PESAN MAKRIFAT NABI KHIDIR
Nabi Khidir ketika berpisah dengan Nabi Musa, dia (Musa) berkata, “Berilah aku wasiat”. Jawab Nabi Khidir : Wahai Musa, jadilah kamu orang yang berguna bagi orang lain. Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan di antara mereka sehingga kamu dibenci mereka. Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka. Janganlah kamu keras kepala atau bekerja tanpa tujuan. Apabila kamu mencela seseorang hanya kerana kekeliruannya saja, kemudian tangisi dosa-dosamu, wahai Ibnu Imran! (Al Bidayah Wan Nihayah juz I hal. 329 dan Ihya’ Ulumuddin juz IV hal. 56).
Diriwayatkan bahawa setelah Khidir akan meninggalkan Nabi Musa, dia (Khidir) berpesan kepadanya : Wahai Musa, pelajarilah ilmu-ilmu kebenaran agar kamu dapat mengerti apa yang belum kamu fahami, tetapi janganlah sampai kamu jadikan ilmu-ilmu hanya sebagai bahan omongan kosong/berdebat. (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Asakir).
1. Wahai Musa, sesungguhnya orang yang selalu memberi nasihat itu tidak pernah merasa jemu seperti kejemuan orang-orang yang mendengarkan.
Memberi nasihat kepada orang lain janganlah mengharapkan sesuatu imbalan apa pun kecuali redha Allah dan tugas menyampaikan. Tugas menyampaikan dan mensyiarkan agama Allah adalah tugas setiap umat muslim, firman Allah dalam surat Al Hajj ayat 32 mengatakan:
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati”.
Dan kita sendiri jangan merasa bosan untuk mendengarkan para penceramah itu termasuk tholabul ilmi yang diwajibkan pada setiap muslim, walaupun ilmunya banyak.
2. Maka janganlah kamu berlama-lama dalam menasihati kaummu.
Berilah nasihat singkat, padat, berisi dan yang penting tidak membosankan.
Dan ketahuilah bahawa hatimu itu ibarat sebuah bejana yang harus kamu rawat dan pelihara dari hal-hal yang bisa memecahkannya.
Iman di dalam hati belum tentu sudah kukuh tanpa djaga dan dirawat dan dipelihara kerana lapisan luar hati masih dipenuhi oleh hawa Nafsu yang selalu mengajak ke arah perbuatan yang kurang baik. Maka dari itu waspadalah dalam menjaga hati jangan sampai hati terpengaruh dari hasutan syaitan yang cara penyusupan penyerangannya melalui hawa Nafsu. Apabila hati sudah terkena pengaruh hawa Nafsu pecahlah hati ini. Dan hati-hatilah dalam menjaganya.
4. Kurangilah usaha-usaha duniawimu dan buanglah jauh-jauh di belakangmu, kerana dunia ini bukanlah alam yang akan kamu tempati selamanya.
Dunia yang kita tempati ini tidaklah selamanya kita tempati dan setelah selesai hidup kita pun pindah di alam lain, maka kumpulkan amal kebajikan untuk modal menuai di akhirat nanti. Jangan buang-buang masa, tanamlah amalmu untuk menggapai kebahagiaan di alam akhirat, apabila tidak ditanami amal kebajikan apa yang diambil di sana kita akan rugi di dunia dan di akhirat. Waktu kita di dunia hanya sebentar, tidaklah lama sebagaimana keterangan surat An Naziyat ayat 46:
“Pada hari mereka melihat hari kebangkitan itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu petang atau di pagi hari”.
5. Kamu diciptakan adalah untuk mencari tabungan pahala-pahala akhirat nanti.
Semua makhluk yang bernama manusia beramal ma’ruf nahi munkar. Mengerjakan amal yang baik untuk bekal di akhirat serta mencegah hal yang munkar untuk diri sendiri dan dilanjutkan kepada orang lain yang menjalani hal yang munkar yang dilarang.
