Thursday 5 October 2017

RUMI, SYAMS, & SEBOTOL ARAK.

RUMI, SYAMS, & SEBOTOL ARAK.
Suatu malam, Maulana Jalaluddin Rumi mengundang Maulana Syams Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Maulana Jalaluddin Rumi.
Setelah semua hidangan makan malam siap, Syams berkata pada Rumi, "Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?" Yang dimaksudkan oleh beliau adalah arak / khamr.
Maulana terkejut mendengarnya, lalu ia bertanya; "Apakah anda juga minum?"
"Iya", jawab Syams ringkas.
Maulana masih terkejut, "Maaf, saya tidak pernah mengetahui hal ini".
"Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah".
"Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?".
"Perintahkan salah seorang pembantumu untuk membelinya".
"Jika begitu, kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang".
"Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman".
"Seluruh kota mengenaliku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?".
"Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minuman, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur".
Kerana kecintaan beliau pada Syams, akhirnya Maulana memakai jubahnya, menyembunyikan botol di sebalik jubah itu lalu berjalan ke arah penempatan kaum Nasrani.
Sebelum ia masuk ke penempatan tersebut, tidak ada yang berfikir negatif terhadapnya, namun begitu setelah ia masuk ke penempatan kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya mereka mengintipnya dari belakang.
Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan botol tersebut di sebalik jubah lalu keluar dari kedai.
Setelah itu ia terus diikuti oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Maulana di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.
Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak; "Hei kalian semua, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam solat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman keras!"
Orang itu kemudian menyingkap jubah Rumi. Lalu khalayak melihat botol yang dipegang oleh Maulana. "Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!" Orang itu berteriak lagi.
Apa lagi, maka orang-orang pun bergantian meludahi muka Maulana dan ada juga yang memukulnya sehingga serban yang ada di kepala Rumi terlucut ke leher.
Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahawa selama ini mereka ditipu oleh Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus memukul Rumi bahkan ada juga yang berniat untuk membunuhnya.
Tiba-tiba terdengarlah suara Syams Tabrizi; "Wahai orang-orang yang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah bahawa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan."
Seseorang dari mereka masih mengelak. "Ini bukan cuka, ini arak". Syams lalu mengambil botol tersebut dan membuka tutupnya. Dia kemudian menitiskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut kerana yang ada di dalam botol itu sememangnya cuka.
Mereka lalu memukul kepala mereka sendiri dan ada yang bersimpuh di kaki Maulana. Mereka berebut-rebut untuk meminta maaf dan mencium tangan Maulana sehingga perlahan-lahan mereka pergi satu demi satu.
Rumi berkata pada Syams, "Malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apakah maksud semua ini?".
Lantas Syams berkata; "Agar kau mengerti bahawa wibawa yang kau banggakan ini hanyalah khayalan semata-mata. Kau fikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang kekal abadi?"
"Padahal kau lihat sendiri, hanya kerana dugaan satu botol minuman saja, semua penghormatan itu hilang, bahkan mereka memukul dan meludahimu pula, memukul kepalamu dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan, dan akhirnya ia lenyap dalam sesaat."

No comments:

Post a Comment