Saturday 26 April 2014

curi


Istilah “mencuri dalam shalat” yang biasa diungkapkan oleh ulama adalah merujuk pada sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Abu Qatadah, “Sejelek-jelek orang yang mencuri adalah orang yang mencuri dalam shalatnya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana ia mencuri dalam shalatnya?” Beliau menjawab, “Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.” Atau beliau bersabda, “Ia tidak meluruskan punggungnya ketika rukuk dan sujud.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, ath-Thabrani dan al-Hakim)
Dalam hadits tersebut Rasulullah saw mengkategorikan orang yang shalat tapi tidak menyempurnakannya sebagai pencuri dalam shalat. Di antara tanda pencuri dalam shalat beliau menyatakan, bila ia rukuk dan sujud tidak sempurna; tidak sempurna dalam bacaan dan gerakannya.
Ibarat yang Rasul saw tegaskan sebagai bentuk “pencurian” yang paling buruk adalah karena biasanya kita memahami pencuri adalah yang mengambil sesuatu yang bukan haknya, milik orang lain, bukan mengambil milik sendiri. Sementara orang yang mencuri dalam shalatnya sejatinya ia mencuri miliknya sendiri; mencuri ruh dan makna shalatnya. Demikian juga karena ia mencuri yang sejatinya tidak boleh dicuri, yaitu ruh, nilai, makna, ajaran Rasul dalam shalat, yaitu khusyuk, thuma’ninah dengan menjaga kesempurnaan rukuk dan sujud.
Sebagaimana Rasulullah saw juga bersabda, “Tidak sah (tidak sempurna) shalat seseorang, sehingga ia thumaninah ketika rukuk dan sujud.” (HR. Abu Daud). Ada ulama yang memahami thumaninah adalah dalam gerakan rukuk dan sujud, yaitu meluruskan punggungnya, dan ada juga yang menyatakan meluruskan punggung dan tenang dalam berdoa dalam rukuk dan sujud. Sayyid Sabiq dalam fiqih sunnah memaknai thumaninah, dengan diam beberapa saat setelah sempurnanya anggota-anggota tubuh (dalam gerakan sujud dan rukuk) dengan batasan waktu yang diperlukan ketika membaca doa tasbih.
The term "steal" in the prayer commonly expressed by the cleric was referring to the words of the Prophet narrated from Abu Qatadah, "Most people who steal are the ones who steal in prayer." The companions asked, "O Messenger of Allaah, how he stole in his prayer?" He replied, "she did not improve ar­raki ' ûn and sujudnya." Or he said, "he didn't straighten her back when ar­raki ' ûn and bowed." (Narrated by Ahmad, Ibn Majah, Al-Al-Tabaraani and al-Hakim)

In the Hadith of Prophet Muhammad categorizing people who pray but not such attempts as a thief in the prayer. Among the signs in the prayer he said thief, if he ar­raki ' ûn and bowed is not perfect; not perfect in reading and its movement.

Like the Apostle saw reiterate as a form of "stealing" the most poorly is because usually we understand the thief is taking something that's not right, belonging to other people, not take possession of his own. While people who steal in prayer, in fact he stole his own; stealing the spirit and the meaning of prayer. So does the fact that he stole because it cannot be stolen, that spirit, value, meaning, the teachings of the Apostles in solemn prayer, that is, by maintaining a thuma'ninah perfection ar­raki ' ûn and bowed.

As the Prophet also said, "is not valid (not perfect) praying someone, so he thumaninah as ar­raki ' ûn and bowed." (Narrated By Abu Dawood). There are scholars who understand thumaninah was in the AR­raki ' ûn and bowed her back, straightening, and claimed to straighten your back and calm in AR­raki ' ûn prayed and bowed. Sayyid Sabiq in Fiqh al-sunnah thumaninah, interpret the silent few moments after completing the members of the body (in prostration and AR­raki ' ûn) with time constraints required when reading the prayer of the Rosary. (Translated by Bing)
Karena pentingnya menjaga kesempurnaan rukuk dan sujud, terkait sujud misalnya, Rasul mengajarkan agar sempurna dengan sempurnanya anggota tubuh dalam sujud....
ISLAMPOS.COM|BY IANX
Like ·  ·  · 69616

No comments:

Post a Comment