Sunday, 8 January 2017

CARI ALLAH

MENCARI ALLAH
Mencari Allah itu bukan di dalam gua, bukit, masjid, surau, dan bukan di Mekah atau di negeri China.
Tempat mencari Allah itu, ada di dalam diri masing-masing. Belajarlah mengenal diri (roh) agar Allah dapat kita kenal dengan terang dan nyata.
Manakala tanggungjawab dan janji Allah kepada kita sebagai hamba-hambaNya Dia tidak sekali-kali menganiayai hamba-hambaNya.
Kita tidak perlu takut kepada Allah, kerana Allah itu maha pemurah, maha pengasih, dan maha penyayang.
Tidak pendendam. Tidak pembohong, tidak pendusta, dan tidak mungkir dengan janjinya dan tidak akan menganiaya hamba-hamba nya, asal saja kita, tidak mensekutukan, mensyarikatkan dan syirik kepadaNya.
Bagaimana Untuk Menzahirkan Allah?
Untuk menzahirkan Allah, adalah dengan cara membinasakan sifat makhluk, termasuk perbuatan, nama, sifat, dan zatnya.
Apabila sifat makhluk sudah binasa, barulah sifat Allah terzahir. Selagi ada sifat makhluk, selagi itulah Sifat Allah tidak akan dapat kita zahirkan dan tidak dapat kita pandang.
Setelah semua makhluk yang bersifat baharu ini dibinasakan dan dikembalikan kepada Allah, barulah dengan sendirinya sifat Allah itu akan terzahir di permukaan hati kita.
Wajah Allah itu akan ternyata, terlihat, dan terpandang oleh hati, apabila sifat makhluk telah bertukar wajah, dari wajah makhluk kepada wajah Allah.
Selagi adanya sifat diri kita dan selagi adanya sifaf makhluk, selagi itulah sifat Allah tidak akan dapat dilihat, dipandang dan tidak akan dapat terzahir di persada alam.
Seumpama Nabi Musa melihat kepada Bukit Tursina, apabila sifat bukit yang dipandang itu masih terlihat berwajah bukit , wajah Allah tidak dapat dipandang. Seolah-olah ianya terhijab dan terselindung di sebalik sifat bukit itu.
Tetapi apabila sifat bukit yang dilihat itu tidak lagi kelihatan berwajah bukit, sudah terlebur dan binasa, di situlah wajah Allah akan dapat terlihat dan terpandang oleh mata hati kita.
Begitu juga apabila kita terserempak dengan harimau yang garang, apabila kita masih beranggapan yang harimau itu bersifat haiwan yang garang, kita akan berperasaan takut dan cemas.
Sebaliknya jika kita anggap atau pandang sifat harimau sebagai wajah Allah, yang sama dengan wajah-wajah sekalian makhluk lainnya, sifatnya yang garang itu akan bertukar menjadi lemah.
Setelah sifat makhluk tidak lagi kelihatan pada pandangan kita, barulah wajah Allah boleh dilihat dipandang dan digambarkan dengan sejelas-jelas dan nyata melalui pandangan mata hati.
Di situlah nantinya apa yang kita pandang itu akan nampak Allah besertanya.
Selepas sifat makhluk terpadam, karam, dan hilang ghaib di dalam wajah Allah, semua wajah makhluk yang kita lihat akan terpandang wajah Allah.
Pandang pada sifat harimau, akan ternampak wajah Allah. Pandang sifat bukit, akan ternampak wajah Allah. Dan pandang pada sifat diri kita sendiri, akan terzahir wajah Allah.
Malahan Allahlah yang meliputi sekalian alam. Di situlah nantinya barang ke mana dan barang apa yang kita lihat, akan terpandang dan terlihat wajah Allah bersamanya.
Mengenal diri itu, setelah tidak lagi tahu adanya diri. Mengenal Allah itu, setelah tidak lagi tahu adanya makhluk. Ingatkan Allah itu, setelah tidak lagi tahu adanya ingatan kepada makhluk.
Tahu Allah itu, setelah tidak lagi tahu makhluk.
Adanya Allah itu, setelah tidak adanya lagi makhluk.
Jika masih ada (wujud) perkara selain Allah, itulah mereka yang dalam berkedudukan syirik. Sedang syirik itu adalah dosa yang tidak diampunkan oleh Allah.
Oleh itu, jauhilah syirik dengan membinasakan makhluk! Setelah makhluk binasa, itulah tanda Allah itu Esa, setelah Esanya Allah itu, barulah terzahir dan ternyatanya Allah Taala di persada alam.
Ingat kepada Allah, setelah lupa kepada makhluk. Selagi ingatan kita masih ingat kepada makhluk, itulah tanda kita lupa kepada Allah.
Inilah sebenar-benar pengertian ingat (zikir) kepada Allah. Ingat kepada Allah itu, seumpama diri di waktu tidur. Di kala kita sedang tidur, anggota mulut, akal, ikhtiar, kehendak dan seluruh anggota jasad kita juga turut lupa kepada makhluk.
Lupa kepada makhluk, itulah cara dan kaedah ingat kepada Allah.
"Allah menggengam roh ketika mati dan ketika tidurmu". [Q.S. Az-Zumar : 42]
Setelah kita berjaya berserah diri semasa belum tidur, bila mana ketika sedang tidur, dengan sendirinya kita dikatakan selamanya berada dalam keadaan berserah diri. Apa lagi ketika jaga.
Sebenarnya diri kita ini adalah tergantung dan terserah kepada Allah Taala. Apabila kita telah sampai ke tahap penyerahan yang hakiki atau yang sebenar, ianya akan menjadikan diri kita kosong atau fana dan kosong itulah sebenarnya diri kita.
Selagi belum jadi kosong fana, itu bukan diri. Belum kenal diri. Jika belum kenal diri, manakan boleh mengenal Allah.
Sebutan Nama Allah yang kosong (tanpa kehadiran rasa), adalah permainan bibir yang kotor, sesat lagi menyesatkan. Allah itu wujud (ujud dan maujud pada segala sesuatu) kenapa ingatan kepada Allah, tidak dapat dizahirkan melalui sesuatu?
Firman Allah yang bermaksud :
"Mereka mengatakan dengan mulutnya barang yang tiada di dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui daripada apa yang mereka sembunyikan"
Kebanyakan kita berzikir hanya menyebut-nyebut nama Allah dengan mengira jumlah sebutan itu. Ingat atau zikir kepada Allah bukan sekadar menyebut nama Allah, sekadar menyebut nama Allah budak seusia 3 tahun pun boleh, malah burung tiung yang diajar untuk menyebut nama Allah pun boleh!
Zikir atau ingat kepada Allah itu hanya akan diterima Allah, apabila ianya terkeluar dari bibir mereka-mereka yang mengenal Allah.
Apabila perkataan "Allah" terkeluar dari mulut orang yang tidak mengenal Allah (jika guna pembesar suara sekalipun) ianya tidak mendatangkan apa-apa makna pun.

No comments:

Post a Comment