6. Bersikap ikhlaslah dan bersabar hati menghadapi kemaksiatan yang dilakukan kaummu.
Sabar dalam menghadapi kemaksiatan di lingkungannya, ini bukan bererti diam tetapi sabar dalam bentuk berusaha mencegah dan menggantikan dengan perbuatan yang baik. Apabila mengalami kesulitan, bersabarlah, mencari solusinya dan jalan keluar yang baik.
7. Hai Musa, tumpahkanlah seluruh pengetahuan (ilmu) mu, kerana tempat yang kosong akan terisi oleh ilmu yang lain.
Kewajiban manusia yang berilmu untuk membagi ilmunya kepada orang lain yang memerlukan, bukan ilmu yang diberikan kepada orang lain itu habis tetapi malah sebaliknya justeru bertambah banyak. Apa sebabnya? Kerana, ilmu yang kita berikan kepada orang lain dengan ikhlas dan redha, Allah pun redha menambah ilmu Nya kepada orang tersebut.
8. Janganlah kamu banyak membicarakan ilmumu itu, kerana akan dipisahkan oleh kaum ulama’.
Membicarakan ilmu yang sudah dicapai dengan ilmu mukasyafah dengan orang yang di luar kelompoknya yang masih di bawah jauh dari ilmu yang dicapai, maka akan terjadi kurang baik bagi dirinya juga bagi orang lain. Pendapat mengenai hal ini, Imam Al Ghazali mengatakan, Pengetahuan-pengetahuan yang begini yang hanya boleh dikemukakan melalui isyarat, tidak diperkenankan untuk diketahui setiap manusia. Begitulah halnya dengan orang yang berpengetahuan tersebut tersingkap padanya, dia tidak boleh mengungkapkannya kepada orang yang pengetahuan tersebut tidak tersingkap atasnya. (Sufi dari Z.Z. hal. 181).
9. Maka bersikaplah sederhana saja, sebab sederhana itu akan menghalangi aibmu dan akan membukakan taufiq hidayah Allah untukmu.
Menjalani kehidupan dengan kesederhanaan ini bererti sudah meninggalkan kehidupan keterikatan dengan keduniawian. Banyak tokoh-tokoh Sufi yang tadinya hidup dalam kemewahan ditinggalkannya untuk hidup dalam kesederhanaan. Dengan hidup sederhana hatinya tidak disibukkan dengan harta. Ibadah kepada Allah lebih tenang dan khusyu’, dalam pendekatannya kepada Allah terasa tak mengalami kesulitan.
10. Hilangkanlah kejahilanmu dengan cara membuang sikap masa bodohmu (ketidak pedulian) yang selama ini menyelimutimu.
Menahan dan menyingkirkan sifat-sifat yang kurang baik bukan main susahnya kalau tidak dilandasi dengan zikir qalbu, sebab zikir qalbu dapat mengikis sifat-sifat yang kurang baik yang sekian lama membelenggu diri. Dengan zikrullah yang dikerjakan di qalbu, di samping menghilangkan sifat-sifat yang kurang baik, sifat-sifat yang baik pun menguasai diri dan menambah ketenangan dan ketenteraman hati.
11. Itulah sifat orang-orang arif dan bijaksana, menjadi rahmat bagi semua. Orang-orang Arif Billah, orang-orang Sufi kebanyakan adalah para wali Allah yang menjadi rahmat bagi semua orang.
12. Apabila orang bodoh datang kepadamu dan mencacimu, redamlah ia dengan penuh kedewasaan serta keteguhan hatimu. Meredam kemarahan orang yang memarahi di awali melatih penahanan hawa Nafsu dan meredam keinginan hawa Nafsu yang ingin bergolak. Setelah mampu meredam hawa Nafsu, meredam amarah orang lain dengan kelembutan sifat dan keteguhan hati.
13. Hai putera Imran, kamu sedari bahawa ilmu Allah yang kamu miliki hanya sedikit. Ilmu yang dipunyai manusia itu hanya sedikit, itu pun Allah lah yang memberinya sedangkan ilmu yang Allah miliki tak terhingga sebagaimana di surah Luqman 27: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, nescaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
14. Sesungguhnya menutup-nutupi kekurangan yang ada pada dirimu atau bersikap sewenang-wenang adalah menyiksa diri sendiri. Menutupi kekurangan diri sendiri juga sama dengan menutup diri yang tidak mahu menerima dari luar diri. Akhirnya kebodohan yang didapatkan sebaiknya sifat terbuka atau keterbukaan dari segala hal akan terbukalah hal-hal yang tersembunyi. Termasuk dapat terbukanya ilmu Allah maka jangan tutupi dirimu, terbukalah.
15. Janganlah kamu buka ilmu ini jika kamu tidak boleh menguncinya. Jangan pula kamu kunci pintu ilmu ini jika tidak tahu bagaimana membukanya, hai putera Imran. Membuka ilmu adalah tugas seorang guru, mursyid, atau pembimbing. Jadi beliau sudah mampu membuka dan menutup ilmu. Kenapa ilmu yang sudah dijalani oleh seorang murid ditutup? disebabkan si murid ada kesalahan besar yang sudah tidak dapat diajak memperbaiki untuk meluruskan pelajaran ilmunya. Makanya harus ditutup, supaya di belakang hari tidak ada permasalahan yang lebih besar lagi. Kalau tidak tahu cara menutup ilmu, jangan sekali-kali membukanya walau tahu cara membuka ilmu tersebut.
16. Barang siapa yang menumpuk-numpuk harta benda, dia sendiri bakal mati tertimbun dengannya hingga dia merasakan akibat dari kerakusannya itu. Sebagaimana kisah kerakusannya Korun, dia seorang yang tamak terhadap harta tidak dipergunakan untuk perjuangan agama Allah, sehingga dia tertimbun hartanya.
17. Namun, semua hamba yang selalu mensyukuri kurnia Allah serta memohon kesabaran atas ketentuan-ketentuan Nya, dialah hamba yang zuhud dan patut diteladani.
Allah pun murka sebagaimana diterangkan dalam surah Ibrahim ayat 34 : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluan) dari segala apa yang kamu pohonkan kepada Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. Juga sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim mengatakan: “Dari Abi Yahya Shuhaib bin Sinan r.a. berkata, Bersabda Rasulullah s.a.w. sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin, jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya dan bila menderita kesusahan ia bersabar, maka sabar itu lebih baik baginya”.
18. Bukankah orang yang seperti itu mampu mengalahkan Nafsu syahwatnya dan dapat memerangi pujuk rayu syaitan? Syaitan membujuk manusia sejak Nabi Adam a.s. diciptakan di syurga, dia iri dengan Nabi Adam kerana Nabi Adam diciptakan lebih sempurna dari dia, bahkan dia (iblis) disuruh bersujud kepada Nabi Adam tidak mahu sebab menurut dia, dia lebih dahulu dan lebih tinggi dari Nabi Adam a.s. kerana dia tercipta dari api. Dengan tidak mahunya iblis bersujud kepada Nabi Adam, diusirlah dia oleh Allah dari syurga, dan disuruh menempati neraka selamanya. Iblis mahu menerima itu tapi dia masih meminta tangguh dan dalam penangguhan itu meminta lagi untuk menggoda anak cucu Nabi Adam a.s. Dan hanya yang ikhlaslah iblis tidak dapat menggoda, sebagaimana firman Allah di surah Al Hijr ayat 30 – 42 :
30. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. 31. Kecuali iblis, ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang bersujud itu. 32. Allah berfirman : Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut bersujud) bersama-sama mereka yang bersujud itu? 33. Berkata iblis : Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakan dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. 34. Allah berfirman : Keluarlah dari syurga, kerana sesungguhnya kamu terkutuk. 35. Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat. 36. Berkata iblis : Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. 37. Allah berfirman : (kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. 38. Sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. 39. Iblis berkata : Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahawa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka. 40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka. 41. Allah berfirman : Inilah jalan yang lurus, kewajiban Aku lah (menjaganya). 42. Sesungguhnya hamba-hamba Ku tidak ada kuasa kekuasaan bagimu terhadap mereka kecuali orang-orang yang mengikuti kamu iaitu orang-orang yang sesat.
19. Dan Dia pula orang yang mengetam buah dari ilmu yang selama ini dicarinya. Sabda Rasulullah s.a.w. dari Abu Darda r.a. mengatakan : Barang siapa yang melalui suatu jalan untuk menuntut ilmu Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga. Dan para malaikat selalu meletakkan sayapnya untuk menaungi orang-orang yang menuntut ilmu, kerana senang dengan apa yang mereka lakukan. Dan bagi orang-orang yang alim, dimintakan ampun untuknya oleh penduduk langit dan bumi serta oleh ikan-ikan yang ada di air. Dan keutamaan orang alim terhadap ahli ibadah (yang tidak memiliki ilmu) adalah bagaikan kelebihan sinar bulan atas bintang-bintang lainnya. Dan sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham (kekayaan dunia), akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambil ilmu itu, bererti ia telah mengambil bahagian yang sempurna. (H.R. Dawud Tirmidzi). (Pesan-Pesan Rasulullah hal. 167- 168).
20. Segala amal kebajikannya akan dibalas dengan pahala di akhirat. Sekecil apapun amal kebajikan yang kita kerjakan di dunia, Allah akan membalasnya kerana di dunia ini kita diwajibkan menanam amal sebanyak-banyaknya, surah Az Zalzalah ayat 7 menerangkan: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, nescaya dia akan melihat (balasan) nya”.
21. Sedangkan kehidupan dunianya akan tenteram di tengah-tengah masyarakat yang merasakan jasanya. Jasa seorang pahlawan dikenang sepanjang masa oleh rakyat.
22. Hai Musa, pelajarilah olehmu ilmu-ilmu pengetahuan agar kamu dapat mengetahui segala yang belum kamu ketahui, misalnya masalah-masalah yang tidak dapat dikatakan atau dijadikan bahan pembicaraan saja. Ilmu yang tidak boleh diterangkan itu ada beberapa macam antara lain penyampaiannya memakai bahasa isyarat, bahasa gerak, bahasa misalan, bahasa kias, dan bahasa simbolik. Ada juga yang memakai bahasa qalbu, ada lagi cara penyampaiannya lewat mimpi dan yang setengah sedar. Menerima pelajaran seperti itu semua memang tidak dapat dikisahkan kepada orang yang belum boleh memahaminya. Mempelajari ilmu yang seperti itu dimulai dengan zikir qalbu dan menghidupkan perasaan antara lain, perasaan lahiriah / fizikal, perasaan akal / otak, perasaan qalbu / hati, serta menghidupkan perasaan indera-indera zahiriah mahupun indera-indera batiniah.
23. Itulah penuntun jalanmu dan orang-orang akan disejukkan oleh hatimu.
Menjadi seorang penuntun yang diawali dari dituntun oleh seorang yang sudah ahlinya. Kerana kita ini ditunggu oleh mereka maka persiapkan dirimu untuk mereka. Sebab keberadaan sang penuntun ditengah-tengah mereka hatinya merasa tenteram.
24. Hai Musa putera Imran, jadikanlah pakaianmu bersumber dari zikir dan fakir serta perbanyaklah amal kebajikan.
Pakaian taqwa adalah yang paling baik untuk dipakai, zikir adalah saranan pokok dalam kekukuhan taqwa, buahnya zikir itu bertafakkur. Ketafakkuran menghasilkan perenungan yang diamalkan dalam keseharian berbakti kepada Allah s.w.t.
25. Suatu hari kamu tidak dapat mengelak dari kesalahan, maka pintalah redha Allah dengan berbuat kebajikan, kerana pada saat-saat tertentu akalmu pasti melanggar larangan Nya.
26. Sekarang telah ku penuhi kehendakmu untuk memberi pesan-pesan kepadamu.
27. Pesananku ini tidak akan sia-sia apabila kamu mahu menurutinya.
Setelah itu Khidir meninggalkan Nabi Musa yang duduk termenung dalam tangis kesedihan dan kepiluan.
BICARA HIKAM BERSAMA
TN. IR. HJ. ALIAS HASHIM
TN. IR. HJ. ALIAS HASHIM
No comments:
Post a Comment