Wednesday, 12 October 2016

TAREQAT

TAREQAT
Ada 41 aliran tarekat, 40 di antaranya diturunkan melalui hati Imam ‘Ali KWJ, dan satu lagi, Tarekat Naqsybandi berasal dari Abu Bakar ash-Shiddiq RA.
Mari mengenal salah satu dari 40 tareqat aliran Saidina Ali.
Tarekat Alawiyyah
(Kebetulan syiah di syria adalah syiah alawiyah. Maka sah pengikut syiah alawiyah adalah aliran tareqat)
Alawiyyah
Tarekat Alawiyyah berbeza dengan tarekat sufi lain pada umumnya. Perbezaan itu, misalnya, terletak dari praktiknya yang tidak menekankan segi-segi riyadah (olahan rohani) dan kezuhudan, melainkan lebih menekankan pada amal, akhlak, dan beberapa wirid serta zikir ringan.
Sehingga wirid dan zikir ini dapat dengan mudah dipraktikkan oleh siapa saja meskipun tanpa dibimbing oleh seorang mursyid. Ada dua wirid yang diajarkannya, yakni Wirid Al-Lathif dan Ratib Al-Haddad. Juga dapat dikatakan, bahwa tarekat ini merupakan jalan tengah antara Tarekat Syadziliyah [yang menekankan riyadah qulub (olahan hati) dan batiniah] dan Tarekat Al-Ghazaliyah [yang menekankan riyadah al-‘abdan (olah fisik)].
Tarekat Alawiyyah merupakan salah satu tarekat mu’tabarah dari 41 tarekat yang ada di dunia. Tarekat ini berasal dari Hadhramaut, Yaman Selatan dan tersebar hingga ke berbagai negara, seperti Afrika, India, dan Asia Tenggara (termasuk Malaysia). Tarekat ini didirikan oleh Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir – lengkapnya Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir , seorang tokoh sufi terkemuka asal Hadhramaut pada abad ke-17 M. Namun dalam perkembangannya kemudian, Tarekat Alawiyyah dikenal juga dengan Tarekat Haddadiyah, yang dinisbatkan kepada Sayyid Abdullah al-Haddad, selaku generasi penerusnya. Sementara nama “Alawiyyah” berasal dari Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir.
Tarekat Alawiyyah, secara umum, adalah tarekat yang dikaitkan dengan kaum Alawiyyin atau lebih dikenali sebagai saadah atau kaum sayyid – keturunan Nabi Muhammad SAW – yang merupakan lapisan paling atas dalam strata masyarakat Hadhrami. Kerana itu, pada masa-masa awal tarekat ini didirikan, pengikut Tarekat Alawiyyah kebanyakan dari kaum sayyid (kaum Hadhrami), atau kaum Ba Alawi, dan setelah itu diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat muslim lain dari bukan Hadhrami.
Tarekat Alawiyyah juga boleh dikatakan memiliki wirid dan zikir tersendiri dalam pengamalan bagi para pengikutnya. Yakni tidak adanya keharusan bagi para murid untuk terlebih dahulu diba’iat atau ditalqin atau mendapatkan khirqah jika ingin mengamalkan tarekat ini. Dengan kata lain ajaran Tarekat Alawiyyah boleh diikuti oleh siapa saja tanpa harus berguru sekalipun kepada mursyidnya. Demikian pula, dalam pengamalan ajaran zikir dan wiridnya, Tarekat Alawiyyah termasuk cukup ringan, kerana tarekat ini hanya menekankan segi-segi amaliah dan akhlak (tasawuf ‘amali, akhlaqi). Sementara dalam tarekat lain, biasanya cenderung melibatkan riyadah-riyadah secara fizikal dan kezuhudan ketat.
Oleh karena itu dalam perkembangan lebih lanjut, terutama semasa Syekh Abdullah al-Haddad – Tarekat Alawiyyah yang diperbaharui, tarekat ini memiliki jumlah pengikut yang cukup banyak seperti di Indonesia dan Malaysia. Bahkan dari waktu ke waktu jumlah pengikutnya terus bertambah seiring dengan perkembangan zaman. Tarekat Alawiyyah memiliki dua cabang besar dengan jumlah pengikut yang juga sama banyak, yakni Tarekat ‘Aidarusiyyah dan Tarekat ‘Aththahisiyyah.

No comments:

Post a Comment