MENGENAL HAKEKAT DIRI MANUSIA & UNSURNYA
"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Kita selama ini memahami keberadaan manusia hanya sebatas makhluk yang diciptakan Tuhan dari bahan tanah kemudian cukup melakukan penghambaan dan beribadah hanya kepada-NYA saja, kemudian bagi yang taat akan masuk syurga dan bagi yang ingkar akan berakhir di neraka.
"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Kita selama ini memahami keberadaan manusia hanya sebatas makhluk yang diciptakan Tuhan dari bahan tanah kemudian cukup melakukan penghambaan dan beribadah hanya kepada-NYA saja, kemudian bagi yang taat akan masuk syurga dan bagi yang ingkar akan berakhir di neraka.
Padahal ternyata setelah dilakukan pendalaman dari berbagai sumber alim ulama dan menginti sarikannya lebih dalam lagi, maka pd hakekatnya keberadaan manusia itu sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang lebih mulia dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya.
Ini sungguh memuat makna lain yang lebih luas, yang akan menuntun kita (bagi yang mau merenunginya) untuk menuju pada sebuah kesadaran yang lebih dahsyat akan makna sebuah rasa syukur yang teramat sangat kepada Tuhannya, dengan sebenar-benarnya tunduk sujud syukur yang lebih dalam lagi, dan akan membuat kita lebih khidmat menyadari siapa diri kita yang sesungguhnya bhw tak ada sebutir tepung pun diri kita dibanding dengan karunia Tuhan yang telah diberikan kepada manusia (pada kesadaran lain akan timbul rasa teramat sangat malu kita kepada Tuhan, jika kita hanya menjadi makhluk sampah yang tak pernah mempersembahkan suatu bakti kepada-Nya).
Mari kita telusuri siapa sesungguhnya diri kita.
MENGAPA MANUSIA DISEBUT TUHAN SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA?
Manusia makhluk paling sempurna dan mulia ?
Ah.. sepertinya omong kosong.
Ah.. sepertinya omong kosong.
Realitasnya dalam kehidupan dunia saat ini begitu memprihatinkan menyaksikan ulah sepak terjang dan tabiat manusia. Jahat, egois, sadis dan penuh kesombongan, saling injak menginjak, saling hancur menghancurkan, tipu menipu dan saling iri dengki.
Lihat yg jadi penjahat, betapa sadisnya mereka merampok, menjambret, menodong kadang tanpa belas kasihan langsung membacok, membunuh korbannya.
Lihat yang saling bunuh-bunuhan antar sesama umat karena dalih membenarkan kelompok/sektenya sendiri.
Lihatlah realitas di Suriah, Irak, Mesir, Myanmar, dan dibelahan lain dunia.
Lihat yang saling tawuran, pertikaian SARA, mereka bunuh-bunuhan dan mati bagai binatang, yang mati dibakar, yang dimutilasi, yang di ambil paksa organ dalam tubuhnya, dll.
Lihat para pecandu narkoba, lihat dan lihat realitas dikehidupan kita sehari-hari, maka manusia kelasnya tak lebih baik dari nasib binatang yang mati.
Mau disebut mulia darimana ?
Padahal Tuhan telah menyiratkan bahwa manusia adalah makhluk yang dilebihkan kemuliaan dan derajatnya dibanding makhluk lainnya :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS. 17. Al Israa':70)
Maka jawaban makhluk manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia jika memenuhi hal-hal sebagai berikut dibawah ini :
Jawaban yang paling mendasar adalah bahwa, ternyata derajat mulia itu, berpasangan dengan kerendahan.
Maknanya bahwa jika manusia itu mau termasuk ke dalam makhluk yang disebut mulia, maka harus mencapainya dengan niat dan berusaha keras meraih kemuliaan itu.
Manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia dalam dua katagori:
1. Menurut Aspek Filsafat Global :
*Dalam ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai Al-Insanu hayawanun nathiq (manusia adalah binatang yang berfikir).
Nathiq sama dengan berkata-kata dan mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pikirannya.
Sebagai binatang yang berpikir manusia berbeda dengan hewan.. Walaupun pada dasarnya fungsi tubuh dan fisiologis manusia tidak berbeda dengan Hewan
namun hewan lebih mengandalkan fungsi-fungsi kebinatangannya, yaitu naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya fungsi kebinatangan juga ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan.
Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola-pola tindakannya dan semakin kurang lengkap penyesuaian struktural yang harus dilakukan pada saat lahirnya.
Pertanyaan tentang jati diri manusia itu mulai timbul atau baru terlacak pada masa Para pemikir kuno Romawi yang konon dimulai dari Thales (abad 6 SM).
Maka, keberadaan manusia berbeda dengan binatang yang tak diberi beban penugasan sebagai khalifah (penguasa bumi), sehingga tak dibekali dengan aqal.
Sedangkan manusia yang diberi aqal memungkinkan dapat menerima signal-signal petunjuk atau hidayah dalam menjalani kehidupan sebagai koridor yang mesti diaplikasikannya.
TENTANG SIGNAL HIDAYAH YANG TERTANAM DALAM DIRI MANUSIA
As-Syaikh Musthafa al-Maraghi ketika menafsirkan makna hidayah dalam surat al-Fatihah menerangkan bahwa ada 5 macam tingkatan hidayah yang dianugerahkan Allah s.w.t. kepada manusia, yaitu:
1. Hidayahal-Ilham gharizah atau (insting).
2. Hidayah al-Hawasy, (indra).
3.Hidayah al- ‘Aql, (akal budi).
4. Hidayah al-Adyan, (agama).
5.Hidayah at-Taufik.
Hidayah al- ‘Aql lebih tinggi tingkatannya dari hidayah terdahulu (insting dan indra yang dianugerahkan Tuhan kepada hewan).
Pada hidayah al- 'aql pula yang membedakan antara manusia dan binatang.
Di samping itu, di atas akal budi terdapat hidayah Agama dan hidayah At-Taufiq.
Manusia menurut aspek Ilmu Pengetahuan:
Pada zaman modern pendefinisian manusia banyak dilakukan oleh mereka yang menekuni bidang psikologi.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (manusia berkeinginan).
Menurut aliran ini manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku hasil interaksi antara komponen
- biologis (id),
- psikologis (ego)
- sosial (superego),
- biologis (id),
- psikologis (ego)
- sosial (superego),
Di dalam diri manusia terdapat unsur :
- animal (hewani),
- rasional (akali),
- moral (nilai).
- animal (hewani),
- rasional (akali),
- moral (nilai).
Maka kesimpulannya :
kemakhlukan bahwa manusia lebih mulia entah apapun agamanya dan latar belakangnya.. Yakni :
a.Telah diberinya Ruh yang berasal dari Ruh Kemuliaan-Nya, bukan dari ruh Iblis atau syetan atau binatang.
(Silahkan renungkan kembali tulisan diatas tentang unsur ruh dalam diri manusia).
b.Telah diberinya Akal dan Nafs pilihan, yang berbeda dengan hewan.
yang dengan akal tersebut manusia diberi ilham untuk berpikir, berbudi daya dan ber nurani.
Dengan akal pikir itu manusia mampu mempertahankan hidup dan mampu mengembangkan teknologi, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan alam semesta.
2. BERDASAR NILAI-NILAI ISLAM :
*Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah, Tuhan Pencipta Alam Semesta.
Walaupun telah berusaha memahami dirinya selama beribu-ribu tahun, namun gambaran yang pasti dan meyakinkan tak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subyektif.
Oleh karena itu manusia memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secara lebih utuh.
Allah Sang Pencipta Alam telah menurunkan Kitab Suci Al-Quran yang di antara ayat-ayat-Nya menggambarkan keadaan konkret tentang kejadian manusia..~> Manusia Makluk Terbaik dan Termulia
*Allah Ta’ala menciptakan manusia itu melalui dua model proses, yakni :
a.Penciptaan langsung (penciptaan Adam) dengan prototype.
b.Penciptaan tidak langsung (proses reproduksi manusia).
- Dalam penciptaan Adam :
Allah Ta’ala langsung membentuknya dengan model / Protoype dari unsur-unsur tanah yang dibentuk dan dengan air, lalu ditiupkan Ruh Allah secara langsung (ROH Al-Qudus), sehingga terciptalah Nabi Adam sebagai manusia pertama.
