RENUNGAN DIRI
""""""""""""""""""""""""""""
Dari sekian kelebihan kita diantara makhluk hidup lain, salah satunya adalah kemampuan kita untuk merenung dan berpikir secara mendasar. Sehingga kita menemukan sebuah pertanyaan yang akan menggiring kita untuk bersikap sabar dan bijaksana.
_
Yang dimaksud merenung dan berpikir secara mendasar disini ialah kita belajar mempertanyakan diri kita secara keseluruhan.
_
Yaitu Seluruh perbuatan, pencapaian, dan peran yang kita mainkan, akhirnya diperuntukkan kepada siapa ?
_
Betapa tinggi nilai sebuah renungan... sehingga Rasulullah SAW bersabda,
“MERENUNG SESAAT SAMA NILAINYA DENGAN IBADAH SETAHUN ”.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Cobalah kita merenung dan memikirkan tentang diri kita sendiri
""""""""""""""""""""""""""""
Dari sekian kelebihan kita diantara makhluk hidup lain, salah satunya adalah kemampuan kita untuk merenung dan berpikir secara mendasar. Sehingga kita menemukan sebuah pertanyaan yang akan menggiring kita untuk bersikap sabar dan bijaksana.
_
Yang dimaksud merenung dan berpikir secara mendasar disini ialah kita belajar mempertanyakan diri kita secara keseluruhan.
_
Yaitu Seluruh perbuatan, pencapaian, dan peran yang kita mainkan, akhirnya diperuntukkan kepada siapa ?
_
Betapa tinggi nilai sebuah renungan... sehingga Rasulullah SAW bersabda,
“MERENUNG SESAAT SAMA NILAINYA DENGAN IBADAH SETAHUN ”.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Cobalah kita merenung dan memikirkan tentang diri kita sendiri
Inilah yang kita maksudkan dengan jalan untuk mengenal Allah (Ma’rifatullah).
_
Sebagaimana perkataan Rasulullah SAW
“kenalilah dirimu dengan bersungguh sungguh niscaya engkau akan mengenal tuhanmu”.
_
Itulah yang harus kita lakukan dengan sisa usia kita didalam menjalani hidup didunia yang sementara dan penuh dengan kekotoran ini.
_
Mengenal diri akan mendapatkan iffah (kesucian diri) dan zauq (getaran rasa) yang mendorong kita sebagai seorang manusia bertekad dan berjuang dengan segala apa yang telah diamanahkan kepada diri kita agar kita dapat meraih kesempurnaan dalam menjalani perjalanan akhir kalam.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam renungan itu berpikirlah
_
Sebagaimana perkataan Rasulullah SAW
“kenalilah dirimu dengan bersungguh sungguh niscaya engkau akan mengenal tuhanmu”.
_
Itulah yang harus kita lakukan dengan sisa usia kita didalam menjalani hidup didunia yang sementara dan penuh dengan kekotoran ini.
_
Mengenal diri akan mendapatkan iffah (kesucian diri) dan zauq (getaran rasa) yang mendorong kita sebagai seorang manusia bertekad dan berjuang dengan segala apa yang telah diamanahkan kepada diri kita agar kita dapat meraih kesempurnaan dalam menjalani perjalanan akhir kalam.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam renungan itu berpikirlah
TENTANG AWAL KEJADIAN,
TENTANG DARI MANA DATANGNYA DIRI KITA INI,
TENTANG BAGAIMANA ASAL KEJADIAN DIRI KITA INI,
TENTANG SIAPA SEBENARNYA DIRI KITA INI.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
kata hati kita sangat sensitif lalu menggetarkan kekuatan akal yang pada akhirnya mata bathin kita dapat memandang segala kerahasiaan dan kegaiban ilmu Allah dan membimbing kita untuk senantiasa mengingat Sang Kekasih Rabbul alamin.
_
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.
