Wednesday, 1 July 2015

Tasawuf


☆☆"BISMILLAH - DUA JENIS GOLONGAN SUFI"☆☆

Written By : Sahabat Shahibul Karib :
Hakikat Insan : Mengenal Diri Mengenal Tuhan

☆☆SIRI PENGENALAN GOLONGAN TASAWUF☆☆
⊙ PENJELASAN TENTANG GOLONGAN MAJZUB ⊙

✨🔱BICARA TASAWUF RAMADAN🔱✨

⊙ Orang-orang salik dengan usaha dan amal masuk ke alam dahulu untuk mencari DIA dan menuju-Nya sehingga ke tujuh martabat alam (Martabat Tujuh).

⊙ Tetapi orang-orang majzub (mereka yang terpilih bukan
kerna usaha dan amal) ditarik masuk ke dalam relung Misykat - Haqiqatul Muhammadiyah demi tertawan oleh "Cinta-Nya" kerna keberadaan mereka tersangat hampir dengan Zat Ahadiyah. Lantaran itulah orang-orang mazjub tidak
mengenali maqam sepertimana orang-orang salik yang
melalui dari maqam ke maqam.

⊙ Orang-orang majzub itu sebenarnya telah diberikan-Nya
pengetahuan khusus tentang rahsia Diri-Nya dan hanya
mereka sahajalah yang tahu di manakah Allah SWT itu berada yang tidak di dalam alam atau di luar alam kerna dalam Zat-Nya itu langsung tidak ada alam.

⊙ Meskipun ada di kalangan mereka yang majzub ini
mengalami jazbah yakni peringkat tinggi kemabukan spiritual oleh kerna terlalu hebatnya di bawah tarikan pengaruh Ilahi, tetapi sebenarnya mereka tidak mengalami beberapa maqam fana sebagaimana yang ditempuhi oleh pengalaman para salik yang menuju Allah.

⊙ Dengan ertikata lain, masih ada kesedaran bagi mereka
meskipun keadaan mereka itu tersangat hampir dengan Allah. Lantaran itulah mereka tidak ditugaskan membimbing murid, kerna mereka sendiri tidak pernah mempunyai pengalaman fana dan fana di dalam fana serta tidak berada di tahap suatu maqam ke maqam lainnya sebagaimana layaknya seorang Guru Mursyid mengatur perjalanan thariqah.

⊙ Mereka juga tidak seperti para sufi yang mengalami ittihad seperti Abu Yazid al-Bustami yang mengalami kehancuran seluruh sifat keakuannya dalam Allah dan kemudian baqa (kekal bersatu) bersama Allah. Dan mereka juga tidak mengeluarkan sebarang ucapan syattariah dari
ketidaksedaran yang boleh menimbulkan pelbagai tuduhan
seperti apa yang pernah diucapkan oleh Mansur al-Hallaj
“Anal al-Haq”.

⊙ Walaupun terdapat sesetengah ucapan mereka itu agak
aneh dan tidak difahami oleh orang awam,
tetapi mereka sendiri faham apa maksudnya kerna mereka
telah dikurniakan oleh Allah ilham atau ilmu laduni yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang biasa. Hanya mereka tidak dapat menjelaskan menurut sebagaimana acuan logika penerimaan akal orang awam.

⊙ Orang-orang majzub ini yang sangat unik di antara
kebanyakan ahli sufi. Umpama sebuah lampu yang terang-
benderang, mereka itulah ‘kaca penutup’ yang jernih seluruh permukaan kacanya bagi sumbu yang sedang menyalakan api di dalam relung lampu itu.

⊙ Betapa tersangat dekatnya ‘kaca
penutup’ itu dengan sumbu yang bernyala itu, tetapi ‘kaca
penutup’ itu tidaklah hancur dan terbakar oleh kehangatan api yang sedang kuat bernyala, dan ‘kaca penutup’ itu pun sama sekali tidak tersentuh oleh api. Malahan pula, ‘kaca penutup’nitu bersedia menerima penerapan cahaya dari api itu untuk ditebarkan ke seluruh ruang yang ada.
Demikianlah juga menurut pengkaji tasawuf, orang-orang
majzub ini memiliki indera yang agak aneh dari pancaran
cahaya dan hakikat Ketuhanan meskipun mereka itu di dalam keadaan sedar.

⊙ Mereka adalah orang-orang sufi yang tinggi darjat
kewaliannya, yang ada di antara kewalian mereka itu tidak
dapat dikesan oleh orang awam. Dengan sebab itu mereka
suka hidup menyendiri, tersisih dari masyarakat dan
adakalanya mereka tampak seperti tidak berperilaku normal, dituduh sebagai orang gila serta memberikan kejutan luar biasa dari kesan penampakan karamahnya.

⊙ Walaupun mereka tidak bersatu (ittihad) dengan Zat Al-
Haq atau fana di dalamNya, tapi mereka dapat merasakan
baqa bersama Allah melalui Nur Ilahi. Mereka dapat melihat Allah sebagaimana Allah itu patut dilihat. Walaupun di mana pun mereka sedang berada, baik di tengah khalayak orang ramai atau bersendirian, mata hati mereka senantiasa dapat terus memandang Wajah Allah tanpa adanya sekatan atau tabir.

☆ Satu Dalam Seribu Yang Dikatakan Majzub ☆

⊙ Di tangan bimbingan Guru Mursyid, murid akan dibimbing sampailah ke peringkat melihat Allah dari pandangan Guru Mursyid itu.

⊙ Namun melalui orang Majzub yang dapat mengungkapkan
relung rahsia (Misykat) Ketuhanan, anda akan dapat melihat Allah sebagaimana Allah itu patut dilihat. Sayangnya, untuk berjumpa dengan orang Majzub ini bukanlah mudah dan bukanlah ramai bilangannya, bagaikan satu dalam berbillion di dunia ini. Umpama di antara berbillionnya batu pertama hanya ada sebiji yang dikatakan
'mustika ajaib'.

⊙ Orang-orang Majzub ini tidak membentuk halaqah untuk
membimbing ramainya murid sebagaimana Guru Mursyid
dalam thariqah melakukan hal itu. Orang-orang Majzub ini
bersendirian, kadang-kadang tak punya sahabat atau
disingkirkan oleh keluarga dan masyarakat. Ucapannya tak
difaham orang awam.

⊙ Ada juga orang majzub yang berjalan jauh dan
meninggalkan negerinya untuk tujuan semata-mata hanya
mencari seorang murid sahaja bakal diwariskan ilmunya yang didapatinya langsung dari Allah.

Written By : Shahibul Karim Group Hakekat Insan.
Edited By : Penjaga Makam Sufi
☆June 13 at 3:57pm Mid Ramadan 2015☆


MENGENAL PARA WALI-WALI ALLAH :
TANDA-TANDA PARA WALI ALLAH :
(Agar mencontohi keperibadian mereka)

1. Jika melihat mereka, akan mengingatkan kita kepada
Allah swt.
Dari Amru Ibnul Jammuh, katanya:
“Ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Allah
berfirman: “Sesungguhnya hamba-hambaKu, wali-waliKu
adalah orang-orang yang Aku sayangi. Mereka selalu
mengingatiKu dan Akupun mengingai mereka.”
Dari Said ra, ia berkata:
“Ketika Rasulullah saw ditanya: “Siapa wali-wali Allah?”
Maka beliau bersabda: “Wali-wali Allah adalah orang-
orang yang jika dilihat dapat mengingatkan kita kepada
Allah.”

2. Jika mereka tiada, tidak pernah orang mencarinya.
Dari Abdullah Ibnu Umar Ibnu Khattab, katanya:
10 Hadis riwayat Abu Daud dalam Sunannya dan Abu
Nu’aim dalam Hilya jilid I hal. 6
Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Auliya’ dan
Abu Nu’aim di dalam Al Hilya Jilid I hal 6).
“Pada suatu kali Umar mendatangi tempat Mu’adz ibnu
Jabal ra, kebetulan ia sedang menangis, maka Umar
berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, wahai
Mu’adz?” Kata Mu’adz: “Aku pernah mendengar Rasulullah
saw bersabda: “Orang-orang yang paling dicintai Allah
adalah mereka yang bertakwa yang suka menyembunyikan
diri, jika mereka tidak ada, maka tidak ada yang
mencarinya, dan jika mereka hadir, maka mereka tidak
dikenal. Mereka adalah para imam petunjuk dan para
pelita ilmu.”

3. Mereka bertakwa kepada Allah.
Allah swt berfirman:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhuwatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka
bersedih hati Mereka itu adalah orang-orang yang beriman
dan mereka selalu bertaqwa.. Dan bagi mereka diberi
berita gembira di dalam kehidupan dunia dan akhirat”13
Abul Hasan As Sadzili pernah berkata: “Tanda-tanda
kewalian seseorang adalah redha dengan qadha, sabar
dengan cubaan, bertawakkal dan kembali kepada Allah
ketika ditimpa bencana.”

