Monday, 30 November 2015
Tasawuf&tazkirah
Benarlah janji Allah dan RasulNya bahawasanya orang yg dicintai akan diujiNya.
Ujian yg akan membawa kepada pecah hati kepada Allah sehingga bertambah dekat dan dekat kepadaNya.
Hilanglah segala pergantungannya kepada selain Allah, lalu ia dibukakan pintu pengenalan kepada Zat Yg Maha Agung.
Sehingga ia tidak mahu lagi melihat dan berbicara kepada selain Allah kerana hatinya telah merasakan kecukupan dengan Zat Yg Maha Esa.
Walaupun telah hilang segala-galanya baginya, namun kepuasannya bersama Zat Yg Maha Suci lagi Maha Tinggi.
Tiada lagi yg diingininya melainkan Allah لا اله الا الله .
"Kalau tak tau apa apa jangan tuduh macam macam"
Dalam khazanah kisah kisah sufi ada diceritakan tentang seorang pemuda yang begitu lantang mencemuh tokoh sufi Zun Nun Al Misri dan tharikatnya.
Sesudah si pemuda puas memperlihatkan kebenciannya, Al Misri mencabut cincin daripada jarinya dan berkata, "Bawalah cincin ini ke pasar, gadaikanlah dengan harga satu dinar saja"
Pemuda itu hairan, namun cincin itu diterimanya jua dan dibawa ke pasar. Dia menawarkan kepada para pedagang, dari penjual buah sampai penjual makanan. Tiada seorang pun melirik apatah lagi tertarik.
Lalu dengan wajah hampa pemuda itu kembali kepada Al Misri dan berkata, "Engkau membohongiku, cincin ini tidak berharga"
Jawab Al Misri, " Jangan marah dulu, sekarang juallah cincin itu kepada ahli permata. Tawarkan seribu dinar."
Tentu saja pemuda itu menjadi gusar dan pelik. Tapi rasa ingin tahunya membuatkan dia menuruti perintah ahli sufi itu.
Sungguh menghairankan, ternyata para pedagang permata berebut untuk membeli cincin itu.
Pemuda itu merasa takjub dan bergegas menemui Al Misri dan berkata " Mereka bersaing untuk membelinya."
"Nah." kata Al Misri. "Orang tidak akan mengetahui suatu benda berharga atau tidak jika ia belum mengenalnya. Bagaimana mungkin kamu berani mencaci para sufi dan ilmu tasauf, jika kamu belum mengetahui isinya? Pelajari dulu baik baik, barulah tentukan pendapatmu. Itulah sikap orang bijak." اللهـم صل على سيدنا محمد
"Bahawa Malaikat Maut memerhati wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenung wajah seseorang, didapati orang itu ada yang gelak-ketawa. Maka berkata Izrail : Alangkah hairannya aku melihat orang ini, sedangkan aku diutus oleh Allah Ta'ala untuk mencabut nyawanya, tetapi dia masih berseronok-seronok dan bergelak ketawa."
Nauzubillahminzalik... 😣😣😣
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
SABAR
••••••••••
Pada umumnya orang menggunakan kata SABAR ini hanya dijadikan sebagai ‘’HADIAH’’ atau PENAWAR kepada orang lain yang sedang menghadapi kehidupan “Susah” atau keadaan “negatif” yang menimpanya.
Bila seorang manusia ditimpa suatu kesusahan maka manusia itu memerlukan kata sabar, atau bila seorang manusia menghadapi suatu musibah maka sudah tentu manusia tersebut memerlukan kata sabar.
Sesungguh-nya dengan memiliki sabar manusia terhindar dari perasaan putus asa, atau putus harapan di dalam hidupnya.
Biasanya jika seorang kawan menghadapi sesuatu yang bernama ‘’SUSAH’’, maka sudah tentu seorang kawannya yang lain akan menasihati kawannya itu supaya bersabar.
