BUNUH DIRI TERMASUK TAKDIR?
Bagaimana dengan orang yang mati bunuh diri? Apakah Allah menakdirkan orang tersebut mati bunuh diri?
Qadar, secara bahasa ertinya takdir (penentuan). Sedangkan qadha`, secara bahasa ertinya hukum (keputusan). Qadha` dan qadar adalah dua istilah. Jika keduanya berpisah, maka maknanya sama. Dan jika berkumpul, maknanya berbeza.
Jika disebut qadar Allah, maka semakna dengan qadha` Allah, dan begitu pula sebaliknya. Jika disebut bersama-sama, maka masing-masing memiliki makna yang berbeza, iaitu:
Qadar adalah, apa saja yang telah ditentukan Allah semenjak dahulu akan terjadi pada makhlukNya.
Qadha` adalah, apa saja yang Allah putuskan pada makhlukNya, berupa mewujudkan, meniadakan, atau merubah. Sehingga qadar mendahului qadha`.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
ﺑَﺪِﻳﻊُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍْﻷَﺭﺽِ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻗَﻀَﻰ ﺃَﻣْﺮًﺍ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻟَﻪُ ﻛُﻦ ﻓَﻴَﻜُﻮﻥُ
Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah,” lalu jadilah ia.
[al Baqarah/2 : 117].
Iman kepada qadar termasuk rukun iman ke enam. Iman seseorang rosak, jika tidak beriman kepada qadar.
Iman kepada qadar mencakupi empat perkara. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan, Firqah Najiyah (golongan yang selamat), Ahli Sunnah wal Jama’ah mengimani terhadap
qadar yang baik dan yang buruk. Iman kepada
qadar meliputi dua maqam, setiap satu maqam memuat dua perkara.
qadar yang baik dan yang buruk. Iman kepada
qadar meliputi dua maqam, setiap satu maqam memuat dua perkara.
Maqam Pertama.
Beriman bahwa Allah Ta’ala mengetahui seluruh makhlukNya. Semua makhluk berbuat dengan pengetahuan Allah yang ada semenjak dahulu, yang Allah disifati dengan ilmu itu azali (semenjak dahulu ada) dan abadi (terus ada). Dan Dia mengetahui seluruh keadaan hamba, yang berupa ketaatan, kemaksiatan, rezeki, dan ajal. Kemudian Allah menulis takdir-takdir seluruh makhluk di Lauh Mahfuz.
Beriman bahwa Allah Ta’ala mengetahui seluruh makhlukNya. Semua makhluk berbuat dengan pengetahuan Allah yang ada semenjak dahulu, yang Allah disifati dengan ilmu itu azali (semenjak dahulu ada) dan abadi (terus ada). Dan Dia mengetahui seluruh keadaan hamba, yang berupa ketaatan, kemaksiatan, rezeki, dan ajal. Kemudian Allah menulis takdir-takdir seluruh makhluk di Lauh Mahfuz.
Maqam Kedua.
Beriman bahawa kehendak Allah pasti terjadi, dan kekuasaan Allah bersifat universal (menyeluruh, meliputi segala sesuatu). Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak akan terjadi. Tidak ada di langit dan di bumi, yang berupa gerakan dan diam, kecuali dengan kehendak Allah Azza wa Jalla . Tidak terjadi di dalam kerajaanNya apa yang tidak Dia kehendaki. Bahawasanya Allah Azza wa Jalla Maha Kuasa atas segala sesuatu, dari segala yang ada dan segala yang tidak ada. Tidak ada satu makhluk di bumi dan di langit, kecuali Allah adalah penciptanya. Tidak ada pencipta selainNya, tidak ada Rabb (pemiliki, pengatur) selainNya.
Beriman bahawa kehendak Allah pasti terjadi, dan kekuasaan Allah bersifat universal (menyeluruh, meliputi segala sesuatu). Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak akan terjadi. Tidak ada di langit dan di bumi, yang berupa gerakan dan diam, kecuali dengan kehendak Allah Azza wa Jalla . Tidak terjadi di dalam kerajaanNya apa yang tidak Dia kehendaki. Bahawasanya Allah Azza wa Jalla Maha Kuasa atas segala sesuatu, dari segala yang ada dan segala yang tidak ada. Tidak ada satu makhluk di bumi dan di langit, kecuali Allah adalah penciptanya. Tidak ada pencipta selainNya, tidak ada Rabb (pemiliki, pengatur) selainNya.
Bersamaan dengan itu, Dia memerintahkan hamba-hambaNya untuk mentaatiNya dan mentaati para rasulNya, dan melarang mereka dari bermaksiat kepadaNya. Sedangkan Dia (Allah) mencintai orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang berbuat ihsan, orang-orang yang berbuat adil, dan meredhai orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Dia tidak mencintai orang-orang kafir dan tidak meredhai orang-orang fasik. Dia juga tidak memerintahkan kekejian, dan tidak meredhai kekafiran untuk hamba-hambaNya. Dan Dia tidak mencintai kerosakan”.
[Aqidah Wasithiyah]
Setelah mengetahui penjelasan di atas, maka kita dapat mengetahui, bahawa bunuh diri yang dilakukan oleh sebahagian manusia itu termasuk takdir Allah Azza wa Jalla. Amiin²
Admin Sheikh al-Islam
No comments:
Post a Comment