KETUHANAN (SYEKH SITI JENAR)
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Suatu ketika SYEKH SITI JENAR mengajarkan ilmu kepada para murid-muridnya. SYEKH SITI JENAR berkata, “Manusia harus berpegang pada akal, meyakini pula dua puluh sifat yang dimiliki ALLAH ”. Antara lain yakni; wujud, tak berawal, tak berakhir, berlainan dengan barang baru, berkuasa, berkehendak, berpengetahuan, memiliki ilmu secara hakikat dan sebagainya.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Para santri mengajukan pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut:
__
MURID : Apakah wujud dari Tuhan itu dapat dimiliki oleh manusia?
__
SYEKH JENAR : Memang, sifat wujud itu bisa dimiliki manusia dan itulah inti dari ajaran ini. Selama manusia mampu menjernihkan kalbunya, maka ia akan mempunyai sifat-sifat itu. Sifat tersebut pun sudah kumiliki. Kalian bisa melakukannya dengan mengamalkan apa yang hendak kuajarkan. Allah adalah satu-satunya yang wajib disembah. Dia tidak tampak dan tidak berbentuk. Tidak terlihat oleh mata. Sedangkan alam dan segala isinya merupakan cerminan dari wujud Allah yang tampak. Seseorang bisa meyakini adanya Allah karena ia melihat pancaran wujudNya melalui jagad raya ini. Allah tidak berawal dan berakhir, memiliki sifat langgeng, tak mengalami perubahan sedikitpun. Allah berada di mana-mana, bukan ini dan bukan itu. Dia berbeda dengan segala wujud barang baru yang ada di dunia.
__
MURID : Wahai Kanjeng Sykeh, jelaskan kepada kami tentang hakikat kodrat?
__
SYEKH JENAR : Kodrat adalah kekuasaan pribadi Tuhan. Tak ada yang menyamainya. KekuatanNya tanpa sarana. kehadiranNya berasal dari ketiadaan, luar dan dalam tiada berbeda. Tak dapat ditafsirkan. Jika engkau menghendaki sesuatu maka pasti kalian rencanakan matang-matang dan pasti pikirkan berulang-ulang. Itupun masih sering meleset. Namun Allah tidak demikian, bila menghendaki sesuatu tak perlu dipersoalkan terlebih dahulu.
__
MURID : Kalau begitu Allah tidak memerlukan sesuatu?
__
SYEKH JENAR : Benar Allah tidak memerlukan sesuatu. Karena itu jika kalian hidup tanpa memerlukan sesuatu, tanpa butuh harta benda, tanpa butuh jabatan, tanpa butuh pujian, maka kalian akan merasakan hidup yang sesungguhnya. Kalian akan memiliki sifat Allah tersebut.
__
MURID : Kalau manusia menghindari sesuatu dan merasa tidak memerlukan apapun, apakah akhirnya dapat disamakan dengan Allah?
__
SYEKH JENAR : Tidak! walaupun manusia hidup tanpa bergantung sama sekali kepada duniawi, namun ia tetap berbeda dengan Allah. Tidak bisa disamakan dengan Tuhan. Allah adalah pencipta dan kalian adalah yang diciptakan. Allah berdiri sendiri, tanpa memerlukan bantuan. Hidupnya tanpa roh, tidak merasa sakit dan kesedihan, Allah muncul sekehendaknya.
__
MURID : Jika Allah berkehendak, maka apakah kehendak seseorang itu karena kemauan Allah?
__
SYEKH JENAR : Untuk sampai pada jawaban itu, kita harus membedakan seseorang mana. Manusia itu dibedakan menjadi beberapa tingkatan. Ada yang awam, ada yang khowash. Orang awam hanya beribadah secara Syariat, tanpa dapat memelihara kalbu, maka ia masih jauh bisa berhubungan dengan Allah. Sedangkan orang-orang khowash, termasuk para Nabi, Rasul dan waliyullah, mereka beribadah secara utuh. Bahkan sampai pula pada tingkatan hakikat. Kalau kalbunya sudah bersih dari duniawi dan menyatu dengan cahaya Ilahi, maka kehendak dan kemauannya itu berasal dari Allah. Perbuatannya adalah perbuatan Allah. Maka jangan heran jika ada orang yang diberi karomah sehingga segala ucapannya menjadi bertuah.