Katanya : “sabar ya, sabar.. semua itu ada hikma-nya” atau “ yang sabar ya jangan terpancing emosi”
Nasihat-nasihat seperti ini biasa-nya ditujukan hanya untuk orang lain, tetapi jarang bagi kita menggunakan sabar untuk dirinya sendiri, he..he..hee..
apabila ditimpa dengan suatu yang bernama “susah”, maka biasanya orang yang bersangkutan tidak dapat menggunakan sabar, malahan dirinya terus terbawa emosi, walaupun sebelumnya pernah dia nasihatkan kepada orang lain untuk BERSABAR,
Apakah sebenarnya kata sabar ini hanya untuk dijadikan ‘’HADIAH’’ bagi orang lain?
jawapannya tentu tidak .
Tetapi apa yang pernah kita nasihatkan, itulah hakikat sebenarnya yang harus kita gunakan untuk amalan diri kita sendiri.
Seperti firman-firman Allah s.w.t. didalam Al Quran Surah Al-Imran Ayat : 200 berikut ini :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman bersabarlah dan teguhkanlah kesabaran kamu dan tetaplah bersedia (menempuh ujian) dan bertakwalah kepada Allah s.w.t. supaya kamu beruntung.
Surah Al-Ankabut ayat : 2-3
Artinya :
Apakah manusia mengira mereka boleh mengatakan kami telah beriman sedangkan mereka belum diuji. Sesungguhnya Allah telah menguji orang yang terdahulu dari kamu. Allah mengetahui mereka yang benar dan mengetahui mereka yang berdusta.
Surah Al-Imran ayat :142
Artinya :
Apakah kamu mengira kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah mereka yang berjihad (menyuci hatinya) diantara kamu dan belum nyata mereka yang sabar.
Disamping itu masih banyak lagi ayat Al-Quran yang berupa seruan, ingatan yang menganjurkan manusia supaya bersabar.
Bila kita membicarakan tentang sabar maka sudah barang tentu hal ini tidak dapat dipisahkan dengan hal yang bernama IMAN, karena SABAR dan IMAN mempunyai kaitan rapat yang tidak mungkin dapat dipisahkan.
Hadits Rasulullah :
Artinya :
Sabar itu adalah sebagian dari pada iman.
Sesungguhnya Iman tidak terlepas dengan ujian, keteguhan iman seseorang itu akan terbukti apabila dia menang menghadapi ujian, dan ujian itu berupa : suka-duka, nikmat, rahmat dan sebagainya..
Disamping itu perlu ditegaskan bahwa suburnya iman seseorang itu hanya apabila dijamu dengan UJIAN dan iman akan menjadi tandus kering jika tidak disirami dengan ujian. Sesungguhnya ujian-lah sebenar-benarnya makanan dari iman.
Iman seseorang itu akan diuji dengan senang dan susah, suka-duka, pahit-manis dan sebagainya. Tetapi sebagian besar dari kita menganggap susah, derita , duka, gelisah dan sejenisnya sebagai ujian.
Sebaliknya jarang sekali dari kita dapat menerima dan memahami hakikat bahawa :
Kesenangan adalah merupakan suatu ujian yang lebih besar dari pada ujian berbentuk susah.
Manusia menganjurkan sabar kepada yang menghadapi susah, tetapi tidak pernah pula mengajar supaya bersabar ketika senang, sedangkan sebenarnya hakikat susah-senang adalah ujian belaka.
Susah datang dari Allah, senang pun dari pada Allah untuk tujuan memenuhi matlumat kejadian manusia untuk diuji.
Seperti firman Allah Surah : Al –Balad ayat : 4
Artinya :
Tidak dijadikan manusia kecuali untuk menghadapi ujian.
Manusia yang berguna adalah manusia yang bisa menerima ujian dari pada tuhanya.
Semakin banyak ujian yang menimpa dirinya maka makin tinggilah derajat kemuliaanya disisi Allah sebaliknya manusia yang tidak sanggup menerima ujian dari pada Allah, maka manusia itu adalah manusia yang tidak berguna.
Sesungguh-nya ujian akan tetap bersama kehidupan manusia, tidak pandang siapa manusia itu, karena itu dapat disimpulkan bahwa Hidup itu sendiri sebenarnya UJIAN.