PROSES SEBAGAI BERIKUT :
1). Menggunakan “ TIIN”, yaitu tanah lempung
(Tuhan) memulai penciptaan manusia dari tanah lempung. (QS.32.As-Sajadah:7)
Dalam ayat Alquran ini, menyebut kata BADAA yang berarti memulai.
Ini menunjukkan adanya awal suatu penciptaan dari TIIN.
Hal ini jelas bermakna tahap yang lain akan segera mengikuti.
2). Menggunakan “ TURAAB”, yaitu tanah gemuk
:قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِن تُرَابٍثُمَّ مِن نُّطْفَة ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلاً
“Kawanmu (yang mukmin) berkata kepadanya, sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada Tuhan Yang Menciptakan kamu dari tanah (turaab), kemudian dari setetes air mani lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” (QS.18.Al-Kahfi:37)
3) .Menggunakan “TIINUL LAAZIB”, yaitu tanah lempung yang pekat (tanah liat)
:فَاسْتَفْتِهِمْ أَهُمْ أَشَدُّ خَلْقاً أَم مَّنْ خَلَقْنَا إِنَّا خَلَقْنَاهُم مِّن طِينٍ لَّازِبٍ“
"Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): “Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari tanah liat (tiinul laazib). (QS.37.As-Saffaat: 11)
4). Diprototype kan dengan ”SALSALUN”, yaitu lempung yang dikatakan
”KALFAKHKHAR” (seperti tembikar).
”KALFAKHKHAR” (seperti tembikar).
Citra ayat ini menunjukkan bahwa manusia “dimodelkan”
5) .Dan dengan, “SALSALUN MIN HAMAIN MASNUUN” (lempung dari Lumpur yang dicetak/diberi bentuk)
:وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk”. (Q.S. Al-Hijr, 15: 26)
6). Disarikan dengan, ”SULAALATIN MIN TIIN” yaitu dari sari pati tanah.
( SULAALAT berarti sesuatu yang disarikan dari sesuatu yang lain)
:وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُأَحْسَنُ الْخَالِقِينَ“
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (sulaalatin min tiin). Kemudian Kami jadikan saripati air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. (QS.23. Al-Mukminun: 12-14)
7). Dicampur dengan Air sebagai unsur penting asal usul seluruh kehidupan.
"Dan Dia (Allah) pula yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia (Allah) jadikan manusia itu punya keturunan dan musaharah adalah Tuhanmu Mahakuasa." (QS.25.Al-Furqaan: 54)
8). Peniupan RUH AL-QUDUS, AL-HAYAT-NYA
:فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُواْ لَهُ سَاجِدِينَ
"Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (Q.S. Al-Hijr, 15: 29)
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan) Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi kamu sedikit sekali bersyukur”.(Q.S. As-Sajdah, 32: 9)
Demikian model penciptaan langsung NABI ADAM yang difirmankan Allah dalam Al-Quran.
Manusia menurut Islam berbeda sama sekali dengan makhluk-makhluk lain, manusia adalah makhluk yang paling terbaik dan sempurna dihadapan Allah.
Manusia di samping mempunyai jasad, nyawa, nafsu naluri, dan insting, manusia dilengkapi dengan RUH AL-QUDUS, AL-HAYAT-NYA
Karena kelebihannya itulah manusia memperoleh predikat sebagai makhluk terbaik dan termulia, baik bentuk kejadiannya maupun kedudukannya di alam semesta ini.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q.S. At-Tin, 95: 4)
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka ke daratan dan lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (Q.S. Al-Isra, 17: 70)
- Penciptaan melalui proses reproduksi manusia :
PROSES SEBAGAI BERIKUT :
*Kandungan ayat-ayat Al-Quran telah membuka mata pakar dunia di bidang ilmu kedokteran dan embriologi.
Mereka terpana akan kesuaian ilmu ilmiah modern yang telah dihasilkan dengan riset-riset mahal dengan wahyu Al-Quran yang notabene telah ada sejak 1400 tahunan yang lalu.
Hal ini telah membuktikan kebenaran wahyu Alquran dan agama Islam sebagai pedoman hidup manusia.
