Kisah Syaikh Abdul Qadir Al Jaelani dan Iblis
Suatu hari Syaikh Abdul Qadir al Jaelani dan beberapa murid-muridnya sedang dalam perjalanan di padang pasir dengan kaki yang tidak berkasut. Saat itu bulan Ramadhan dan padang pasirnya panas. Beliau mengatakan, "Aku sangat haus dan luar biasa lelahnya.” Murid-muridku berjalan di depanku. Tiba-tiba awan muncul di atas kami, seperti sebuah payung yang melindungi kami dari panasnya matahari. Di depan kami muncul mata air yang memancar dan sebuah pohon kurma yang sarat dengan buah yang masak. Akhirnya datanglah sinar berbentuk bulat, lebih terang dari matahari dan berdiri berlawanan dengan arah matahari.
Dia berkata, "Wahai para murid Abdul Qadir, aku adalah Tuhan kalian. Makan dan minumlah kerana telah aku halalkan bagi kalian apa yang aku haramkan bagi orang lain!" Murid-muridku yang berada di depanku berlari ke arah mata air itu untuk meminumnya, dan ke arah pohon kurma untuk dimakannya. Aku berteriak kepada mereka untuk berhenti, dan aku putar kepalaku ke arah suara itu dan berteriak, "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk!"
Awan, sinar, mata air, dan pohon kurma semuanya hilang. Iblis berdiri di hadapan kami dalam rupanya yang paling buruk. Dia bertanya, "Bagaimana kamu tahu bahawa itu aku?" Aku katakan pada Iblis yang terkutuk yang telah dikeluarkan Allah dari rahmat-Nya, “firman Allah bukan dalam bentuk suara yang dapat didengar oleh telinga atau pun datang dari luar. Lebih lagi aku tahu bahawa hukum Allah tetap dan ditujukan kepada semua. Allah tidak akan mengubahnya atau pun membuat yang haram menjadi halal bagi siapa yang dikasihi-Nya.”
Mendengar ini, Iblis berusaha menggodanya lagi dengan memujinya, "Wahai Abdul Qadir," katanya, "Aku telah membodohi tujuh puluh nabi dengan tipuan ini. Pengetahuanmu begitu luar biasa dan kebijakanmu lebih besar daripada nabi-nabi itu!" Kemudian menunjuk kepada murid-muridku dia melanjutkan, "Hanya sekian banyak orang-orang bodoh saja yang menjadi pengikutmu? Seluruh dunia harusnya mengikutimu, kerana kamu sebaik seorang nabi." Aku mengatakan, "Aku berlindung darimu kepada Tuhanku yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Kerana bukanlah pengetahuanku atau pun kebijakanku yang menyelamatkan aku darimu, tetapi hanya dengan rahmat dari Tuhanku."
No comments:
Post a Comment