4. Mereka saling menyayangi dengan sesamanya.
Dari Umar Ibnul Khattab ra berkata:
Hadis riwayat Nasa’i, Al Bazzar dan Abu Nu’aim di dalam
Al Hilyah jilid I hal. 6
Surah Yunus: 62 – 64
Hadisriwayat. Al Mafakhiril ‘Aliyah hal 104
“Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya sebahagian
hamba Allah ada orang-orang yang tidak tergolong dalam
golongan para nabi dan para syahid, tetapi kedua golongan
ini ingin mendapatkan kedudukan seperti kedudukan
mereka di sisi Allah.” Tanya seorang: “Wahai Rasulullah,
siapakah mereka dan apa amal-amal mereka?” Sabda
beliau: “Mereka adalah orang-orang yang saling kasih
sayang dengan sesamanya, meskipun tidak ada hubungan
darah maupun harta di antara mereka. Demi Allah, wajah
mereka memancarkan cahaya, mereka berada di atas
mimbar-mimbar dari cahaya, mereka tidak akan takut dan
susah.” Kemudian Rasulullah saw membacakan firman
Allah yang artinya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali
Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak pula mereka bersedih hati.”

5. Mereka selalu sabar, wara’ dan berbudi pekerti yang
baik.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa”Rasulullah saw
bersabda:
Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I, hal
5 ... “Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia
akan menjadi wali Allah, iaitu: pandai mengendalikan
perasaannya di saat marah, wara’ dan berbudi luhur
kepada orang lain.”
Rasulullah saw bersabda: “Wahai Abu Hurairah, berjalanlah
engkau seperti segolongan orang yang tidak takut ketika
manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut
siksa api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh
perjalanan yang berat sampai mereka menempati
tingkatan para nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian
sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka
lakukan semua itu demi untuk mendapatkan redha Allah.
Mereka tinggalkan rezeki yang halal kerana akan
amanahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya
dengan badan mereka, tetapi mereka tidak tertipu oleh
dunia. Ibadah mereka menjadikan para malaikat dan para
nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka,
alangkah senangnya jika aku dapat bertemu dengan
mereka.” Kemudian Rasulullah saw menangis kerana rindu
kepada mereka. Dan beliau bersabda: “Jika Allah hendak
menyiksa penduduk bumi, kemudian Dia melihat mereka,
maka Allah akan menjauhkan siksaNya. Wahai Abu
Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka,
sebab siapapun yang menyimpang dari penjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat.”

6. Mereka selalu terhindar ketika ada bencana.
Dari Ibnu Umar ra, katanya:
“Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah
mempunyai hamba-hamba yang diberi makan dengan
rahmatNya dan diberi hidup dalam afiyahNya, jika Allah
mematikan mereka, maka mereka akan dimasukkan ke
dalam syurgaNya. Segala bencana yang tiba akan lenyap
secepatnya di hadapan mereka, seperti lewatnya malam
hari di hadapan mereka, dan mereka tidak terkena
sedikitpun oleh bencana yang datang.”
Rujukan:-
Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Al Auliya’
Hadis riwayat Abu Hu’aim dalam kitab Al Hilya
Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I hal 6

8. Hati mereka selalu terkait kepada Allah.
Imam Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An
Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba
Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh
keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak
akan punah dari peredarannya. . Akan tetapi, berapakah
jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya
hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah,
jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi
Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga
agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh
orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu
dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan,
mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh
mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke
alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di
muka bumi dan para da’i kepada agamaNya yang lurus.
Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka.”

9. Mereka senang bermunajat di akhir malam.
Imam Ghazali menyebutkan: “Allah pernah memberi ilham
kepada para siddiq: “Sesungguhnya ada hamba-hambaKu
yang mencintaiKu dan selalu merindukan Aku dan Akupun
demikian. Mereka suka mengingatiKu dan memandangKu
dan Akupun demikian. Jika engkau menempuh jalan
mereka, maka Aku mencintaimu. Sebaliknya, jika engkau
berpaling dari jalan mereka, maka Aku murka kepadamu. ”
Tanya seorang siddiq: “Ya Allah, apa tanda-tanda
mereka?” Firman Allah: “Di siang hari mereka selalu
menaungi diri mereka, seperti seorang pengembala yang
menaungi kambingnya dengan penuh kasih sayang,
mereka merindukan terbenamnya matahari, seperti burung
merindukan sarangnya. Jika malam hari telah tiba tempat
tidur telah diisi oleh orang-orang yang tidur dan setiap
kekasih telah bercinta dengan kekasihnya, maka mereka
berdiri tegak dalam solatnya. Mereka merendahkan dahi-
dahi mereka ketika bersujud, mereka bermunajat,
menjerit, menangis, mengadu dan memohon kepadaKu.
Mereka berdiri, duduk, ruku’, sujud untukKu. Mereka rindu
dengan kasih sayangKu. Mereka Aku beri tiga kurniaan:
Pertama, mereka Aku beri cahayaKu di dalam hati mereka,
sehingga mereka dapat menyampaikan ajaranKu kepada
manusia. Kedua, andaikata langit dan bumi dan seluruh
isinya ditimbang dengan mereka, maka mereka lebih
unggul dari keduanya. Ketiga, Aku hadapkan wajahKu
kepada mereka. Kiranya engkau akan tahu, apa yang akan
Aku berikan kepada mereka?”
Rujukan:-
Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal.. 80
Ihya’ Ulumuddin jilid IV hal 324 dan Jilid I hal 358