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ فِي أَيِّ صُورَةٍ مَّا شَاء رَكَّبَكَ
“Hai manusia apakah yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuhmu) seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (Q.S. Al- Infithar, 82: 6-8)
Proses terjadinya manusia merupakan fenomena yang baru saja diketahui setelah diketemukannya alat-alat modern yang serba canggih diperbagai segi.
Para pakar sains di bidang kedokteran terkejut tatkala mereka menemukan teori-teori proses terjadinya manusia di dalam Al-Quran yang sangat sesuai dengan hasil yang mereka peroleh setelah melakukan penyelidikan berabad-abad lamanya hingga saat ini.
Ilmu tentang proses kejadian manusia dalam Al-Qur’an yang sangat ilmiah:
Proses Kejadian dalam Kandungan (belum ada)
Proses Kejadian dalam Kandungan (belum ada)
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتاً فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُون
َ
“Mengapa kamu kafir terhadap Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu.”(QS.2. Al-Baqarah: 28)
َ
“Mengapa kamu kafir terhadap Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu.”(QS.2. Al-Baqarah: 28)
Al-Qur’an bilang bahwa kita tadinya “mati” alias belum ada.
Lho..di manakah kita?
Maka ilmu modern telah memberi definisi, bahwa pada waktu itu kita masih berupa unsur-unsur zat-zat anorganis dalam tanah, sedangkan unsur kehidupan (ROH - red) berada dalam sumber kekuatan semesta (ALLAH - red.).
Berikut penjelasan ilmiahnya :
Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah akan diserap, baik itu oleh hewan maupun tumbuhan, dan tak terkecuali akan sampai juga kepada manusia, termasuk ayah dan ibu kita.
Dalam tubuh ayah, zat-zat tersebut akan terbentuk menjadi sperma, sedang pada ibu akan terwujud ovum (sel telur).
Dari kedua benda (sperma dan ovum) inilah nanti akan terwujud sosok manusia yang menakjubkan di dalam rahim ibu).
خُلِقَ مِن مَّاء دَافِقيَخْرُجُ مِن بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِب
ِ
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dan apa ia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara bagian seksuil daripada lelaki dan perempuan.”(Q.S. Ath Thariq, 86: 6-7)
ِ
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dan apa ia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara bagian seksuil daripada lelaki dan perempuan.”(Q.S. Ath Thariq, 86: 6-7)
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِيٍّ يُمْنَى
“Bukankah ia dahulu berupa setetes mani yang ditumpahkan.”(Q.S. Al Qiyamah, 75: 37)
Mani atau sperma yang terbentuk di dalam tubuh setelah terjadinya persenyawaan antara zat-zat yang terbawa dari makanan dengan unsur-unsur lain di dalam tubuh inilah yang merupakan salah satu bahan terpenting bagi terwujudnya sosok manusia.
Sebelum lebih jauh tentang reproduksi manusia di dalam Al-Quran, maka perlu mengetahui dulu bagaimana proses reproduksi manusia menurut ilmu embriologi modern yang telah diperoleh .
Para ahli Embriologi begitu takjub dengan susunan ayat Al-Qur’an yang begitu sistematik mengenai soal-soal reproduksi manusia, yang dapat dikelompokkan sbb :
a. Setetes cairan yang menyebabkan pembuahan (facondation).
b. Watak dari zat cair yang membuahi.
c. Menetapnya telur yang sudah dibuahi dalam rahim.
d. Perkembangan embrio di dalam rahim.
Setetes cairan yang menyebabkan pembuahan. Alquran mengetengahkan soal ini 11 kali dalam berbagai surah,
silahkan perhatikan ayat-ayat ini
silahkan perhatikan ayat-ayat ini
"Dia telah menciptakan manusia dari nutfah, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (Q.S. An Nahl, 16: 4)
Kata NUTFAH dalam ayat ini berasal dari akar kata yang artinya “mengalir”.
Kata ini dipakai untuk menunjukkan air yang ingin tetap dalam wadahnya, sehingga sesudah wadah itu dikosongkan.
Jadi kata tersebut menunjukkan setetes kecil yang dalam hal ini berarti setetes air sperma (mani), karena dalam ayat lain diterangkan bahwa setetes itu adalah setetes sperma.
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِيٍّ يُمْنَى
“Bukankah ia dahulu dari setetes mani (sperma) yang ditumpahkan.”(Q.S. Al Qiyamah, 75:37)
Dalam ayat lain setetes itu ditempatkan dalam tempat yang tetap atau kokoh yang dinamai rahim.
"Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (sperma) (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (Q.S. Al Mu’minun, 23:13)
Inilah ayat-ayat Quran yang menunjukkan ide tentang setitik cairan yang diperlukan untuk pembuahan, hal ini sesuai tepat dengan sains modern yang telah diketahui sekarang.
Watak dari zat cair yang membuahi, Al-Quran menunjukkan cairan yang memungkinkan terjadinya pembuahan dengan watak-watak atau sifat yang perlu dicermati,
- Sperma (seperti yang baru dibicarakan)
– Cairan yang terpancar (Q.S. Ath Thariq, 86:6)
– Cairan yang hina (Q.S. Al Mursalaat, 77: 20)
– Cairan yang bercampur/amsyaj (Q.S. Al Insan, 76:2)
Watak cairan yang terakhir perlu digaris bawahi, karena mengandung suatu hal yang menakjubkan yang perlu kita ketahui dan mengerti
.إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعاً بَصِيراً
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes nutfah yang bercampur.., (QS Al Insan, 76:2)
Banyak ahli tafsir seperti Hamidullah dan juga ahli-ahli tafsir kuno yang mereka itu belum memiliki ide sedikit pun tentang fisiologi pembuahan, mereka mengira bahwa kata “campuran” itu hanya menunjukkan bertemunya unsur lelaki dan wanita.
Tetapi ahli tafsir modern seperti penulis Muntakhab yang diterbitkan Majelis Tinggi soal-soal Islam di Kairo mengoreksi cara para ahli tafsir kuno dan menerangkan bahwa setetes sperma itu banyak mengandung unsur-unsur.
Suatu keterangan yang sangat tepat, walaupun mereka tidak memberikan perinciannya.
Apakah unsur-unsur sperma yang bermacam-macam itu ?
Cairan sperma mengandung unsur-unsur yang bermacam-macam yang berasal dari kelenjar-kelenjar sbb :
– Tetis, buah pelir yang mengeluarkan spermatozoa yaitu sel panjang berekor dan berenang dalam cairan serolife
– Kantong-kantong benih (besicules seminutes). Organ ini merupakan tempat menyimpan spermatozoa, juga mengeluarkan cairan, tapi tak bersifat membuahi.
– Prostat, mengeluarkan cairan yang memberikan sifat krem serta bau khusus kepada sperma.
– Kelenjar Cooper/mery, mengeluarkan cairan yang lekat.
– Kelenjar letre, yang mengeluarkan semacam lendir.
Inilah unsur-unsur campuran yang dimaksud dalam Al-Quran.
Betapa menakjubkan, Al-Quran memberikan hal-hal yang harus diketahui dengan alat-alat modern pada saat ini, yang tidak mungkin diketahui orang-orang pada waktu Al-Quran diturunkan 15 abad silam.
Ini membuktikan bahwa Tuhan yang menguasai jagat inilah yang menurunkan kitabNYA kepada manusia sebagai petunjuk dan bukti akan kebenaran yang Mutlak.
Satu lagi dari para sarjana yang mencoba mempelajari Al-Quran dibuat kagum dan dengan tulus mereka menyatakan beriman Islam, yaitu bunyi suatu ayat dalam (QS.32. As-Sajadah: 8)
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلَالَةٍ مِّن مَّاء مَّهِينٍ
“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina"
Yang dimaksud "saripati" di ayat ini adalah suatu bahan yang dikeluarkan atau keluar dari bahan yang lain dan merupakan bagian yang terbaik (terpilih) dari bahan itu (sperma).
Lebih jelasnya adalah; yang menyebabkan terjadinya pembuahan (sehingga tercipta manusia) pada sel telur (ovum) pada pihak wanita, adalah satu bagian yang berupa sebuah sel panjang yang besarnya kurang lebih 1/10.000 mm.
Satu dari beberapa juta sel yang serupa di dalam setetes sperma yang dihasilkan seorang lelaki.