__
MURID : Kalau begitu, ibadahnya orang yang sudah khowash itu merupakan kehendak Allah?
__
SYEKH JENAR : Benar! Mereka mempunyai kejernihan akal budi. Memiliki kebersihan jiwa dan ilmu. Salat lima waktu dan berzikir merupakan kehendak yang sangat dalam. Bukan kehendak nafsunya, namun kehendak Allah. Semangatnya sedemikian besar. Mereka salat tidak mengharapkan pahala, tetapi merupakan suatu kewajiban (diri) dan pengabdian. Badan haluslah yang mendorong untuk menjalankan.
__
MURID : Banyak orang melakukan salat tetapi tidak menyentuh kepada Yang Disembah. Ini bagaimana?
__
SYEKH JENAR : Memang banyak orang yang secara lahiriah tampak khusuk salatnya. Bibirnya sibuk mengucapkan zikir dan doa-doa, namun hatinya ramai oleh urusan duniawi mereka. Islam yang demikian ini ibarat kelapa, mereka hanya makan serabutnya. Padahal yang paling nikmat adalah buah/daging kelapa dan air kelapanya. Mereka sembahyang lima waktu sebatas lahiriah saja. Tidak berpengaruh sama sekali kepada akal budinya. Padahal sembahyang itu diharapkan dapat mencegah keji dan munkar namun mereka tak mampu melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Kalaupun hakikat salatnya itu membekas pada budinya itupun hanya sedikit. Buat apa sembahyang lima kali jika perangainya buruk? Masih suka mencuri dan berbohong. Untuk apa bibir lelah berzikir menyebut asma Allah, jika masih berwatak suka mengingkari asma. Kadang-kadang pula mereka berharap pahala. Salatnya saja belum tentu dihargai oleh Allah, tetapi buru-buru meminta balasan … aneh!
__
MURID : Wahai Syekh, ada Hadis Rasulullah yang menyebutkan bahwa amal hamba yang pertama kali diperhitungkan adalah sembahyang. Jika sembahyangnya baik, maka semua dianggap baik. Ini bagaimana?
__
SYEKH JENAR : Itu perlu ditafsirkan. Tidak boleh dipahami secara dangkal makna dari Hadis tersebut. Hadis itu mengandung logika sebagai berikut; Orang yang tekun mengerjakan sembahyang dengan sempurna, maka perilaku, budi pekerti dan kalbunya juga harus terpengaruh menjadi baik. Sebab sembahyang yang dilakukan dengan jiwa yang bersih akan berpengaruh pula bagi cabang kehidupan lainnya. Lebih lanjut Syekh Siti Jenar mengatakan; sebaliknya Hadis itu tidak berlaku bagi orang yang tekun mengerjakan sembahyang tetapi hatinya masih kotor, tersimpan keinginan-keinginan nafsu misalnya ingin dipuji orang lain, terdapat ujub dan sombong, serta budinya menyimpang dan menabrak tatanan yang dilarang.
__
MURID : Apakah ada tuntunan mengenai pakaian seseorang yang sedang melakukan sembahyang?
__
SYEKH JENAR : Sesungguhnya aku (Syekh Siti Jenar) tidak sependapat jika ada orang yang mengenakan pakaian gamis dan meniru-niru pakaian orang Arab dalam melakukan salat. Jika selesai salat, jubah atau gamis itu dilepaskan. Sedangkan salat orang tersebut tidaklah menyentuh hatinya. Meskipun berlama-lama merunduk di Masjid, namun masih mencintai duniawi. Sembahyang yang pakaiannya kedombrangan, merunduk di Masjid berlama-lama sampai lupa anak-istri. Sedangkan ia masih mencintai duniawi dan mengumbar nafsu manusiawinya. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, ia seringkali menyusahkan orang lain. Maka orang yang demikian itu tidak terpengaruh oleh sembahyang yang dilakukan. Biasanya tipe orang seperti itu sibuk menghitung pahala. Dia sangat keliru dan bodoh. Pahala yang masih jauh tetapi diperhitungkan. Sungguh, sedikit pun tak akan dapat dicapainya.