Tiap-tiap yang berguna , tentu akan diuji,
– Parang akan diuji dengan kayu,
– Bola akan diuji dengan kaki,
– Dapur diuji dengan api,
– Bahkan WC-pun diuji dengan tahi, (maaf..)
Begitulah halnya dengan kehidupan manusia tetap akan diuji dan diuji, jika dia seorang manusia yang berguna.
Sesungguhnya pohon IMAN haruslah berdahankan ke-sabaran dan berbuahkan ke-iklasan. Oleh kerana itu Iman, Sabar dan Ke-iklasan adalah tiga perkara yang harus dipegang didalam kehidupan manusia sehari-hari.
Di dalam huraian ini, kita telah membicarakan tentang Iman dimana tiap-tiap yang dikata-kan Iman maka sudah tentu memerlukan kepada Tauhid
dan tiap Tauhid memerlukan pula kepada Sabar dan sabar-pun memerlukan pula kepada Ikhlas,
Barang siapa yang dapat berpegangan kepada ke-iklasan didalam hidupnya maka dia akan menjadi manusia yang sebaik-baiknya disisi Allah.
Bila kita bertanya kepada orang pada umumnya, apakah pengertian Sabar sebenarnya, maka sudah barang tentu orang tersebut akan menafsirkan sabar adalah menahan perasaan di kala menghadapi “susah”, dimana kita harus mengambil sikap tahan diri, kita jangan mengikuti nafsu serta menggunakan pikiran dingin ketika menghadapi “susah”.
Kalau demikian didalam pembahasan kali ini saya ingin menafsirkan sabar sebagai :
satu kesanggupan menerima dan memulangkan rahmat dan nikmat dari pada Allah dengan penuh ke-iklasan.
Hal ini sesuai dengan firman di dalam Al-Quran :
Surah Al- Baqarah ayat :..
Artinya :
Bagi mereka apabila menghadapi sesuatu musibah maka berpeganglah (katakanlah) sesungguhnya dari pada Allah dan kepadanya harus dikembalikan.
Dari pemahaman di atas maka dapatlah disimpulkan bahwasanya semuanya dari pada Allah dan dari pada Allah-lah harus dikembalikan .
Kita datang daripada Allah, maka kepada Allah-lah kita harus kembali.
Susah dan senang datang dari pada Allah maka kepada Allah haruslah dikembalikan, tiada sesungguhnya yang dapat membuat menjadi susah kecuali semuanya adalah Hak Allah semata-mata . Sesungguhnya susah dan senang adalah Rahmat dan Nikmat.
Tapi kebanyakan dari pada kita apabila “susah” maka dia akan berubah sikapnya, mukanya mulai berkerut-lah, tingkah lakunya jadi “Muram” dan sebagainya, sebaliknya apabila memperoleh apa yang dinamakan“senang”, maka dia akan disambut dengan penuh perasaan riang, gembira dengan tertawa lebar, mukanya merah kebahagiaan.
Jarang manusia dapat menerima susah dengan mukanya masam dan menerima senang pun dengan muka yang masam
ataupun
mereka dapat menerima kesenangan dengan senyum dan dapat pula menerima kesusahan dengan senyum juga.
Banyak Alim Ulama Syariat telah mennafsirkan musibah sebagai BALA tetapi sebenarnya harus ditafsirkan sebagai RAHMAT dan NIKMAT
Sesungguhnya Rahmat dan Nikmat adalah ujian bagi manusia seluruhnya .
Hidup adalah ujian , amal ibadah adalah ujian sembahyang (solat) adalah ujian dan mati-pun adalah ujian.
Oleh kerana itu kalau solat , amal ibadat, hidup dan mati adalah merupakan ujian apakah setiap ujian itu merupakan bala ?
– Kalau “susah” itu ujian apakah “susah” itu bala?
– Kalau “senang” itu ujian apakah “kesenangan” itu bala?
– Kalau bahagia itu ujian maka apakah kebahagiaan itu bala?
– Kalau duka-nestapa itu ujian maka apakah duka-nestapa itu bala?.