10. Mereka suka menangis dan mengingat Allah.
‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah saw bersabda: “Malaikat
memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku berada di
tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa secara
terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi
mereka suka menangis secara rahsia, kerana mereka takut
mendapat siksa dari Allah. Mereka suka mengingat
Tuhannya di waktu pagi dan petang di rumah-rumah
Tuhannya. Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dannketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Hati mereka selalu merindukan Allah. Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang. Mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang.

Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka suka
mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an. Mereka suka
membaca Al Qur’an dan suka berkorban. Allah suka
memandangi mereka dengan kasih sayangNya. Mereka
suka membahagikan nikmat Allah kepada sesama mereka
dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad
mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki
mereka di tanah, tetapi hati mereka di langit. Jiwa mereka
di bumi, tetapi hati mereka di Arsy. Roh mereka di dunia,
tetapi akal mereka di akhirat. Mereka hanya memikirkan
kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi
mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka
di sisi Allah sangat tinggi. Kemudian beliau menyebutkan
firman Allah yang artinya: “Kedudukan yang setinggi itu
adalah untuk orang-orang yang takut kepada hadiratKu dan
yang takut kepada ancamanKu.”

11. Jika mereka berkeinginan, maka Allah memenuhinya.
Dari Anas ibnu Malik ra berkata: “Rasul saw bersabda:
“Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu
dihina orang, tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah
memenuhinya, dan Al Barra’ ibnu Malik, salah seorang di
antara mereka.”
Ketika Barra’ memerangi kaum musyrikin, para sahabat:
berkata: “Wahai Barra’, sesungguhnya Rasulullah saw
pernah bersabda: “Andaikata Barra’ berdoa, pasti akan
terkabul. Oleh kerana itu, berdoalah untuk kami.” Maka
Barra’ berdoa, sehingga kami diberi kemenangan.
Di medan peperangan Sus, Barra’ berdo’a: “Ya Allah, aku
mohon, berilah kemenangan kaum Muslimin dan
temukanlah aku dengan NabiMu.” Maka kaum Muslimin
diberi kemenangan dan Barra’ gugur sebagai syahid.
Rujukan:-
Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I, hal 16

12. Keyakinan mereka dapat menggoncangkan gunung.
Abdullah ibnu Mas’ud pernah menuturkan:
“Pada suatu waktu ia pernah membaca firman Allah:
“Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan”, pada
telinga seorang yang pengsan. Maka dengan izin Allah,
orang itu segera sedar, sehingga Rasuulllah saw bertanya
kepadanya: “Apa yang engkau baca di telinga orang itu?”
Kata Abdullah: “Aku tadi membaca firman Allah:
“Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan” sampai
akhir surah.” Maka Rasul saw bersabda: “Andaikata
seseorang yakin kemujarabannya dan ia membacakannya
kepada suatu gunung, pasti gunung itu akan hancur.”
– Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Al Hilya jilid I hal 7


PEMBAHAGIAN WALI-WALI ALLAH

1. Al-Aqtab
Al Aqtab berasal dari kata tunggal Al Qutub yang
mempunyai erti penghulu. Dari sini dapat kita simpulkan
bahwa Al Aqtab adalah darjat kewalian yang tertinggi.
Jumlah wali yang mempunyai darjat tersebut hanya
terbatas seorang saja untuk setiap masanya. Seperti Abu
Yazid Al Busthami dan Ahmad Ibnu Harun Rasyid Assity.
Di antara mereka ada yang mempunyai kedudukan di
bidang pemerintahan, meskipun tingkatan taqarrubnya
juga mencapai darjat tinggi, seperti para Khulafa’ur
Rasyidin, Al Hasan Ibnu Ali, Muawiyah Ibnu Yazid, Umar
Ibnu Abdul Aziz dan Al Mutawakkil.