_
Mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata,
“ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.” (Ali Imran : 191)
_
kita memang sungguh menyadari bahwa sebagai makhluk, tidak mungkin menangkap dan memperoleh gambaran utuh mengenai Kun Hizat Allah.
_
Bagi kita Kun Hizat Allah Itu tidak mampu untuk dihurufkan, disuarakan dan dikatakan. kita tidak mungkin menceritakan pandangan kita secara utuh, seakan seluruh perbendaharaan kata yang ada diseluruh alam semesta ini menjadi lumpuh.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Walaupun milyaran untaian kata dan kalimat kita zahir lisankan, tetap saja tidak mewakili gambaran Allah yang sebenarnya. Mana mungkin Allah yang tidak terjangkau dan tidak setara dengan apapun dapat dijabarkan menurut akal pikiran kita yang terbatas.
_
Allah itu Maha diatas maha sehingga bergelar Aza Wazalla karena Dia tiada banding tiada seumpama tiada barang sesuatupun yang menyerupai-Nya (laisya kamislihi Sai’un)
_
Walaupun kita dapat memandang melalui pengalaman mata bathin.
_
Kalau sang qalbu berkata dalam bentuk pernyataan, kita mengakui bahwa pernyataan itu hanyalah percikan dari sifat diri kita yang fana.
_
Menyadari keterbatasan, kita serahkan diri kita kepada kelebihan dari Muhammad yang dijuluki pedang bermata dua, melalui Al–Qur’an dan Al–Hadist.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Dengan panduan Ilmu Allah dan pedoman Safaat Rasulullah, kita merasakan kedamaian dan kefanaan diri kita serta itu adalah gambaran dari kemenangan diri kita karena lebur dan lenyap kedalam misi seorang pembawa rahmat bagi semesta sekalian alam.
_
kaum ateis berpendapat bahwa sia-sia orang yang percaya kepada Tuhan, mendengar pendapat itu saya juga mencoba mengemukakan satu pendapat dan pendapat saya ini saya anggap cukup sederhana bahwa saya juga sependapat dan mengakui bahwa memang tidak ada Tuhan…….
-----------------------------------------------------------------------------------------------
ADA ITU MUNCUL DARI TIADA
_
APA MUNGKIN MENCARI SUMBER TIADA
_
MENGAPA MENCARI UJUNG SEBUAH MANGKOK
_
KENAPA MENCARI TITIK AWAL DAN AKHIR SEBUAH BOLA
_
SESUNGGUHNYA TIADA APA – APA... SEMUANYA ITU KOSONG DAN HAMPA ……….
_
SEMUA MAKHLUK MENJADI HIDUP KARENA DZIKIR
_
DZIKIR ITU ADALAH PUJI,
MUSTAHIL AKAN HIDUP TANPA DZIKIR
_
OLEH KARENA ITU..
KITA ADALAH MAKHLUK YANG PALING MULIA
-----------------------------------------------------------------------------------------------
DIKALA KITA BERDZIKIR, BUKAN TINGKATAN DZIKIR ATAU MACAM DZIKIRNYA YANG KITA LIHAT... TETAPI KEBERSIHAN DAN KESUCIAN DIRI KITALAH YANG DIDAHULUKAN
_
APAKAH SUDAH PANTAS KITA MELAFADZKAN ASMA – ASMA YANG MAHA SUCI ITU SEMENTARA DIRI KITA BELUM TERBEBAS DARI SEGALA KEKOTORAN...??
_
BERSIHKAN DULU DIRI KITA YANG ZAHIR DAN SUCIKAN DIRI KITA YANG BATHIN BARULAH PANTAS KITA BERDZIKIR ATAU MEMUJI KEPADA SANG KHALIK…..
_
(TUAK ILAHI)
-----------------------------------------------------------------------------------------------
kata hati kita sangat sensitif lalu menggetarkan kekuatan akal yang pada akhirnya mata bathin kita dapat memandang segala kerahasiaan dan kegaiban ilmu Allah dan membimbing kita untuk senantiasa mengingat Sang Kekasih Rabbul alamin.