– Kalau kaya itu ujian maka apakah kekayaan itu bala?
– Kalau mati itu ujian, maka apakah kematian itu bala?
Dari uraian diatas dapat disimpul-kan bahawa musibah itu lebih merupakan ujian yang berupa Rahmat dan Nikmat.
INNA LILLAHI WAINNA ILAIHI ROJIU’N
Artinya :
Daripada-Nya kita datang dan kepadaNya harus kembali
Apakah “susah” dan “senang” datang-nya bukan dari pada Allah?
Jika semuanya itu adalah datang dari pada Allah dan harus pula dikembalikan kepadaNya, maka kenapakah kita tidak berkata jua dengan lafadz. :
INNA LILLAHI WAINNA ILAIHI ROJIU’N
Per-mula-an manusia didunia adalah “HIDUP” dan kepuncak hidup adalah “MATI”, tanpa mengalami kematian berarti manusia belum sampai kepuncak hidup, kerana tanpa menempuh mati , maka tidak mungkin manusia dapat kembali ketempat asalnya.
Asal manusia datang dari alam Ghaib , maka haruslah kembali kealam Ghaib.
Apakah perpindahan manusia dari alam yang FANA ini ke alam yang KEKAL harus dianggap sebagai MUSIBAH (bala)?
Kematian bukan-lah boleh dikatakan bala, sebaliknya kematian merupakan suatu RAHMAT dan NIKMATyang harus ditempuh oleh manusia.
Oleh kerana itu adalah tidak tepat jika kita telah hadiah-kan suatu kematian itu dengan lafaz INNA LILLALHI WAINNA ILLAIHI ROJIUN sedangkan perkara lain yang kita alami, kita tidak pernah berbuat demikian.
Sesungguhnya segala yang terjadi didalam HIDUP dan juga MATI adalah lebih merupakan UJIAN, maka setiap ujian haruslah pula disambut dengan suatu yang bernama SABAR.
Tanpa berpegang kepada dahan sabar, maka sudah tentu manusia itu akan hanyut terbawa arus ujian, dan manusia tersebut akan jatuh ketangan syaitan jika senjata sabar tidak dipunyai oleh dirinya, disamping itu perlu-lah diingatkan bahwa syaitan akan mencuba segala cara sehingga membuat kesabaran luput pada diri manusia tersebut ketika menghadapi sesuatu ujian.
Maka berbahagialah mereka yang memiliki SABAR pada dirinya.
Sebagaimana yang pernah ditegaskan didalam huraian-huraian yang lalu bahwasanya Allah menyatakan Diri Rahsianya itu dengan SIFAT dan AF’ALNYA, dan sesungguhnya kejadian manusia bersama dengan tugas utamanya adalah untuk menyatakan SIFAT dan AF’AL ALLAH s.w.t yang meliputi pada alam Saghir dan alam Kabir, disamping itu pelu ditegaskan lagi bahwa apa saja yang ber-laku dialam DUNIA ini sebenarnya adalah kelakuan Allah jua dan tidak boleh di-iktiqad-kan selain dari pada itu.
Oleh kerana itu dapat lah disimpulkan bahwasanya semua perkara yang menimpa atas diri kita adalah sebenarnya af’al Allah :
– Susah adalah af’al Allah,
– Senang adalah aff’al Allah
– Kaya adalah af’al Allah,
– Suka adalah af’al Allah,
– Duka adalah af’al Allah
Singkatnya tidak ada sedikit-pun hak kita manusia kecuali hak Allah semata-mata.
Bagaimana kita masih boleh berfikir kalau sesuatu itu hak kita, sedangkan diri kita sendiri pun adalah hak Allah jua,kerana diri kita pun bukan hak kita maka sudah tentu-lah apa yang menimpa kita sebenarnya bukan menimpa kita, dan tidak ada hak untuk kita mengaku sesuatu yang menimpa kita, kecuali pada hakikatnya menimpa sifat Allah jua.
Sesungguhnya perlu difahamkan bahawa Allah menyatakan DiriNya dengan SifatNya, Allah menguji SifaNya dengan Af’alNya, dan Allah memuji ZatNya dengan NamaNya.
