Sunday, 5 June 2016

renungan

Assalamualaikum.
Sekadar renungan bersama.

Apabila semuanya telah menjadi milik Allah kenapa masih ada yang mengaku "Aku"?. Orang yang masih mengaku aku itu aku, adalah mereka mereka yang bersifat sombong, angkuh, bangga diri, besar diri dan adalah orang orang yang bersikap tak sedar diri (tidak mengenal diri). Bumi yang kita pijak, bumi tempat kita mencari makan, bumi tempat kita besarkan anak isteri dan diri kita sendiri ini adalah milik Allah bukan milik kita tetapi kenapa masih ada orang yang mengaku keberadaan diri?.

Masih ada yang bersikap tinggi diri bila berjawatan besar, tinggi diri bila berpangkat besar dan menjadi tak sedar diri bila menjadi orang kaya?. Tidakkah kita semua sedar yang bahawasanya segala kekayaan harta benda (wang ringgit) atau jawatan tinggi (pangkat) yang kita sandang itu adalah semata mata pemberian atau anugerah Allah (dari Allah) kepada kita kenapa kita masih tidak sedar diri sehingga menjadi sombong dan kenapa berpijak dibumi Allah ini dengan perasaan bongkak?. Kenapa masih ada yang mengaku milik kita kekayaan, kekuasaan, kekeramatan dan kekuatan yang ada pada kita ini, kita mengaku milik kita?. Sedangkan seluruh kekuasaan dan kekuatan diri kita itu sepatut dan sepantasnya telah terjual dan telah pun dikembalikan menjadi hak milik Allah yang kekal (bungkusan bunjut sudah dicampak dalam kawah wajah Allah) kenapa masih sombong. Apakah perkara perkara seumpama ini tidak terlintas dalam kamus ingatan kita. Yang mana satukah perkara atau benda yang dikatakan milik kita?. Dan manakah yang dikatakan menjadi hak kita. Yang dikatakan menjadi milik dan hak kita itu hanya satu, iaitu Allah Taala.

Allah lah milik dan hak secara peribadi kita yang mutlak yang selebihnya telah menjadi hak Allah. Inilah iktikad dan pegangan bagi orang yang berilmu makrifat kepada Allah. Allah lah satu satunya milik kita kepunyaan dan hak kita. Selain dari Allah ia bukan lagi menjadi hak dan bukan lagi menjadi milik kita. Kesenangan bukan milik kita ianya milik Allah. Kekayaan dan kebahagiaan bukan milik kita ianya milik Allah begitulah seterusnya semua itu hendaklah dikembalikan semula supaya menjadi hak Allah. Yang dikatakan menjadi milik kita itu, hanyalah bayang Allah (wajah Allah). Agar diri kita serasa kosong dan dengan kekosongan itulah nantinya diisi dengan Allah Taala.

Bagi mereka mereka yang mengenal Allah ia bukan sahaja memiliki dan mendapat Allah tetapi mereka juga telah memiliki dan mendapat segala galanya. Mereka memiliki kekayaan tetapi kekayaan itu dijadikan untuk sampai kepada Allah. Mereka memiliki dunia, tetapi dunia  itu dijadikan tempat mengenal Allah. Inilah sebenarnya kelebihan, kebesaran dan ketinggian mereka mereka yang  berilmu makrifat. Ilmu makrifat itu adalah ilmu yang memertabatkan Allah pada tempat yang sepatutNya, mengEsa, mentauhid dan tidak menyekutu atau mensyariatkan Allah Taala dengan satu apa pun. Mengakulah dengan sepenuh keyakinan bahawa diri kita termasuk sekalian makhluk ini adalah tidak ada. Kalau ada sekalipun ianya tidak lain dari wajah Allah...

Akhir kata...
Wa alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh wamaghfiratuh waridhwaanuh kepada sahabat sahabat yang memberikan salam..

Terima kasih Ya Allah.

Aamiin Ya Allah.

ZAINI ZAKARIA.

*WASIAT WASIAT SILAM NABI SAW*

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shohihnya dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بدأ الإسلام غريبا وسيعود غريبا كما بدأ فطوبى للغرباء

“Islam ini pada awalnya dianggap aneh dan akan kembali menjadi aneh sebagaimana awalnya dan beruntunglah orang-orang yang dianggap aneh saat itu.” [HR. Muslim dalam Shohihnya, Kitab Iman (145), dan Sunan Ibnu Majah bab Al-Fitan (3986), Musna Imam Ahmad bin Hambal (2/389)]



Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan,

قيل: يا رسول الله من الغرباء؟ قال: الذين يصلحون إذا فسد الناس

Seseorang bertanya, “wahai Rasulullah, siapa mereka orang-orang yang aneh (al-Ghuraba’) ?”, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tetap berbuat baik ketika manusia telah rusak.” [HR. Ahmad dalam Musnadnya (4/74)].

Dalam lafadz lain disebutkan,

الذين يصلحون ما أفسد الناس من سنتي

“Orang-orang yang tetap berbuat baik dengan sunnahku (mengamalkan sunnahku) sementara manusia merusaknya (meninggalkan sunnah).” [HR. Tirmidzi dalam sunannya bab Iman (2630)]

Dalam hadits yang lain disebutkan,

هم أناس صالحون قليل في أناس سوء كثير

“Mereka adalah manusia-manusia sholih yang berjumlah sedikit diantara manusia-manusia jahat/buruk yang berjumlah banyak.” [HR. Ahmad dalam Musnadnya (2/177)]

Maka maksud dari kata “al-Ghuroba” adalah orang-orang yang istiqomah, yang tetap berbuat bagi ketika manusia telah rusak, merekalah manusia yang dijanjikan syurga dan kebahagiaan. Mereka istiqomah dengan agama Allah, dan memurnikan tauhid serta mengikhlaskan ibadah mereka hanya kepada Allah. Merekalah orang-orang yang senantiasa menjaga sholat, membayar zakat, berpuasa dan berhaji serta amalan lainnya yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan Allah mensifati mereka dalam Al-Quran,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُون نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta.” [QS. Fushilat 30-31]

Adapun Islam, pada awal perkembangnya sangat sedikit pengikutnya dan dianggap aneh oleh penduduk kota Mekkah. Sangat sedikit orang-orang yang beriman pada saat itu bahkan kebanyakan manusia saat itu mengolok-olok Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mengusirnya, mengancam bahkan sangat berkeinginan membunuhnya.

Setelah turunnya perintah hijrah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam pun berpindah mengembangkan agama Allah di Madinah, dengan kondisi sedikit berbeda jika dibandingkan dengan di kota Mekkah. Namun, Islam tetap dianggap aneh hingga akhirnya orang-orang banyak yang memeluk Islam.

Dan pada zaman sekarang ini, banyak manusia telah menjauhkan diri mereka dari agama Allah, banyaknya kemaksiatan dan kemusyrikan, bahkan orang-orang Islam sendiri telah banyak meninggalkan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam kondisi kehidupan yang demikian rusaknya, orang-orang yang tetap istiqomah taat kepada Allah dan menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka itulah al-Ghuroba’ yang dijanjikan syurga serta kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Sumber: Fatawa Nurun ‘ala Darb Juz I hal. 16

No comments:

Post a Comment