Sejumlah yang sangat besar tetap di jalan dan tidak sampai ke trayek yang menuntun dari kelamin wanita sampai ke sel telur di dalam rongga rahim (uterus dan trompe).
Bagaimana kita tidak terpukau oleh persesuaian antara teks Al-Quran dengan ilmu pengetahuan ilmiah yang kita miliki sekarang ini (abad modern)
Menetapnya telur yang sudah dibuahi dalam rahimTelur yang telah dibuahi dalam “trompe” turun bersarang di dalam rongga rahim (cavum uteri)..~> Inilah yang dinamakan “bersarangnya telur”.
Al-Quran menamakan uterus tempat telur dibuahkan itu rahim (kata jamaknya arham).
وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاء إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
“Dan kami tetapkan dalam rahim apa yang kami hendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.”(Q.S. Al Hajj, 22: 5)
Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya jonjot (villi), yakni perpanjangan telur yang akan mengisap dari dinding rahim zat yang perlu bagi membesamya telur, seperti akar tumbuh-tumbuhan yang masuk dalam tanah.
Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telur di dalam rahim.
Pengetahuan hal ini baru diperoleh manusia pada jaman modem saat ini.
Pelekatan ini disebutkan dalam Alquran 5 kali, salah satunya ada dalam :
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَق
ٍ
“Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat.” (Q.S. Al Alaq, 96: 2)
ٍ
“Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat.” (Q.S. Al Alaq, 96: 2)
“Sesuatu yang melekat” adalah terjemahan kata bahasa arab ‘ALAQ. Ini adalah arti yang pokok.
Arti lainnya adalah gumpalan darah yang sering disebutkan dalam terjemahan Al-Quran. Ini adalah suatu kekeliruan yang harus kita koreksi. Manusia tidak pernah melewati tahap gumpalan darah.
Ada lagi terjemahan ‘ALAQ yaitu lekatan (adherence) yang juga merupakan kata yang tidak tepat. Arti pokok yaitu “suatu yang melekat” sesuai sekali dengan temuan sains modern.
Secara lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
Setelah pembuahan antara sperma dengan ovum, kedua sel tersebut akan membelah dari 1, 2, 4, 8,16 dan seterusnya secara cepat sekali.
6 atau 7 hari setelah pembuahan sel yang banyak menyerupai gelembung kecambah ini menetap dan bersarang pada dinding dalam uterus, yang rupanya seperti bunga karang atau selapis karet busa.
Kejadian yang sangat penting ini disebut “nidasi” atau implantasi, maksudnya penyarangan atau penanaman.
Selama proses nidasi ini, beberapa pembuluh yang sangat halus dalam jaringan sel sang ibu dibuka.
Sisa jaringan yang rusak dan tetes darah kecil yang keluar merupakan makanan untuk sel-sel yang sedang berkembang.
Sel-sel ini mengisap makanan dengan cara sama seperti tumbuh-tumbuhan mengisap makanan dari tanah lembab.
Memang, ‘ALAQ atau sesuatu yang melekat ini akan dengan segera mengeluarkan semacam jaringan akar-akar yang halus sekali, yang disebut “villi”.
Guna akar-akar ini selain untuk menerima zat makanan, juga supaya ‘ALAQ ini dapat mengikatkan diri dengan kokoh di dalam rahim.
Di dalam dinding-dinding inilah ‘ALAQ akan berkembang mengalami metamorfose yang amat dasyat.
Tak lama lagi ‘ALAQ ini makin lama makin berkembang dan besar. Dan berubah setiap jam menjadi apa yang jelas-jelas sebagai makhluk manusia yang mempunyai kepala, tubuh, tangan, kaki, jari-jari, mata, telingan dan hidung.
Ide tentang sesuatu yang melekat (‘ALAQ) disebutkan di beberapa ayat yang lainnya.
Misalnya sebagai berikut
;ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah (sesuatu yang melekat).”(Q.S. Al Mu’minun 23:14)
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari ‘sesuatu yang melekat’. “(Q.S. Al Mu’min 40:67)
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِيٍّ يُمْنَىثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى
“Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi ‘sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempumakannya.”(Q.S. al Qiyaamah 75: 37-38)
“Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi ‘sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempumakannya.”(Q.S. al Qiyaamah 75: 37-38)
Persesuaian ini sungguh mempertebal iman Islam, kepada Allah dan kitab-NYA yang diturunkan kepada Muhammad SAW.