Jadi jelaslah apa yang dikatakan ujian yang menimpa kita sebenarnya adalah ujian Af’al Allah terhadap SifatNya semata-mata. Dan manusia jangan-lah mengaku dirinya itu adalah dirinya, sebaliknya manusia tersebut harus berpegang dengan satu keyakinan bahawa aku adalah Sifat Allah semata tidak lebih dan tidak kurang dari pada ini. (titik)
Sesungguhnya Sifat SABAR itu hanyalah diperlukan oleh manusia yang BELUM mengenal dirinya. Manusia yang masih terapung-apung dengan kegelapan pengetahuan yang tidak mengetahui dirinya, dari mana datangnya dan kemana pula harus kembali.
Di samping itu Sifat SABAR sebenarnya hanya diperlukan oleh manusia-manusia yang “tolol”, yang membusungkan dada , katanya : “Nah! inilah hak aku”, atau “itulah hak aku” kerana manusia tersebut merasa dirinya berhak atas sesuatu dan harus pula dapat memilikinya.
Sesungguhnya SABAR ini diperlukan akibat manusia merasa dirinya boleh menguasai dan memiliki sesuatu tetapi sebaliknya apabila manusia tersebut tidak merasa memilikinya, maka Sifat SABAR tidak diperlukan olehnya.
KERANA :
– Manusia merasa bahawa dia harus memiliki kekayaan, bila ditimpa dengan kemiskinan maka manusia tersebut memerlukan SABAR.
– Manusia merasa dia tidak harus susah bila susah menimpanya maka perlu-lah manusia itu kepada SABAR, begitulah pula seterusnya.
Sebaliknya apabila manusia dapat per-pegang dengan konsep :
– Susah itu adalah hak Allah, maka ia akan memulangkan susah itu kepada Allah,
– Senang itu adalah hak Allah maka dia akan memulangkan segala kesenangan itu kepada Allah.
Kalau susah adalah hak Allah dan senang pun hak Allah, maka mana mungkin timbulnya masalah SABAR, sebab :
– Istilah SABAR adalah timbul apabila adanya istilah SUSAH, dan
– Istilah SABAR juga timbul apabila adanya istilah SENANG,
Jadi bila tidak ada istilah SENANG dan istilah SUSAH pada dirinya, maka tiada-lah lagi istilah SABAR pada dirinya
Kerana itu kita harus-lah memahami falsafah dan pegangan Ahli-ahli Sufi yang menegaskan bahawa segala itu hendaknya dipandang persaksian dengan konsep :
Saksikanlah pada yang banyak itu kepada yang satu.Saksikanlah pada yang satu itu pada yang banyak.Saksikanlah pada yang satu itu pada yang satu.Saksikanlah pada yang satu didalam Nur (Rahsia) yang satu.
Dengan berpegang pada konsep diatas-lah, maka orang-orang yang mengenali dirinya dan mengenal Tuhannya dapat menerima satu ujian itu dengan penuh ke-iklasan, tanpa wujudnya Sifat Syirik pada dirinya dengan Allah s.w.t.
Mereka tidak mungkin merasa “GEMBIRA” ketika menghadapi apa yang dikatakan ‘’SENANG’’ dan tidak pula “BERSEDIH” ketika menghadapi apa yang dinamakan “KESUSAHAN’’ didalam hidup.
Hidupnya tidak gembira, tidak pernah gelisah dan tidak pernah,… tidak pernah…, tidak pernah……, pendek kata hidupnya. INNA LILLALHI WAINNA ILLAIHI ROJIUN.
Sesungguhnya dengan berpegangan konsep di atas-lah maka dapat ter-wujud-kan suatu bentuk ke-SABAR-an yang se-BENAR-nya pada dirinya, dan sesungguhnya pula formula atau konsep diataslah yang pernah dipegang oleh Rasulullah s.a.w, para Nabi-nabi, Wali-wali Allah yang mempunyai dan mencapai derajat yang tinggi disisi Allah s.w.t.
Salam persaudaraan💖 📖 💖
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment