriwayatkan bahwa Abu Dzarr r.a bertanya kepada Nabi SAW mengenai hal ini; Apakah Tuan Melihat Tuhan, Lantas beliau menjawab, Adalah suatu Cahaya yang aku lihat.
Imam Ahmad pun meriwayatkan dari Abu Dzar r.a bahwa Rosulullah SAW bersabda; "Aku melihat Suatu Cahaya."
Qs.41:53; "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda tanda Kami di segenap alam dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Dia itu Haq (benar adanya)."
Alam semesta dan diri kita adalah tanda tanda Nya, dan tanda terbesar adalah dengan Wujud Nur.
Melihat Allah dalam tanda Wujud Nur adalah tanda terbesar di sidrotil muntaha (perjalanan terakhir).
Allah berfirman; Qs. An Najm 53:18-20 ; "Sungguh, dia (Muhammad SAW) Telah Melihat tanda Tuhannya yang Paling Besar. Maka apakah kamu patut menganggap (Tuhan) Al Lata dan Al - Uzza, dan Manat, yang ketiga yang paling kemudian (sebagai Tuhan).
Dari hadits Abu Dzar maka tanda yang dilihat Nabi Muhammad SAW di Sidrotul Muntaha (Perjalanan Terakhir) adalah Cahaya-Nya. Dan ketika Nabi sudah Melihat Tanda Tuhannya maka apakah kamu patut menganggap Tuhan yang lain Al Lata, Al Uzza, dan Manat.
#TintaSufi
🌸Abu Syathir🌸
👇👇👇
Jom Follow kami di Telegram.
https://telegram.me/TintaSufi

No comments:

Post a Comment