Semua hal yang telah disebutkan oleh Al-Quran di atas telah diketahui oleh manusia saat ini, dan tidak mengandung sedikitpun hal-hal yang dapat dikritik oleh sains.
Sekarang kita mulai membicarakan mengenai tahap-tahap perkembangan embrio di dalam rahim.
Setelah kata “sesuatu yang melekat” (‘ALAQ ) yang telah kita lihat kebenarannya, Al-Quran menyatakan bahwa embrio melalui tahap; secuil daging (seperti daging yang dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang diselubungi oleh daging (diterangkan dengan kata lain berarti daging segar).
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُأَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
“Kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu Kami jadikan sesuatu yang melekat itu secuil daging dan secuil daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. Al Mu’minun 23:14)
Daging (seperti yang dikunyah) adalah terjemahan kata bahasa arab “mudlghah“, daging (seperti daging segar) adalah terjemahan kata “lahm“.
Perbedaannya perlu digarisbawahi, embrio pada permulaannya merupakan benda yang nampak kepada mata biasa, dalam tahap tertentu daripada perkembangan sebagai daging yang dikunyah.
Sistem tulang berkembang pada benda tersebut di dalamnya, yang dinamakan “mesenbyme“.
Tulang yang sudah terbentuk dibungkus dengan otot-otot, inilah yang dimaksud kata “lahm“
Dalam perkembangan embrio, ada beberapa bagian yang muncul yang tidak seimbang proporsinya dengan yang akan menjadi manusia nanti, sedang bagian-bagian lain tetap seimbang.
Bukankah arti bahasa arab “mukhallaq” adalah dibentuk dengan proporsi seimbang ?
yang dipakai dalam ayat 5 surat Al Maaidah disebutkan untuk menunjukkan fenomena ini?
Al-Quran juga menyebutkan munculnya panca indera dan hati (perasaan, afidah)
“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, pengelihatan dan hati.”
(Q.S. As-Sajadah 32: 9)
(Q.S. As-Sajadah 32: 9)
Terbentuknya seks juga disebutkan dalam Quran surah Faathir ayat 11 dan surah Al Qiyamah 39 juga surah An Najm 45-46 sebagai berikut;
وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنثَىمِن نُّطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari mani yang dipancarkan.”(Q.S. An Najm 53: 45-46)
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari mani yang dipancarkan.”(Q.S. An Najm 53: 45-46)
Maka kesimpulannya :
- Bahwa manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia, jika manusia tersebut mengenali asal usul dirinya darimana berasal dan menyadari hakekat untuk apa manusia itu dilahirkan/diciptakan.
a. Menyadari bahwa manusia diciptakan hanya untuk mengabdi, menyembah kepada Tuhannya
b. Maka pertamakali haruslah beriman
c. Kemudian ber-Islam, dengan mengaplikasikan nilai-nilai Islam, manusia akan diberi petunjuk jalan pintas untuk menemukan dan mencapai derajat kesempurnaa/kemuliaan dirnya.
d. Mengaplikasikan nilai-nilai Muhammad sebagai utusan Tuhan yang terakhir yang laku perbuatannya merupakan cermin yang baik untuk pedoman hidup dan mengabdi pada Tuhan. Nilai-nilai Muhammad SAW adalah rahmatan lil ‘alamin, yakni berbuat manfaat pada diri dan umat serta sekelilingnya.
e. Ketika manusia itu telah mampu memahami hakekat keberadaan dirinya kemudian menenggelami seluruh aspek keber-imanannya, keber-Islamannya dan berlaku perbuatan mensuri tauladani nilai-nilai Muhammad dalam setiap nafas kehidupannya di dunia, maka manusia tersebut akan mencapai posisi derajat / maqam yang tinggi hingga mencapai derajat AL-MUQARRABIN (Yang didekatkan pada Allah Ta’ala), yang posisi ini dapat melebihi derajat Malaikat.
.
(TUAK ILAHI)
.
(TUAK ILAHI)
No comments:
Post a Comment