_
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.
_
Mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata,
“ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.” (Ali Imran : 191)
_
kita memang sungguh menyadari bahwa sebagai makhluk, tidak mungkin menangkap dan memperoleh gambaran utuh mengenai Kun Hizat Allah.
_
Bagi kita Kun Hizat Allah Itu tidak mampu untuk dihurufkan, disuarakan dan dikatakan. kita tidak mungkin menceritakan pandangan kita secara utuh, seakan seluruh perbendaharaan kata yang ada diseluruh alam semesta ini menjadi lumpuh.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Walaupun milyaran untaian kata dan kalimat kita zahir lisankan, tetap saja tidak mewakili gambaran Allah yang sebenarnya. Mana mungkin Allah yang tidak terjangkau dan tidak setara dengan apapun dapat dijabarkan menurut akal pikiran kita yang terbatas.
_
Allah itu Maha diatas maha sehingga bergelar Aza Wazalla karena Dia tiada banding tiada seumpama tiada barang sesuatupun yang menyerupai-Nya (laisya kamislihi Sai’un)
_
Walaupun kita dapat memandang melalui pengalaman mata bathin.
_
Kalau sang qalbu berkata dalam bentuk pernyataan, kita mengakui bahwa pernyataan itu hanyalah percikan dari sifat diri kita yang fana.
_
Menyadari keterbatasan, kita serahkan diri kita kepada kelebihan dari Muhammad yang dijuluki pedang bermata dua, melalui Al–Qur’an dan Al–Hadist.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Dengan panduan Ilmu Allah dan pedoman Safaat Rasulullah, kita merasakan kedamaian dan kefanaan diri kita serta itu adalah gambaran dari kemenangan diri kita karena lebur dan lenyap kedalam misi seorang pembawa rahmat bagi semesta sekalian alam.
_
kaum ateis berpendapat bahwa sia-sia orang yang percaya kepada Tuhan, mendengar pendapat itu saya juga mencoba mengemukakan satu pendapat dan pendapat saya ini saya anggap cukup sederhana bahwa saya juga sependapat dan mengakui bahwa memang tidak ada Tuhan…….
-----------------------------------------------------------------------------------------------
ADA ITU MUNCUL DARI TIADA
_
APA MUNGKIN MENCARI SUMBER TIADA
_
MENGAPA MENCARI UJUNG SEBUAH MANGKOK
_
KENAPA MENCARI TITIK AWAL DAN AKHIR SEBUAH BOLA
_
SESUNGGUHNYA TIADA APA – APA... SEMUANYA ITU KOSONG DAN HAMPA ……….
_
SEMUA MAKHLUK MENJADI HIDUP KARENA DZIKIR
_
DZIKIR ITU ADALAH PUJI,
MUSTAHIL AKAN HIDUP TANPA DZIKIR
_
OLEH KARENA ITU..
KITA ADALAH MAKHLUK YANG PALING MULIA
-----------------------------------------------------------------------------------------------
DIKALA KITA BERDZIKIR, BUKAN TINGKATAN DZIKIR ATAU MACAM DZIKIRNYA YANG KITA LIHAT... TETAPI KEBERSIHAN DAN KESUCIAN DIRI KITALAH YANG DIDAHULUKAN
_
APAKAH SUDAH PANTAS KITA MELAFADZKAN ASMA – ASMA YANG MAHA SUCI ITU SEMENTARA DIRI KITA BELUM TERBEBAS DARI SEGALA KEKOTORAN...??
_
BERSIHKAN DULU DIRI KITA YANG ZAHIR DAN SUCIKAN DIRI KITA YANG BATHIN BARULAH PANTAS KITA BERDZIKIR ATAU MEMUJI KEPADA SANG KHALIK…..
_
(TUAK ILAHI)
No comments:
Post a Comment