__
MURID : Ruh Yang Luhur dan Sejati itu sesungguhnya siapa, wahai Syekh?
__
SYEKH JENAR : Gusti Allah. Gusti Allah adalah Ruh yang tinggi dan terhormat. Ia memiliki dua puluh sifat, semua timbul atas kehendakNya. Ia mampu mencurahkan ilmu kebesaran, kasampurnan, kebaikan, keramahan, kekebalan dalam segala bentuk, memerintah umat. Dapat muncul di segala tempat dan sakti sekali. Aku (Syekh Siti Jenar) merasa wajib dan menuruti kehendakNya. Sebagaimana ajaran Jabariyah, dengan kesungguhan dan konsekuen, selalu kuat cita-citanya, kokoh tak tergoyahkan terhadap sesuatu yang tidak suci, berpegang teguh kepadaNya selama hidup, tak akan menyembah terhadap ciptaanNya, baik dalam wujud maupun dalam pengertian.
__
MURID : Mengapa Kanjeng Syekh dianggap oleh para wali sebagai wali murtad?
__
SYEKH JENAR : Karena ajaranku tidak mudah dipahami orang awam.
__
MURID : Bagaimana ajaran Kanjeng Syekh yang dianggap sesat?
__
SYEKH JENAR : Aku adalah penjelmaan dari Ruh Luhur, yang memiliki semangat, sakti dan kekal akan kematian. Dengan hilangnya dunia Gusti Allah telah memberi kekuasaan kepadaku dapat manunggal denganNya, dapat langgeng mengembara melebihi kecepatan peluru. Bukannya akal, bukannya nyawa, bukan penghidupan yang tanpa penjelasan dari mana asalnya dan kemana tujuannya.
__
MURID : Apa hubungannya antara kanjeng Syekh Siti Jenar dengan Allah, yang kau sebut sebagai Ruh Sejati?
__
SYEKH JENAR : Ruh yang sejati menguasai wujud penampilanku. Karena kehendakNya maka wajarlah jika aku tidak mendapat kesulitan. Aku bisa berkelana ke mana-mana. Tidak merasa haus dan lelah, tanpa sakit dan lapar, karena ilmu kelepasan diri, tanpa suatu daya kekuatan. Semua itu disebabkan jiwaku tiada bandingannya. Secara lahiriah memang tidak berbuat sesuatu, tetapi tiba-tiba sudah berada di tempat lain. Gusti Kang Murbeng Dumadi (Allah) yang kuikuti, kutaati siang malam, yang kuturut segala perintahNya. Tiada menyembah Tuhan lain, kecuali setia terhadap suara hati nuraniku. Allah Maha Suci.
__
MURID : Wahai Syekh jelaskan apa yang di maksud bahwa Allah itu Maha Suci?
__
SYEKH JENAR : Allah Maha Suci itu hanyalah sebatas istilah saja. Merupakan nama saja. Sebenarnya hal itu dapat disamakan dengan bentuk penampilanku. Jika kalian melihatku, maka tampak dari luar sebagai warangka (kerangka), sedangkan di dalamnya adalah kerisnya (intinya) Hyang Agung, yang tak ada bedanya dengan kerangka. Tuhan itu wujud yang tidak dapat dilihat dengan mata, tetapi dilambangkan seperti bintang yang bersinar cemerlang. Sifat-sifatNya berwujud samar-samar bila dilihat, warnanya indah sekali seperti cahaya.
__
MURID : Di manakah Tuhan berada? kami membayangkan Dia ada di langit ke 7 dan bersemayam di atas singgasana layaknya raja.
