Sunday, 1 May 2016

tasawuf&tazkirah

Sucikanlah Kaabah hatimu, tempat berhadap Allah

Robohkanlah berhala-berhala didalamnya dan disekitanya

Selain Allah adalah berhala zaman

- BUTA SELAIN ALLAH

Ikhlas Penyelamat.

al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan: 

“Meninggalkan amal kerana manusia adalah riya’ sedangkan beramal untuk dipersembahkan kepada manusia merupakan kemusyrikan. Adapun ikhlas itu adalah tatkala Allah menyelamatkan dirimu dari keduanya.” 

[Adab al-’Alim wa al-Muta’allim, hal. 8]

* SALAM ZOHOR*

Kita masih bicara tentang tajuk...

Hikam Ke-14:

ALLAH SWT LAH HAKIKAT DISEBALIK SESUATU...

”Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu dapat menjadi hijab atas-Nya, padahal Dia-lah yang menampakkan segala sesuatu?” 

”Bagaimana dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi hijab atas-Nya, apabila Dia-lah yang nampak ada pada segala sesuatu?” 

”Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu untuk menjadi hijab atas-Nya, padahal Dia-lah yang terlihat dalam segala sesuatu?” 

”Bagaimana dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi penghalang atas-Nya, padahal Dia-lah Yang Maha Melihat atas segala sesuatu? ” 

”Lalu bagaimana dapat dibayangkan, ada sesuatu untuk menjadi penghalang atas-Nya, sedangkan Dia-Iah Yang Maha Ada sebelum adanya segala sesuatu?" 

”Bagaimana pula dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi penghalang bagi-Nya, sementara Dia (keberadaan-Nya) lebih jelas (tampak) dari segala sesuatu itu sendiri?” 

”Dan bagaimana mungkin Dia akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia adalah Yang Maha Esa, yang tidak ada di samping-Nya sesuatu apa pun. ” 

”Bagaimana mungkin segala sesuatu akan mampu menghalangi-Nya, jika Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu itu sendiri?” 

”Dan bagaimana mungkin Dia dapat dihalangi oleh sesuatu, sementara apabila tidak ada Dia, nescaya tidak akan ada segala sesuatu itu?” 

Alangkah menghairankan, bagaimana mungkin keberadaan sesuatu yang ’pasti ada’ (Allah) boleh terhalang oleh sesuatu yang (sebelumnya) ’tidak ada’ (’adam, iaitu makhluk)? Bagaimana mungkin pula sesuatu yang baru (al-hadits, iaitu makhluk) dapat bersama dengan Dzat yang memiliki sifat Qidam (tidak ada permulaan bagi-Nya)?” 

--Sheikh Ibn Athaillah As Sakandari, Kitab Hikam.
Kalam Hikam Ke-14.8:

”Bagaimana mungkin segala sesuatu akan mampu menghalangi-Nya, jika Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu itu sendiri?”
وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا ۘ  قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَـكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ    ؕ  هُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْۤا اِلَيْهِ   ؕ  اِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ 
Dan kepada kaum Thamud, kami utuskan saudara mereka: Nabi Soleh. Ia berkata: "Wahai kaumku! Sembahlah kamu akan Allah! Sebenarnya tiada Tuhan bagi kamu selain daripadaNya. Dia lah yang menjadikan kamu dari bahan-bahan bumi, serta menghendaki kamu memakmurkannya. Oleh itu mintalah ampun kepada Allah dari perbuatan syirik, kemudian kembalilah kepadaNya dengan taat dan tauhid. Sesungguhnya Tuhanku sentiasa dekat, lagi sentiasa memperkenankan permohonan hambaNya".
[QS. Hud: Ayat 61]
{{ وَ}} [Dan] setelah mereka musnah dan kalah, Kami mengutus {{اِلٰي ثَمُوْدَ}} [kepada kaum Tsamud] ketika mereka menampakkan kekufuran, penyimpangan, dan mulai meninggalkan jalan yang lurus dengan menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan, {{ اَخَاهُمْ صٰلِحًا}} [saudara mereka, Saleh] karena dia lebih utama dan lebih layak membimbing serta menyampaikan petunjuk kepada mereka {{ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ }} [Dia berkata: Wahai kaumku, sembahlah Allah] yang Mahasatu, Mahatunggal, Mahasendirian, tempat bergantung, yang tidak ada sesuatu pun yang menyamainya. Janganlah kalian menyekutukan Dia dengan sesuatu apapun, karena {{ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ}} [tidak ada tuhan bagi kalian] maksudnya, tidak ada Mujid (yang mengadakan) dan Muzhhir (yang memunculkan) kalian dari Katm al-'Adam {{ غَيْرُهٗ  }} [selain Dia] bahkan {{ هُوَ }} [Dia] dengan Zat, nama-nama, dan sifat-sifat zatiyyah dan fi'liyyah {{ اَنْشَاَكُمْ }} [telah menciptakan kalian] dan memunculkan kalian {{ مِّنَ الْاَرْضِ}} [dari bumi] dengan mengulurkan bayangan-bayangan nama-nama-Nya dan pendar cahaya-Nya {{ وَ}} [dan] setelah memunculkan kalian darinya {{ اسْتَعْمَرَكُمْ}} [menjadikan kalian pemakmur] dan menetapkan tempat kalian {{ فِيْهَا }} [di sana] dan memelihara kalian dengan berbagai bentuk kelembutan dan kemurahan padanya {{ فَاسْتَغْفِرُوْهُ }} [karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya] dan kembalilah kepada-Nya atas tindakan kalian yang melanggar hak-Nya, {{ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ}} [kemudian bertobatlah kepada-Nya] dengan ikhlas dan penuh penyesalan, semoga Dia menerima kalian dan memaafkan kekeliruan kalian. {{اِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ}} [Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat] bagi kalian, dan Dia mengetahui tobat serta keikhlasan kalian di dalamnya, {{مُّجِيْبٌ}} [memperkenankan {61}] Dia menjawab doa kalian dan memaafkan kekeliruan kalian.
اِلَّاۤ اَنْ يَّشَآءَ  اللّٰهُ  ۖ   وَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ  رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا
Melainkan (hendaklah disertakan dengan berkata): "Insya Allah". Dan ingatlah serta sebutlah akan Tuhanmu jika engkau lupa; dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan petunjuk yang lebih dekat dan lebih terang dari ini".
[QS. Al-Kahf: Ayat 24]
{{ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۗءَ اللّٰهُ}} [kecuali (dengan mengatakan) "In syâ`allâh"] maksudnya, kecuali jika engkau menyebut kalimat pengecualian setelah keyakinanmu itu dengan ucapanmu: "In syâ`allâh". {{وَاذْكُرْ رَّبَّكَ}} [Dan ingatlah kepada Tuhanmu] wahai Rasul yang paling sempurna {{ اِذَا نَسِيْتَ}} [apabila engkau lupa] untuk menyebut pengecualian dan lupa mengaitkan ucapanmu dengan kehendak Allah di tengah berbagai urusan ketika muncul keinginan, keyakinan, dan ucapan yang dilontarkan. Setelah engkau ingat kealpaanmu itu dan setelah engkau menyadari apa yang engkau tinggalkan, baik itu terjadi beberapa saat kemudian maupun seandainya baru terjadi setahun kemudian, katakanlah: "In syâ`allâh", sebagai pengingat atas urusan yang engkau alpa melekatkan kata "In syâ`allâh" itu padanya, dan sebagai penebus atas apa yang sudah berlalu; {{وَقُلْ}} [dan katakanlah] setelah Kami singkapkan kepadamu jawaban atas pertanyaan mereka itu, sebagai syukur kepada-Nya, menunjukkan kesenangan pada-Nya, dan untuk meminta yang lebih banyak dari-Nya subhânahu wa ta'âlâ: {{عَسٰٓي اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ}} [Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku] dan kuharap dari karunia serta kemurahan-Nya agar Dia membimbing dan menuntunku, {{ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا}} [agar aku yang lebih dekat kebenarannya daripada ini {24}] maksudnya, untuk sebuah perkara yang lebih dekat bukti kebenarannya dibandingkan urusan Ashhab al-Kahfi, bersama kisah mereka menuju hidayah dan kelurusannya; serta paling mengantarkan menuju maslak kebenaran; sebagai bentuk penegasan atas kenabianku dan sebagai dukungan atas kerasulanku. Dan Allah telah memberi petunjuk kepadanya serta membimbingnya dengan yang lebih agung dari itu: Seperti pengabaran tentang beberapa hal gaib,  kisah para nabi yang masa hidup mereka saling jauh antarsatu sama lain, tanda-tanda Hari Kiamat, penurunan al-Qur`an yang meliputi semua yang basah dan yang kering yang muncul di alam semesta, yang terjadi di kedua kehidupan (dunia dan akhirat).
قُلْ اِنْ ضَلَلْتُ فَاِنَّمَاۤ اَضِلُّ عَلٰى نَـفْسِيْ  ۚ  وَاِنِ اهْتَدَيْتُ فَبِمَا يُوْحِيْۤ اِلَيَّ رَبِّيْ    ؕ  اِنَّهٗ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ 
Katakanlah lagi: "Sekiranya aku sesat maka bahaya kesesatanku akan menimpa diriku sendiri, dan jika aku beroleh hidayah petunjuk maka yang demikian disebabkan apa yang telah diwahyukan oleh Tuhanku kepadaku; sesungguhnya Ia Maha Mendengar, lagi Maha Dekat".
[QS. Saba': Ayat 50]
Mahasuci Allah yang telah memunculkan cahaya Islam, meninggikan panji-panjinya, menumpas kekufuran, dan menghancurkan berhala-berhalanya.
Kemudian ketika orang-orang musyrik menyerang Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam dan menghina beliau dengan berkata kepada beliau: "Engkau telah meninggalkan agama nenek-moyangmu. Engkau membuat-buat agama berdasarkan keinginan dirimu. Engkau telah sesat dengan pilihanmu itu, dan dengan meninggalkan jalan yang lurus." Allah pun membantah ucapan dan penghinaan mereka, dengan memerintahkan Nabi-Nya sebagai bentuk nikmat dari-Nya:
{{ قُلْ }} [Katakanlah] kepada mereka, wahai Rasul yang paling sempurna, setelah mereka menghinamu serta menyerang kedudukan dan agamamu: {{ اِنْ ضَلَلْتُ}} [Jika aku sesat] dan menyimpang dari jalan keselamatan dan jalan istikamah {{ فَاِنَّمَآ اَضِلُّ }} [maka sesungguhnya aku sesat] dan aku menyimpang {{ عَلٰي نَفْسِيْ}} [untuk diriku sendiri] dan sesuai dengan hawa nafsu, kesukaannya, buruknya kelezatannya, dan syahwatnya, {{ وَاِنِ اهْتَدَيْتُ }} [dan jika aku mendapat petunjuk] ke arah tauhid dan makrifat; lalu aku mendapat jalan ke tangga-tangga surga {{ فَبِمَا يُوْحِيْٓ اِلَيَّ رَبِّيْ }} [maka itu disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku] maksudnya, semua itu disebabkan wahyu dan ilham Allah kepadaku, serta nikmat-Nya kepadaku dengan petunjuk hidayah ke arah berbagai macam karamah dan kelezatan-kelezatan rohaniyah. {{ اِنَّهٗ }} [Sesungguhnya Dia] subhânahu wa ta'âlâ {{ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ}} [Maha Mendengar lagi Mahadekat {50}] Dia mendengar munajatku, Dia memenuhi semua keperluanku dengan tepat, jika kehendak dan keinginan-Nya terhubung dengan itu, setelah semua yang terjadi, dan telah ditetapkan dalam hadhrah ilmu-Nya; dan berlaku padanya qadha-Nya dalam loh-Nya, tanpa ada sesuatu pun yang luput dari-Nya.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ    ۚ  وَنَحْنُ اَقْرَبُ  اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ
Dan demi sesungguhnya, Kami telah mencipta manusia dan Kami sedia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, sedang (pengetahuan) Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
[QS. Qaf: Ayat 16]
{{وَ}} [Dan] singkatnya, {{لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ}} [sungguh, Kami telah menciptakan manusia] dan Kami munculkan mereka dari Ruang Kehampaan {{وَ}} [dan] Kami {{نَعْلَمُ}} [mengetahui] darinya, pada saat itu {{ مَا تُوَسْوِسُ}} [apa-apa yang dibisikkan] yang disampaikan {{ بِهٖ نَفْسُهٗ}} [oleh hatinya] terbersit dalam hatinya saat ini, dalam bentuk berbagai macam ilusi dan khayalan yang batil yang muncul sesuai dengan nasut-nya, yang terikat oleh rantai bentuk-bentuk dan belenggu kebiasaan yang diwarisi dari pikiran rancu yang bercampur dengan ilusi dungu {{وَ}} [dan] bagaimana mungkin Kami tidak mengetahui bisikan jiwanya, padahal {{نَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ}} [Kami lebih dekat kepadanya daripada urat leher {16}] maksudnya, urat lehernya.
Ini adalah perumpamaan kedekatan yang ekstrem. Karena orang-orang sering berkata "Kematian lebih dekat kepadaku daripada urat leherku" (al-maut adnâ lî min al-warîd). Dalam ayat ini Allah menambahkan kata "habl" untuk menjelaskan "urat leher". Singkatnya: Kami lebih dekat kepadanya daripada itu.
Dua urat leher (warîdâni) adalah dua urat yang ada di bagian depan kepala yang terulur memanjang dari ujung leher dan melekat di punggung terus memanjang sampai ujung badan. Dua urat itulah yang menjadi penggerak tubuh sehingga tubuh bergantung pada keduanya karena itulah bagian terkuat dari bangunan tubuh (haikal) manusia.
Singkatnya, Kami, disebabkan ruh yang telah dihembuskan ke dalam tubuh manusia dari Alam Lahut, menjadi lebih dekat dengannya dari nasut-nya. Tapi kedekatan Kami itu BUKAN kedekatan jarak, dan BUKAN pula terjadi melalui perpaduan, penyatuan (ittihad), inkarnasi (hulûl), dan percampuran, melainkan seperti terjadinya bayangan dan pantulan cermin. Inilah bentuk kedekatan yang sangat antara al-Haqq dengan manusia yang menunjukkan kesempurnaan kemeliputan Allah terhadap hamba-Nya. Allah menugaskan beberapa malaikat penjaga untuk mengawasi segala keadaan hamba-hamba-Nya, sebagai hujah bagi mereka di saat nanti hujah itu diperlukan di Hari Kiamat.
وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰـكِنْ لَّا  تُبْصِرُوْنَ
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat,
[QS. Al-Waqi'ah: Ayat 85]
{{ وَنَحْنُ }} [Dan Kami] pada saat itu {{ اَقْرَبُ اِلَيْهِ}} [lebih dekat kepadanya] maksudnya, kepada orang yang sedang sekarat itu {{ مِنْكُمْ}} [daripada kalian] dan Kami lebih mengetahui keadaan serta kesibukannya. Tapi kedekatan Kami dengannya itu bukan kedekatan berupa inkarnasi (hulûl), dan bukan pula berupa penyatuan manunggal (ittihâd), melainkan kedekatan Pemilik Bayangan kepada bayangan-Nya, atau Pemilik Rupa dengan rupa yang terpantul di depan cermin, {{ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ}} [tetapi kalian tidak melihat {85}] kalian berada dekat, tetapi tidak kepadanya dan tidak pula kepada diri kalian sendiri, wahai orang-orang yang terhijab dan terhalang. Kalian juga tidak mengetahui malapetaka apa yang terjadi pada diri orang itu.
Jadi mendekatkan Allah adalah mendekatkan yang bukan mendekatkan jarak kerana tidak ada jarak antara anda dan Dia. Hadith yang telah dipetik yang menyatakan bahawa Allah tidak terletak dalam apa-apa tidak hadir daripada apa-apa.
Sayyidina 'Ali berkata,

"Allah SWT tidak daripada apa-apa dan tidak dalam apa-apa mahupun ke atas apa-apa dan bukan di bawah apa-apa kerana jika Dia telah daripada apa-apa, Dia akan diwujudkan. Jika Dia telah berada di atas apa-apa, Dia akan dijalankan. Jika Dia telah dalam apa-apa, Dia akan terkandung. Jika dia telah berada di bawah apa-apa, Dia akan telah diatasi. " Beliau ditanya, "Sepupu Rasulullah, semoga Allah memberkati beliau dan memberinya damai, di mana adalah Tuhanmu Dia atau tidak mempunyai tempat?" Mukanya bertambah pucat dan dia senyap untuk satu masa. Kemudian dia berkata, "perkataan anda, 'Di manakah Allah? Adalah persoalan tempat dan Allah tidak mempunyai tempat. Kemudian Dia menciptakan masa dan tempat dan Dia sekarang kerana Dia adalah, tanpa tempat atau masa."
Dia lah Allah Maha menghampiri makhlukNya semestinya tidak ada dinding di antara Allah dengan makhlukNya itu
Kerana Dialah disebalik gerak dan diammu...
Kenapa dirimu menjadi hijab yang menghalangi dari-Nya? Kerana engkaulah berhala itu!
Pecahkan berhala aku mu!

No comments:

Post a Comment