Thursday 25 January 2018

hi m

📋 SEBUAH KISAH YANG MEMBUAT KULIT MERINDING
 Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah menyebutkan dalam kitab _At-Tawwaabun_:
 Dari Abdul Wahid bin Zaid, beliau berkata,
"Kami pernah berlayar di atas sebuah kapal. Lalu angin laut menghempaskan kami ke sebuah pulau. Kemudian kami turun. Tiba tiba ada seseorang yang sedang beribadah kepada sebuah patung. Kami pun menemuinya dan berkata kepadanya,
"Wahai pemuda, siapakah yang sedang kamu sembah?" Lalu dia menunjuk kepada sebuah patung berhala. Kami pun mengatakan, "Kalau ini bukan tuhan yg boleh disembah."
Dia pun berkata, "Kalau kalian, siapa yang kalian sembah ?" Kami menjawab, "Kami menyembah Allah." Dia menjawab, "Apa itu Allah." Kami mengatakan, "Allah adalah yang Arsy-Nya ada di langit, Dia menguasai bumi dan ketetapan-Nya berlaku bagi makhluk, baik yg hidup ataupun yang mati."
"Lalu bagaimana Dia memberitahu kalian akan hal itu?" Tanya dia. Kami menjawab, "Rabb Yang Maha Merajai lagi Maha Agung, Maha Pencipta yang Mulia menganugerahkan kepada kami seorang Rasul yang mulia, dan Rasul itulah yang mengabarkan kepada kami."
"Lalu apa yang dilakukan Rasul tersebut?" Tanyanya. Kami menjawab, "Menyampaikan risalah (ajaran Allah). Lalu Allah mewafatkannya."
"Apakah dia meninggalkan sebuah tanda untuk kalian?" Tanyanya. "Ya." Jawab kami.
"Apa yang dia tinggalkan?" Tanyanya lagi. Kami menjawab, "Beliau meninggalkan untuk kami sebuah kita suci dari Rabb Yang Maha Memiliki."
"Tunjukkan kepadaku kitab dari Rabb kalian itu." Pintanya.
"Biasanya kitab-kitabnya para Raja itu bagus-bagus." Timpalnya lagi. Lalu kami memberikan kepadanya mushaf Al-Qur'an. Dia berkata, "Aku tidak tahu apa ini."
Lalu kami membacakan kepadanya sebuah surat dari Al-Qur'an. Ketika kami sedang membacanya tiba-tiba dia menangis dan terus menangis sampai kami selesai membaca hingga akhir surat.
Dia berkata, "Pemilik perkataan ini seharusnya tidak boleh ditentang dan dimaksiati."
Kemudian dia masuk Islam lalu kami mengajarkan syari'at-syari'at Islam dan surat-surat dari Al-Qur'an.
Lalu kami pun membawanya ke atas kapal kami untuk melakukan pelayaran lagi. Ketika kami sedang dalam pelayaran dan malam yang gelap telah menyelimuti dan kami telah bersiap-siap untuk tidur, dia berkata, "Wahai kaum, Sesembahan yang kalian tunjukkan kepadaku apakah Dia tidur ketika gelap di malam hari?"
Kami menjawab, "Tidak wahai hamba Allah. Dia Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri yang Selalu Mengurus Makhluk-Nya dan Maha Agung yang tidak pernah tidur."
Dia mengatakan, "Kalau begitu kalian adalah hamba-hamba yang buruk. Kalian tidur dalam keadaan Sesembahan kalian tidak tidur."
Lalu dia pun beribadah dan meninggalkan kami tidur.
Ketika kami sudah tiba di neg
eri kami maka aku berkata kepada teman-temanku, "Ini adalah orang yang baru masuk Islam dan orang yang asing di negeri kita."
Lalu kami mengumpulkan dinar dan dirham untuknya dan kami berikan kepadanya. Dia berkata "Untuk apa ini?"
Kami berkata, "Ini adalah harta yang dapat engkau gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu."
Dia menjawab, "Laa ilaha illallah, dahulu aku tinggal di sebuah pulau di tengah lautan dan menyembah selain-Nya namun Dia tidak membuat hidupku sengsara. Apakah Allah akan membuat hidupku menjadi sengsara setelah aku mengenal-Nya (dan menyembah-Nya)...!?"
Lalu dia pergi dan mencari kerja untuk dirinya sendiri. Setelah itu dia menjadi orang shaleh yang terkenal sampai dia wafat."
*[Kitab _At-Tawwaabun_ karya Ibnu Qudamah rahimahullah, hal. 179]*
1. Pentingnya mendakwahkan tauhid dan melarang syirik, dengan sebab itu Allah ta'ala memberikan hidayah kepada manusia.
2. Bahayanya kebodohan terhadap ilmu agama dan bahaya pula hidup menyendiri dengan beribadah tanpa menuntut ilmu dan tanpa bergaul dengan orang-orang yang berilmu.
3. Syirik adalah dosa terbesar dan sekaligus kebodohan terbesar, karena pelakunya telah menyembah selain Allah yang sedikit pun tidak memberi manfaat dan tidak pula mampu menimpakan bahaya kepadanya.
4. Di balik musibah ada sejumlah hikmah, ketika para tabi'in ditimpa musibah terhempas ombak ke sebuah pulau, ternyata di pulau tersebut mereka menjadi sebab seseorang mendapatkan hidayah, dan itu akan menjadi pahala bagi mereka yang akan terus mengalir.
5. Wajibnya tawakkal dan yakin kepada Allah ta'ala yang Maha Pemberi rezeki dan telah menjamin rezeki bagi hamba-hamba-Nya, maka tidak sepatutnya seorang hamba bergantung kepada selain-Nya.
6. Seorang hamba hendaklah bekerja mencari rezeki dan bergantung kepada Allah 'azza wa jalla, tidak bergantung kepada makhluk, tidak pula meminta-minta kepada makhluk.
7. Beriman bahwa Allah di atas 'arsy di atas langit adalah keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
8. Orang yang menuntut ilmu dan mengamalkan ilmunya walau dia baru masuk Islam, bisa saja menjadi lebih baik daripada yang lebih dulu masuk Islam atau bahkan lebih baik daripada yang muslim sejak lahir. Karena kebaikan seseorang bukan karena pengalaman melainkan karena takwa kepada Allah 'azza wa jalla.
9. Al-Qur'an adalah kalam Allah 'azza wa jalla yang memberikan petunjuk ke jalan yang lurus.
10. Pentingnya berdakwah dengan ilmu, yaitu menyampaikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
 Al-Ustadz Almanazil Billah, Lc hafizhahullah
@ummu_faris

No comments:

Post a Comment