__
SYEKH JENAR : Siti Jenar mendadak tertawa. Setelah tertawanya reda, ia berkata, “Itu salah besar, itu kebodohan. Sesungguhnya Tuhan tidak berada di langit ketujuh dan tidak bertahta di singgasana atau arsy (kursi). Bila kalian membayangkan demikian, maka hati kalian sudah musyrik. Berdosa besar. Karena kalian menyamakan Dia dengan raja atau dengan penguasa.
__
MURID : Kami jadi bingung, Kanjeng Syekh, lantas Tuhan itu ada di mana?
__
SYEKH JENAR : Kalau kalian bertanya demikian, maka jawabnya mudah. Gusti Allah itu tidak kemana-mana, tetapi ada di mana-mana.
__
MURID : Kami semakin tak mengerti. Bisakah Kanjeng Syekh memberi penjelasan yang lebih gamblang?
__
SYEKH JENAR : Gusti Allah itu berada pada Ruh yang tempatnya tidak jauh. Dia bersemayam di dalam tubuh kita. Tetapi hanya orang yang khowash, orang yang terpilih dapat melihat. Tentunya dengan mata batin. Hanya mereka yang dapat merasakannya.
__
MURID : Apakah Allah itu berupa roh atau sukma?
__
SYEKH JENAR : Bukan roh dan bukan sukma. Allah adalah wujud yang tak dapat dilihat oleh mata, tetapi dilambangkan seperti bintang-bintang bersinar cemerlang. Sudah kukatakan tadi, warnanya indah sekali. Ia memiliki dua puluh sifat seperti; sifat ada, tak berawal, tak berakhir, berbeda dengan barang-barang yang baru, hidup sendiri dan tidak memerlukan bantuan dari sesuatu, berkuasa, berkehendak, mendengar, melihat, berilmu, hidup dan berbicara. Sifat Gusti Allah yang 20 itu terkumpul menjadi satu wujud mutlak yang disebut dengan Ruh. Sifat 20 itu juga menjelma pada diriku. Karena itu aku yakin tidak akan mengalami sakit dan sehat, punya budi kebenaran, kesempurnaan, kebaikan dan keramahan. Roh ku memiliki sifat 20 itu, sedangkan ragaku yang lahiriah memiliki sifat nur Muhammad.
__
MURID : Wahai Syekh, bukankah Muhammad SAW itu seorang Nabi. Apakah Syekh mengaku sebagai Nabi? Sedangkan dikatakan bahwa setelah Nabi Muhammad, di dunia ini tidak ada ke-Nabi-an lagi?
__
SYEKH JENAR : Jangan salah menafsirkan kata-kataku. Jika salah, maka kau akan sesat dan timbul fitnah. Tentu saja memfitnah diriku. Begini, bahwa rohku adalah Ruh Ilahi. Karena aku pun memiliki sifat 20. Sedangkan badan wadagku, jasadku ini, adalah jasad Muhammad. Dari segi lahiriah Muhammad adalah manusia. Namun manusia Muhammad berbeda dengan orang kebanyakan. Muhammad memiliki jasad yang kudus, yang suci. Aku dan dia sama-sama merasakan kehidupan, merasakan manfaat panca indera. Dan panca indera itu hanyalah meminjam. Jika sudah diminta kembali oleh Pemiliknya akan berubah menjadi tanah yang busuk, berbau, hancur dan najis. Nabi atau wali, jika sesudah kematian jasadnya menjadi tak bermanfaat. Bahkan berbau, kotor, najis, busuk dan hancur. Warangka jika sudah ditinggalkan kerisnya maka tiada guna.
__
MURID : Jika seseorang sudah mati, berarti selesai sudah kehidupannya?
__
SYEKH JENAR : Siapa bilang begitu? Tidak! Meskipun jasadnya mati, tetapi sebenarnya ia tidaklah mati. Karena itu, kalian semua harus mengerti bahwa dunia ini sesungguhnya bukanlah kehidupan. Buktinya ada mati. Di dunia ini, kehidupan disebut kematian. Coba rasakan! Aku mengajarkan kepada kalian untuk tidak menyintai dunia ini dan tidak terpesona terhadap keindahannya. Carilah kebenaran dan kebahagiaan sejati demi kehidupan mendatang, kehidupan setelah kematian. Kalian akan berarti jika telah menemui kematian dan hidup sesudah itu. Engkau harus memilih hidup yang tak bisa mati. Dan hidup yang tak bisa mati itu hanya kalian rasakan setelah nyawa terlepas dari badan. Kehidupan itu akan dapat dirasakan dengan tanpa gangguan seperti sekarang ini. Ketahuilah, hidup yang sesungguhnya adalah setelah nyawa lenyap dari badan.
__
MURID : Agar dapat meraih kehidupan dalam kemuliaan sejati kelak, dalam kehidupan di dunia ini dibutuhkan kebenaran dan kebahagian sejati. Bagaimanakah cara mendapatkannya Kanjeng Syekh?
__
SYEKH JENAR : Jiwa manusia adalah suara hati nurani. suara hati nurani merupakan ungkapan Ruh Allah yang harus ditaati perintahnya. Maka ikutilah hati nuranimu.
__
MURID : Bagaimana caranya meyakinkan bahwa suatu bisikan adalah suara hati nurani yang sesungguhnya?
__
SYEKH JENAR : Kalian harus cermat, karena hati nurani berbeda dengan akal budi, jiwa itu milik Allah, sedangkan akal milik manusia. Akal bersifat manusiawi, karena itu kadang-kadang akal tak mampu menemukan keajaiban Allah. Kehendak, angan-angan, ingatan, merupakan suatu akal yang tak kebal atas kegilaan. Suatu ketika akal bisa menjadi bingung sehingga membuat seseorang lupa diri. Akal seringkali tidak jujur. Siang malam membuat kepalsuan demi memakmurkan kepentingan pribadi.
__
MURID : Bukankah manusia menjadi lebih mulia jika dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia diberi akal oleh Allah?
__
SYEKH JENAR : Ya, itulah yang membedakan. Tapi jangan lupa bahwa akal seringkali tidak jujur. Sering bersifat dengki, suka memaksa, melanggar aturan, jahat, suka disanjung-sanjung, sombong, yang ahirnya membuat manusia justru tidak berharga samasekali. Lebih hina dari makhluk lainnya.
__
MURID : Jadi kita harus menggunakan akal sesuai dengan jiwa atau kehendak Allah?
__
SYEKH JENAR : Ya, benar. Jika seseorang mampu mengendalikan akalnya dengan ajaran Allah, dengan kebenaran, dan dengan jiwa yang bersih, maka ia bermanfaat. Menjadikan diri lebih mulia.
__
MURID : Apa yang menghalangi seseorang sehingga gagal dalam dalam menempuh Manunggaling Kawula Gusti?
__
SYEKH JENAR : Jangan mementingkan kehidupan duniawi. Sebab kehidupan duniawi yang kalian jalani penuh kotoran. Akal kalian mudah tercemar dengan kotoran sifat dan mudah dikuasai oleh nafsu, sehingga menghalangi kalian untuk bisa menuju pada tahap Manunggaling Kawula Gusti.
__
MURID : Di dunia ini ada yang cantik, tampan dan gagah. Bagaimana kedudukan orang-orang tersebut jika kelak telah terlepas rohnya?
__
SYEKH JENAR : Kalian jangan mencintai dan mengagumi bentuk yang cantik, tampan atau gagah. Sebab sebenarnya badan wadag (jasad) laksana sangkar yang mengurung jiwa. Badan wadag merupakan beban yang memberatkan dan menyakitkan roh kalian.
__
MURID : Wahai Syekh, benarkah sesudah kematian ada Surga – Neraka?
__
SYEKH JENAR : Para wali memang mengajarkan demikian. Inilah ajaran yang justru menurutku menyesatkan karena terlalu dangkal. Para wali hanya mengajarkan “serabut” atau kulitnya, tidak sampai pada isinya; tidak sampai pada hakikat yang sebenarnya. Para wali mengajarkan bahwa Surga dan Neraka hanya dijumpai kelak setelah kiamat. Adanya di akhirat. Dan orang-orang awam menelan mentah-mentah keterangan itu. Siksa kubur hanya dijumpai dan dirasakan badan wadag ketika di tanam di kuburan. Para wali memang bertujuan baik, tetapi diputus sampai di situ. Mereka enggan menjelaskan lebih dalam dan lebih sampai pada makna yang hakiki.
__
MURID : Kalau menurut Syekh bagaimana?
__
SYEKH JENAR : Begini, untuk menemui dan merasakan Surga dan Neraka maka seseorang tidak harus menunggu sampai mati atau sampai datangnya kiamat. Di dunia ini saja kita sudah dapat merasakan Surga dan siksa Neraka. Karena sesungguhnya Surga dan Neraka itu berada di dalam jiwa kalian. Berada di dalam jiwa setiap manusia yang bernafas. Jika jiwa manusia telah bersih dari gangguan hawa nafsu dan dapat menyatu dengan Gusti Allah, maka di dunia ini ia akan merasakan suatu kenikmatan Surga. Jika budi kalian, misalnya menolong orang lemah, lalu hati menjadi ikhlas dan puas, maka itulah yang disebut Surga. Sedangkan Neraka, perwujudannya adalah jika hawa nafsu telah menguasai diri seseorang. Kemudian jiwanya meronta dan merasa bersalah. Maka dia tentu tersiksa. Ia tidak bisa tidur, gelisah pikirannya, sedih dan bermacam-macam rasa tak enak. Itulah yang dinamakan Neraka.
__
MURID : Jadi Surga dan Neraka di akhirat tidak berlaku? Maksud kami tidak ada?
__
SYEKH JENAR : Surga dan Neraka di hari kiamat, di akhirat kelak, sudah diterangkan dalam Qur’an. Itu perkara gaib dan erat kaitannya dengan iman. Kalian harus meyakininya.
__
MURID : Untuk apa meyakini? Bukankah jika di dunia berbudi baik dan beriman kepada Allah sudah merasakan Surga. Sedangkan Surga dan Neraka di akhirat hanyalah bersifat menakut-nakuti manusia agar tidak berbuat buruk?
__
SYEKH JENAR : Pendapatmu memang cerdas dan kritis. Namun kalian tidak usah mempertanyakan, apakah kelak di akhirat ada Surga dan Neraka. Itu urusan Gusti Allah. Kalian harus meyakini. Karena meyakini hari akhir merupakan rukun iman. Sekali lagi, untuk mendapatkan Surga pun kalian tak perlu menunggu datangnya hari akhir. Meskipun seseorang sembahyang seribu kali setiap hari, toh akhirnya mati juga. Walaupun badanmu kau tutupi dengan kain surban dan jubah, namun akhirnya menjadi debu juga. Maka jiwalah yang paling penting. Jika keadaan jiwa seperti Tuhan, maka Surga akan didapatkannya. Kenikmatan luar biasa akan dirasakan.
__
MURID : Wahai Syekh, sesungguhnya yang menjadi pikiranku adalah sebelum ada dunia ini, apakah sudah ada dunia lainnya. Atau setelah kiamat, apakah Tuhan membuat dunia baru lagi seperti sekarang?
__
SYEKH JENAR : Sebelum dunia ada, apakah ada dunia lain, itu hanya Allah yang tahu. Tetapi sekarang kita berada di dunia ini menempati ruang dan waktu. Dunia ini asalnya adalah baru. Kemudian mengalami kerusakan dan kelak akhirnya menjadi hancur. Lenyap tak berharga. Setelah kiamat, apakah Tuhan membuat dunia baru untuk keduakalinya? Tidak!
__
MURID : Wahai Syekh, kalau begitu dunia erat kaitannya dengan raga kita, sedangkan jiwa erat kaitannya dengan alam akhirat?
__
SYEKH JENAR : Benar, dunia itu erat kaitannya dengan raga. Raga mempunyai sifat seperti alam semesta, yang semula baru kemudian rusak. Sedangkan jiwa tidak akan mengenal kerusakan karena jiwa merupakan penjelmaan Ruh Allah. Ketahuilah bahwa raga adalah barang pinjaman yang suatu saat akan diminta oleh Pemiliknya. Ketahuilah wahai murid-muridku. Raga ini sesungguhnya sangkar yang membelenggu dan menyulitkan jiwa. Agar jiwa menjadi bebas, maka suatu saat kelak, kalian akan kuajarai bagaimana cara melepas jiwa dari raga. Ilmu melepas jiwa artinya bahwa kematian adalah titik awal kehidupan yang sebenarnya. Jika seseorang raganya mati, maka jiwanya menjadi merdeka, bebas dan tidak terkungkung lagi. Sebab raga berhubungan erat dengan alam semesta. Sedangkan jiwa berhubungan erat dengan Ruh Tuhan. Selamanya jiwa tak akan bisa mati atau rusak.
__
MURID : Apakah yang dimaksud jalan kehidupan, wahai Syekh?
__
SYEKH JENAR : Jalan kehidupan adalah jalan menuju kepada hidup yang sebenar-benarnya, setelah engkau mengalami kematian. Jika seorang bayi lahir, maka bukanlah awal kehidupan, namun merupakan awal “kehidupan palsu” seperti yang kalian rasakan saat ini. Inilah yang sesungguhnya kematian sejati.
__
MURID : Jika demikian badan ini tidak bisa merasakan kehidupan yang sebenar-benarnya?
__
SYEKH JENAR : Ya, tidak bisa. Kehidupan sejati tidak dapat dirasakan oleh raga, karena jika raga mati akan tetapi dapat dirasakan oleh jiwa. Membusuk menjadi tanah.
__
MURID : Bagaimana jika sekarang ini seseorang berbuat dosa. Apakah jiwanya ikut bertanggungjawab. Sedangkan yang melakukan dosanya adalah raga?
__
SYEKH JENAR : Tetap ikut bertanggungjawab, karena jiwa yang menyatu ke dalam raga tidak bisa mencegah hawa nafsunya serta akal yang suka berbuat buruk.
__
MURID : Maaf saya belum paham Syekh.
__
SYEKH JENAR : Ketahuilah, setiap orang yang lahir di dunia ini maka jiwanya menyatu dengan akal. Selain akal dalam diri manusia juga ada hawa nafsu. Ketika seseorang berbuat buruk, berarti raganya didorong dan dipengaruhi oleh hawa nafsu dan akalnya. Akal dan nafsu memang suka berbuat buruk. Apabila jiwa mencegah (melalui hati nurani), maka raga tidak akan berbuat buruk. Akan tetapi jika jiwa membiarkannya, maka raga tetap melakukannya. Karena itu bagaimanapun juga jiwalah yang akan mempertanggungjawabkan perbuatan baik dan buruk raganya.
__
MURID : Tadi Syekh mengatakan jiwa adalah penjelmaan Ruh Tuhan. Mengapa kadang-kadang jiwa mau mencegah dan kadang membiarkannya?
__
SYEKH JENAR : Perlu kalian semua ingat, bahwa di dalam raga ini terdapat nafsu-nafsu. Jika nafsu kuat menguasai, maka jiwa menjadi terbelenggu. Karena itulah mengapa aku katakan bahwa kehidupan sekarang ini adalah kematian. Sedangkan setelah ajal merupakan awal kehidupan. Sesudah kematian maka seseorang akan mencapai kebebasan jiwanya.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Ajaran SYEKH SITI JENAR memang agak beda dengan ajaran PARA WALISONGO . SITI JENAR mengajarkan bahwa TUHAN adalah ZAT yang mendasari adanya manusia, hewan, tumbuhan dan segala yang ada. Keberadaan segala di dunia ini tergantung pada adanya ZAT . Tanpa ada ZAT YANG MAHAKUASA , maka mustahil sesuatu yang wujud itu ada.
__
Ajaran ini tidak pernah disampaikan oleh PARA WALISONGO . Mereka menyadari bahwa umatnya masih terlalu awam terhadap ISLAM , sehingga memberi materi yang ringan dan praktis saja.
.
__
(TUAK ILAHI)
No comments:
Post a Comment