2. Al-A immah
Al Aimmah berasal dari kata tunggal imam yang
mempunyai erti pemimpin. Setiap masanya hanya ada dua
orang saja yang dapat mencapai darjat Al Aimmah.
Keistimewaannya, ada di antara mereka yang
pandangannya hanya tertumpu ke alam malakut saja, ada
pula yang pandangannya hanya tertumpu di alam malaikat
saja.

3. Al-Autad
Al Autad berasal dari kata tunggal Al Watad yang
mempunyai erti pasak. Yang memperoleh darjat Al Autad
hanya ada empat orang saja setiap masanya. Kami
menjumpai seorang di antara mereka dikota Fez di
Morocco. Mereka tinggal di utara, di timur, di barat dan di
selatan bumi, mereka bagaikan penjaga di setiap pelusuk
bumi.

4. Al-Abdal
Al Abdal berasal dari kata Badal yang mempunyai erti
menggantikan. Yang memperoleh darjat Al Abdal itu hanya
ada tujuh orang dalam setiap masanya. Setiap wali Abdal
ditugaskan oleh Allah swt untuk menjaga suatu wilayah di
bumi ini. Dikatakan di bumi ini mempunyai tujuh daerah.
Setiap daerah dijaga oleh seorang wali Abdal. Jika wali
Abdal itu meninggalkan tempatnya, maka ia akan
digantikan oleh yang lain. Ada seorang yang bernama
Abdul Majid Bin Salamah pernah bertanya pada seorang
wali Abdal yang bernama Muaz Bin Asyrash, amalan apa
yang dikerjakannya sampai ia menjadi wali Abdal? Jawab
Muaz Bin Asyrash: “Para wali Abdal mendapatkan darjat
tersebut dengan empat kebiasaan, yaitu sering lapar,
gemar beribadah di malam hari, suka diam dan
mengasingkan diri”.

5. An-Nuqaba’
An Nuqaba’ berasal dari kata tunggal Naqib yang
mempunyai erti ketua suatu kaum. Jumlah wali Nuqaba’
dalam setiap masanya hanya ada dua belas orang. Wali
Nuqaba’ itu diberi karamah mengerti sedalam-dalamnya
tentang hukum-hukum syariat. Dan mereka juga diberi
pengetahuan tentang rahsia yang tersembunyi di hati
seseorang. Selanjutnya mereka pun mampu untuk meramal
tentang watak dan nasib seorang melalui bekas jejak kaki
seseorang yang ada di tanah. Sebenarnya hal ini tidaklah
aneh. Kalau ahli jejak dari Mesir mampu mengungkap
rahsia seorang setelah melihat bekas jejaknya. Apakah
Allah tidak mampu membuka rahsia seseorang kepada
seorang waliNya?

6. An-Nujaba’
An Nujaba’ berasal dari kata tunggal Najib yang
mempunyai erti bangsa yang mulia. Wali Nujaba’ pada
umumnya selalu disukai orang. Dimana sahaja mereka
mendapatkan sambutan orang ramai. Kebanyakan para
wali tingkatan ini tidak merasakan diri mereka adalah para
wali Allah. Yang dapat mengetahui bahawa mereka adalah
wali Allah hanyalah seorang wali yang lebih tinggi
darjatnya. Setiap zaman jumlah mereka hanya tidak lebih
dari lapan orang.

7. Al-Hawariyun
Al Hawariyun berasal dari kata tunggal Hawariy yang
mempunyai erti penolong. Jumlah wali Hawariy ini hanya
ada satu orang sahaja di setiap zamannya. Jika seorang
wali Hawariy meninggal, maka kedudukannya akan di-
ganti orang lain. Di zaman Nabi hanya sahabat Zubair Bin
Awwam saja yang mendapatkan darjat wali Hawariy
seperti yang dikatakan oleh sabda Nabi:
“Setiap Nabi mempunyai Hawariy. Hawariyku adalah
Zubair ibnul Awwam”.
Walau pun pada waktu itu Nabi mempunyai cukup banyak
sahabat yang setia dan selalu berjuang di sisi beliau.
Tetapi beliau saw berkata demikian, kerana beliau tahu
hanya Zubair sahaja yang meraih darjat wali Hawariy.
Kelebihan seorang wali Hawariy biasanya seorang yang
berani dan pandai berhujjah.

No comments:

Post a Comment