Friday, 4 December 2015

Tasawuf&tazkirah


Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh


Wahai Anakku
Empat perkara yang harus kamu jauhi, anakku :

● PERTAMA
Janganlah kamu bertengkar dengan sesiapapun tentang sesuatu masalaah maupun harta benda.

Perbuatan bertengkar banyak mengandung bencana.

Bertengkar merupakan sumber dari segala akhlak tercela, baik riya’, dengki, takabur, dendam, permusuhan, maupun berbangga-bangga.

Bila terjadi permasalaahan antara kamu dengan orang lain, dan kamu bermaksud ingin menunjukkan yang hak terhadap mereka, maka hal itu dibenarkan.

Namun ada dua hal yang harus diperhatikan :
1. Tidak berbeza pendapat tentang yang hak itu
2. Kamu mempersoalkan hal itu di tempat tertutup, tidak dihadapan orang ramai .

Ketahuilah pula anakku,
penyakit jahil itu ada empat macam, yang boleh diubati itu hanya satu, selebihnya tidak bolehlagi diubati.

Penyakit jahil yang dapat diubati ialah penyakit orang yang haus petunjuk dan tuntunan.

Ia berakal sihat dan memiliki pemahaman.

Ia tidak terpengaruh oleh sifat iri dan dengki.

Ia juga tidak berambisi untuk memegang kepemimpinan dan kedudukan.

Ia tidak terbius harta dunia dan kemegahannya. Ia semata-mata mencari jalan yang lurus.

Ia mengajukan pertanyaan dan berdebat semata-mata mencari redha Allah. Semua itu dia lakukan tanpa disertai kedengkian dan niat untuk menjatuhkan atau menguji pihak lawan bicara.

Penyakit bathin yang seperti ini masih dapat diubati. Oleh kerana itu bila kamu bertemu dengan orang yang seperti ini, jawablah pertanyaannya dengan serius. Kamu bahkan wajib memberikan penjelasan kepadanya.

Adapun tiga penyakit jahil yang tidak boleh diubati, yaitu :

>. Orang yang mengajukan pertanyaan dan perdebatan disertai dengan perasaan dengki dan iri hati.

Dia tidak akan boleh menerima keteranganmu, sekalipun kamu sudah berusaha menjawab pertanyaannya dengan bijaksana dan sebaik-baiknya.

Jawapan yang kamu berikan hanya akan menambah kedengkiannya, bahkan boleh meningkat menjadi permusuhan.

Yang paling baik dalam menghadapi orang seperti ini adalah tidak menghiraukan segala pertanyaannya.

Dalam sebuah syair ditegaskan Segala kata ada jawabnya setiap gayung ada sambutnya Segala penyakit ada ubatnya sepanjang bukan “ dengki ” pangkalnya.

Wahai anakku,
sebaiknya kamu berpaling dari orang-orang yang hasud. Biarlah dia mengumbar nafsu hasudnya, tidak perlu ditanggapi.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“ Maka berpalinglah dari orang yang berpaling dari peringatan Kami dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi.” (QS An Najm:29 )

Orang yang hasud dalam segala perkataan dan perbuatannya hanyalah menyalakan api yang akan membakar amal kebajikan yang telah dilakukannya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda :

“ Hasud akan melahap amal kebajikan sebagaimana api melahap kayu bakar.”

>. Orang yang terserang penyakit dungu. Penyakit ini tidak mungkin dapat diubati, seperti yang telah ditegaskan oleh Nabi Isa alaihissalam :
“ Sesungguhnya aku tidak merasa lemah menghidupkan kembali orang yang telah mati. Tetapi merasa lemah tak berdaya mengubati orang dungu.”

Orang dungu adalah orang yang belum cukup memiliki ilmu pengetahuan (ilmu akli dan ilmu syar’i), tapi ia sudah berani bertanya dan berdebat dengan orang yang lebih alim.

Ia bahkan berani membantai ilmuan yang telah mempunyai wawasan yang luas.

Orang dungu bersikap macam bodoh. Ia mengajukan pertanyaan yang tidak mendasar dan dibuat-buat.

Hal ini sangat berbahaya. Oleh kerana itu hanya akan membuang-buang waktu saja, bila kamu menjawab pertanyaannya.

>. Orang yang berambisi untuk menjadi pemimpin.

Setiap perkataan yang datang dari pembesar ia pegang dengan serius.

Ia juga suka membodek para sahabat, padahal jiwanya kosong dari pemahaman.

Ia sengaja mengemukakan pertanyaan yang bermacam-macam, padahal ia tidak dapat menangkap dan menghayati jawapan dari pertanyaannya itu.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
“Kami, dari golongan para nabi, diperintah agar berbicara kepada umat manusia sesuai dengan tingkat pola fikirnya.”

Anakku,
tiga penyakit yang tidak dapat diubati itu terdapat pada orang yang otaknya beku dan buta hatinya.

Wahai anakku,
nasihat itu mudah... Yang sukar adalah menerimanya, sebab nasihat akan terasa pahit bagi orang yang memperturutkan kehendak nafsunya.

Ia cenderung menyukai hal-hal yang terlarang, apalagi bagi kaum muda yang membuang-buang waktu dalam mencari kebesaran diri dan kemegahan duniawi.

Mereka menyangka tanpa amalan, ilmu pengetahuan pun akan dapat membawanya pada kebahagiaan dan keselamatan ? ini adalah keyakinan ahli-ahli filsafat.

Subhanallah ! 

Salam muhibah 👪 💖


Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Anakku.. dekati Tuhanmu..

Wahai anakku,
ada dua hal yang harus engkau camkan, yakni istiqomah dan tidak bergantung terhadap sesama makhluk.

Orang yang berlaku istiqomah terhadap Allah dan senantiasa memelihara akhlaknya, bergaul dengan sesamanya dengan penuh kesabaran, maka ia telah mencapai tingkat tinggi.

Yang dimaksud istiqomah ialah menebus hak-hak pribadi dan berakhlak karimah dengan sesama makhluknya.

Sedangkan yang dimaksud berakhlak karimah ialah tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi memaksakan diri untuk mengikuti segala yang diperintahkan dalam Al-Qur’an dan as-sunnah.

Wahai anakku,
puncak ilmu pengetahuan ialah apabila dirimu mengetahui sedalam-dalamnya makna “ taat “ dan “ ibadat ”.

Ketahuilah anakku,
bahwa taat dan ibadat ialah tunduk kepada Allah, melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan.

Bila mendalami dan mempelajari disiplin ilmu, hendaklah ilmu itu berguna untuk meluruskan hati dan membersihkan dirimu.

Manfaatkanlah ilmu itu dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai ilmu yang kamu pelajari itu tidak mendatangkan manfaat.

Gunakanlah ilmu itu untuk menjaga hatimu dan untuk mengetahui karakter nafsu dan untuk melepaskan hatimu dari ikatan dunia.

Ilmu itu harus berguna untuk membersihkan dirimu dari perangai dan moral yang rendah, serta untuk mendekatkan dirimu kepada-Nya.

Jalan ibadah hanya dapat ditempuh dengan mendidik kehendak nafsu dan berjihad mengalahkan nafsu syahwat yang tak terkendali.

Ini dapat kau lakukan hanya dengan riyadhah (shaum) dan ketajaman pedang pendidikan, bukan dengan tutur kata yang manis dan ajakan yang menarik perhatian.

Anakku,
janganlah kamu bertanya kepadaku sebelum waktunya tiba.

Yakinkanlah, kamu tidak akan dapat mencapai tujuan bila tidak melakukan perjalanan.

Ketahuilah pula anakku,
dari perkara yang kamu tanyakan padaku, sebahagian ada yang tidak mungkin di jawab dengan tulisan dan perkataan. Namun bila kamu telah mencapai tingkat makrifat, maka kelak kamu akan mengetahui jawapan perkara itu.

Jika tidak di temukan, maka hentikanlah memikirkan perkara yang mustahil dijawab itu. Perkara yang bersangkutan dengan perasaan tidak mungkin dijawab dengan perkataan, tapi hanya dapat dirasakan.

Seperti manisanya gula dan pahitnya jamu, tidak mampu  di ungkapkan melalui kata-kata. Rasa manis dan pahit itu hanya diketahui dengan mencuba memakan gula dan jamu.

Orang yang patut menjadi mursyid (pembimbing) adalah orang yang telah melepaskan diri dari belenggu kongkongan cinta dunia dan ambisi kepemimpinan.

Ia berhati-hati dalam mendidik diri sendiri.

Ia menyedikitkan makan, tidur, dan bertutur kata. Ia memperbanyak shalat, sedekah, dan puasa.

Kehidupannya dihiasi dengan akhlak yang mulia, sabar dan syukur.

Ia selalu yakin, tawakal, ikhlas menerima apa adanya, dan berlaku benar.

Ia juga punya sifat pemalu, menepati janji, tabah, tenang, dan tidak tergesa-gesa.

Orang yang telah mempunyai sifat-sifat tersebut berarti telah memiliki sebahagian Nur Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam.

Ia patut di jadikan pembimbing.

Namun orang seperti ini amat sulit ditemukan, bahkan lebih sukar daripada mencari mutiara di dasar samudera.

Wa Allahu ta a'lam bi shawab

Salam muhibah 👪



No comments:

Post a Comment