Tuesday, 31 January 2017

huruf

Logo apa itu…? Huruf ‘ح’ ditengah dengan ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya bertuliskan “Darkaah Ya Ahlal Madinah”, di bawahnya bertuliskan “Ya Tarim Wa Ahlaha”, di samping kanannya bertuliskan lafzhul jalalah yang berbunyi  يا فتاح ”Ya Fattah” dan di samping kirinya  يا رزاق “Ya Rozzaaq”. Di atas huruf ‘ha’ bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ‘ha’ bertuliskan angka 110.

Mengenai isim seperti itu dan yang semacamnya maka hal itu merupakan tabarruk dan tawassul kepada hal yang mulia.

Sedangkan isim di atas sendiri adalah tabarruk dan tawassul kepada al Imam al Habib Abdullah bin al Haddad, seorang Wali Quthb yang sangat masyhur, cucu Rasulullah SAW dari Sayyidina Husain bin Al Imam Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib, suami Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah Muhammad SAW.

Beliau adalah penyusun Ratib al Haddad, Wirdullathif yang banyak diamalkan oleh muslimin di berbagai penjuru dunia, juga kitab Risalatul Mu’awanah, Nashoihud Diniyah, dll.

Dijelaskan oleh Al Habib Munzir bin Fuad al Musawwa, “Darkah ya ahlal madinah” maksudnya adalah bertawassul pada shohibul Madinah yaitu Rasulullah SAW. “Yaa Tarim wa ahlaha” adalah tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Bakdar, yang pada pekuburan Zanbal itu juga terdapat Ashabul Badar utusan Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq r.a. yang wafat di sana. “110” melambangkan marga Ibn Syeikh Abubakar bin salim Fakhrul Wujud (dzuriyyah Rasulullah SAW). “1030” melambangkan marga Al Habsyi (dzuriyyah Rasulullah SAW).

Sesuai faham ahlussunnah wal jam’ah, azimat (Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah SWT.

Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada kitab Faidhul Qadir Juz 3 hal 192, dan Tafsir Imam Qurtubi Juz 10 hal. 316/317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat Al Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya.

Namun tentunya manfaat dan kemuliaannya bukan pada tulisan dan stiker itu, tapi tergantung pada penggunanya, dan bila anda ingin menggunakannya maka boleh ditempel di pintu atau lainnya sebagai tabarruk dengan nama Imam Al Haddad rahimahullah.

Mengenai tawassul, Allah SWT sudah memerintah kita melakukan tawassul. Tawassul adalah mengambil perantara untuk doa kita kepada Allah SWT. Baik itu dengan amal perbuatan, asma Allah, ayat Al Qur’an, bacaan shalawat, dll.



SEJARAH TULISAN DARKAH

Wawancara bersama  Habib Abu Bakar bin Abdurrahman Al Haddad – Tanjung Gang 2 Kota Malang Jawa Timur. Siapa sangka jika penyusun dari Lambang Darkah ini berasal dari kota Malang , beliau adalah Al Habib Abu Bakar bin Abdurrahman Al Haddad. Lambang Huruf ‘ha’ di tengah dengan ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya bertuliskan “Darkaah Yaa Ahlal Madiinah”, di bawahnya bertuliskan “Yaa Tariim Wa Ahlahaa”, di samping kanannya bertuliskan lafdzul jalalah yang berbunyi “Yaa Fattaah” dan di samping kirinya “Yaa Rozzaaq”, sedangkan di atas huruf ‘ha’ bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ‘ha’ bertuliskan angka 110 seperti keterangan gambar, merupakan hasil karya beliau yang terinspirasi dari beberapa kisah sohibul maulid Simthudhurrar. Beliau yang lulusan dari Pondok Pesantren Darut Tauhid  ini berinisiatif membuat lambang Darkah berawal dari kisah Al Imam Al Habib Ali Al Habsyi (Sohibul Maulid, pengarang Simtud Dhurar). Pada awalnya beliau Al Imam Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi membuat tanda untuk setiap kiriman dengan memakai angka 110, disebabkan karena saat itu beliau, Habib Ali al Habsyi, sering kali mendapatkan kiriman-kiriman dari luar negri, dan kiriman tersebut seringkali tidak sampai kepada beliau, kemudian petugas pengirim surat (Pak Posnya) meminta untuk membuat tanda, agar setiap ada kiriman barang/surat tidak hilang kirimannya. Kemudian beliau membuat Kha’ disertai dengan huruf 110, 110 itu sendiri merupakan jumlah bobot nilai huruf hijaiyyah yang merangkai kata ‘ALI’ dalam kitab Aqidatul Awwam. (pada halaman terakhir ada rumusannya) Sedangkan gabungan 110 dan kha’ itu ada sekitar tahun 1980-an , atas inisiatif dari Habib Ali bin Muhammad Al Haddad dan Habib Segaf bin Muhammad Ba’ Agil.

Adapun penulisan kalimat Darkah yaa Ahlal Madinah adalah inisiatif dari Habib Abu Bakar sendiri, yang diambil dari Qosidah Habib Muhammad bin Idrus, yang banyak berisi tentang tawasul-tawasul dengan Ahlul Madinah (Rosulullah SAW beserta keluarganya, sahabatnya), termasuk juga  kalimat Yaa Tarim Wa Ahlaha, yang merupakan tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Akdar. Pekuburan Zanbal adalah pekuburan para wali dan sholihin, juga di pekuburan Zanbal terdapat Ashhabul Badr utusan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Ra. yang wafat di sana. Kemudian penerapan lambang Darkah ini pada awalnya dulu bukan berbentuk bulat dan bertuliskan kalimat tawasul tadi, melainkan hanya berupa lambang ha’ dan huruf 110 dan 1030 saja, kemudian berkat saran dari paman beliau yang bernama Habib Abdul Qodir bin Husain Al Haddad, maka lambang tersembut ditambahlah dengan wiridannya dari abahnya Habib Husain, yaitu Yaa Fattah Yaa Rozzaq, dengan niatan supaya dapat fadlilah wiridannya Habib Husain bin Muhammad Al Haddad. Siapa sangka bahwa logo yang sudah dikenal di seluruh dunia, baik di kalangan habaib maupun muhibbin ini sudah menyebar ke berbagai negara, seperti Yaman, Malaysia, Singapore, Abu Dabi, Kuwait, dll.

Setelah berjalan lama, lambang  ini sempat nyaris hilang, kemudian lambang / ism yang sering dijumpai di berbagai majelis-majelis ta’lim/maulid. Ada yang menggunakan logo ini di spanduk, umbul-umbul, bendera, jaket, dll, atau dalam bentuk stiker, sampai mobil-mobil di kaca belakangnya ditempel stiker lambang ini.

Lambang yang sebenarnya adalah suatu Ajimat (Ruqyat)  bukan Logo suatu organisasi tertentu, yang apabila dikaji di kitab-kitab , maka lambang ini tidak akan diketemukan di kitab manapun, karena lambang ini ada karena Habib Abu bakar bin Abdurrahman al Haddad menyusunya digunakan untuk tafa’ul –an (mengharap berkah). Adapun hitungan 1030 itu berasal dari hitungan kalimat “amanatullah wa rosuluh wal Abdullah al Haddad”, yang ditujukan kepada kepada al Imam al Habib Abdullah bin Alwi al Haddad, dimana hitungan isim terssebut merupakan inisiatif dari para ulama’ kota Tarim Yaman.

Sesuai faham Ahlussunnah wal Jama’ah, ‘azimat (Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada Kitab Faidhul Qadir Juz 3 halaman 192, dan Tafsir Imam Qurthubi Juz 10 halaman 316-317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat al-Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya.

Dari FB ikhwan

No comments:

Post a Comment