Friday, 27 November 2015

Tasawuf guru&tazkirah


๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน
๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ
------------------
Nama lengkapnya adalah Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari. Ia lahir di Iskandariah (Mesir) pada 648 H/1250 M, dan meninggal di Kairo pada 1309 M. Julukan Al-Iskandari atau As-Sakandari merujuk kota kelahirannya itu.

Sejak kecil, Ibnu Atha’illah dikenal gemar belajar. Ia menimba ilmu dari beberapa syekh secara bertahap. Gurunya yang paling dekat adalah Abu Al-Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri tarikat Al-Syadzili. Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus tokoh tarikat Al-Syadzili.

Ibnu Atha'illah tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya yang pernah dihasilkannya. Meliputi bidang tasawuf, tafsir, aqidah, hadits, nahwu, dan ushul fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling terkenal adalah kitab Al-Hikam. Buku ini disebut-sebut sebagai magnum opusnya. Kitab itu sudah beberapa kali disyarah. Antara lain oleh Muhammad bin Ibrahim ibnu Ibad Ar-Rasyid-Rundi, Syaikh Ahmad Zarruq, dan Ahmad ibnu Ajiba.

Beberapa kitab lainnya yang ditulis adalah Al-Tanwir fi Isqath Al-Tadbir, Unwan At-Taufiq fi’dab Al-Thariq, Miftah Al-Falah dan Al-Qaul Al-Mujarrad fil Al-Ism Al-Mufrad. Yang terakhir ini merupakan tanggapan terhadap Syekhul Islam ibnu Taimiyyah mengenai persoalan tauhid.

Kedua ulama besar itu memang hidup dalam satu zaman, dan kabarnya beberapa kali terlibat dalam dialog yang berkualitas tinggi dan sangat santun. Ibnu Taimiyyah adalah sosok ulama yang tidak menyukai praktek sufisme. Sementara Ibnu Atha'illah dan para pengikutnya melihat tidak semua jalan sufisme itu salah. Karena mereka juga ketat dalam urusan syari’at.

Ibnu Atha'illah dikenal sebagai sosok yang dikagumi dan bersih. Ia menjadi panutan bagi banyak orang yang meniti jalan menuju Tuhan. Menjadi teladan bagi orang-orang yang ikhlas, dan imam bagi para juru nasihat.

Ia dikenal sebagai master atau syekh ketiga dalam lingkungan tarikat Syadzili setelah pendirinya Abu Al-Hasan Asy-Syadzili dan penerusnya, Abu Al-Abbas Al-Mursi. Dan Ibnu Atha'illah inilah yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga khazanah tarikat Syadziliyah tetap terpelihara.

Meski ia tokoh kunci di sebuah tarikat, bukan berarti aktifitas dan pengaruh intelektualismenya hanya terbatas di tarikat saja. Buku-buku Ibnu Atha'illah dibaca luas oleh kaum muslimin dari berbagai kelompok, bersifat lintas mazhab dan tarikat, terutama kitab Al-Hikam.

Kitab Al-Hikam ini merupakan karya utama Ibnu Atha’illah, yang sangat populer di dunia Islam selama berabad-abad, sampai hari ini. Kitab ini juga menjadi bacaan utama di hampir seluruh pesantren di Nusantara.

Syekh Ibnu Atha’illah menghadirkan Kitab Al-Hikam dengan sandaran utama pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Guru besar spiritualisme ini menyalakan pelita untuk menjadi penerang bagi setiap salik, menunjukkan segala aral yang ada di setiap kelokan jalan, agar kita semua selamat menempuhnya.

Kitab Al-Hikam merupakan ciri khas pemikiran Ibnu Atha’illah, khususnya dalam paradigma tasawuf. Di antara para tokoh sufi yang lain seperti Al-Hallaj, Ibnul Arabi, Abu Husen An-Nuri, dan para tokoh sufisme falsafi yang lainnya, kedudukan pemikiran Ibnu Atha’illah bukan sekedar bercorak tasawuf falsafi yang mengedepankan teologi. Tetapi diimbangi dengan unsur-unsur pengamalan ibadah dan suluk, artinya di antara syari’at, tarikat dan hakikat ditempuh  dengan cara metodis. Corak Pemikiran Ibnu Atha’illah dalam bidang tasawuf sangat berbeda dengan para tokoh sufi lainnya. Ia lebih menekankan nilai tasawuf  pada ma’rifat.

Adapun pemikiran-pemikiran tarikat tersebut adalah: Pertama, tidak dianjurkan kepada para muridnya untuk meninggalkan profesi dunia mereka. Dalam hal pandangannya mengenai pakaian, makanan,  dan kendaraan yang layak dalam kehidupan yang sederhana akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah dan mengenal rahmat Illahi.

"Meninggalkan dunia yang berlebihan akan menimbulkan hilangnya rasa syukur. Dan berlebih-lebihan dalam memanfaatkan dunia akan membawa kepada kezaliman. Manusia sebaiknya menggunakan nikmat Allah SWT dengan sebaik-baiknya sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya," kata Ibnu Atha'illah.

Kedua, tidak mengabaikan penerapan syari’at Islam. Ia adalah salah satu tokoh sufi yang menempuh jalur tasawuf hampir searah dengan Al-Ghazali, yakni suatu tasawuf yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Mengarah kepada asketisme, pelurusan dan penyucian jiwa (tazkiyah an-nafs), serta pembinaan moral (akhlak), suatu nilai tasawuf yang dikenal cukup moderat.

Ketiga,  zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati selain daripada Tuhan. Dunia yang dibenci para sufi adalah dunia yang melengahkan dan memperbudak manusia. Kesenangan dunia adalah tingkah laku syahwat, berbagai keinginan yang tak kunjung habis, dan hawa nafsu yang tak kenal puas. "Semua itu hanyalah permainan (al-la’b) dan senda gurau (al-lahwu) yang akan melupakan Allah. Dunia semacam inilah yang dibenci kaum sufi," ujarnya.

Keempat,  tidak ada halangan bagi kaum salik untuk menjadi miliuner yang kaya raya, asalkan hatinya tidak bergantung pada harta yang dimiliknya. Seorang salik boleh mencari harta kekayaan, namun jangan sampai melalaikan-Nya dan jangan sampai menjadi hamba dunia. Seorang salik, kata Atha'illah, tidak bersedih ketika kehilangan harta benda dan tidak dimabuk kesenangan ketika mendapatkan harta.

Kelima, berusaha merespons apa yang sedang mengancam kehidupan umat, berusaha menjembatani antara kekeringan spiritual yang dialami orang yang hanya sibuk dengan urusan duniawi, dengan sikap pasif yang banyak dialami para salik.

Keenam, tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah. Bagi Syekh Atha'illah, tasawuf memiliki empat aspek penting yakni berakhlak dengan akhlak Allah SWT, senantiasa melakukan perintah-Nya, dapat menguasai hawa nafsunya serta berupaya selalu bersama dan berkekalan dengan-Nya secara sunguh-sungguh.

Ketujuh, dalam kaitannya dengan ma’rifat Al-Syadzili, ia berpendapat bahwa ma’rifat adalah salah satu tujuan dari tasawuf yang dapat diperoleh dengan dua jalan; mawahib, yaitu Tuhan memberikannya tanpa usaha dan Dia memilihnya sendiri orang-orang yang akan diberi anugerah tersebut; dan makasib, yaitu ma’rifat akan dapat diperoleh melalui usaha keras seseorang, melalui ar-riyadhah, dzikir, wudhu, puasa ,sahalat sunnah dan amal shalih lainnya.


Guru kerohaniyahku menuju Tuhanku adalah Nabi Muhammad S.A.W  ู„ุง ุงู„ู‡ ุงู„ุง ุงู„ู„ู‡  ู…ุญู…ุฏ ุงู„ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡
ُ

ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ูŠ ูˆุณู„ู… ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ูˆุญุจูŠุจู†ุง ูˆู…ูˆู„ุงู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ูŠู‡ ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ูˆุจุงุฑูƒ ูˆุณู„ู…

Guru kerohaniyahku dialam zahir syahadah adalah Syeikh Abdullah Al-Majzub, semoga Allah memberkati dan merahmatinya, kesudahan guru kerohaniyahku adalah Allah Azza Wajalla dan Dia-lah sebenar-benar guruku dialam ini.

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Orang yg telah mengambil Tauhid daripada Allah tidak berhajat kepada ilmu Tauhid daripada sesiapa lagi kerana ia telah mendapat Tauhid yg hakiki, tiada syak dan ragu-ragu lagi.

Ikutlah jalan orang yg Wasil, Syeikh Abdullah Al-Majzub adalah insan kamil zaman ini.

Allah menjadi saksi diatas apa yg aku perkatakan ini dan laknat Allah atas orang-orang yg dusta!

WASSALAM

- KALAM QADIM


Kelebihan Orang Yang Berilmu



Saidina Ali karamullahu wajhah telah menjelaskan 10 kelebihan orang yang berilmu


Pewaris para Nabi

Sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tarmizi, " Orang-orang yang berilmu adalah pewaris para nabi" hadis riwayat Imam muslim daripada Abu Hurairah r.a., sabda Rasulullah SAW, " sesiapa yang berusaha untuk menuntut ilmu pengetahuan, Allah akan menganugerahkannya jalan ke syurga"


Pengawal yang setia

Saidina Ali berkata, "kita terpaksa menjaga harta kekayaan yang ada pada kita. semantara ilmu pula bertindak sebaliknya, ia sentiasa menjaga dan mengawasi kita"


Banyak kawan

Kata Ali," para hartawan mempunyai ramai musuh, sama ada yang dikenali atau tidak. Sedangkan org yang berilmu mempunyai ramai kawan"


Dimuliakan orang

Sabda Rasulullah SAW, riwayat Abu Naim daripada Anas r.a, "ilmu pengetahuan itu menambahkan mulia dan meninggikan taraf seorang hamba kepada raja."


Ilmu tidak boleh dicuri

Ilmu hanya akan hilang dengan cara kematian. Sabda Rasulullah SAW dlm hadis riwayat Imam Bukhari dan muslim, " bahawa Allah swt tidak akan mencabut ilmu daripada manusia yang dianugerahkanNya. Tetapi ilmu itu akan pergi dengan perginya (meninggal dunia) orang-orang yang berilmu itu."


Tidak pernah habis

Tidak seperti harta yang akan habis semakin hari ia digunakan. apabila diajukan soalan kepada yang cerdik pandai, "apakah barang yang boleh disimpan lama?" jawab mereka, " iaitu barang-barang yang apabila kapal kamu tenggelam, maka ia akan berenang bersama kamu, iaitu ilmu yang kamu miliki."


Menyinari jiwa

Lukman al Hakim berkata kepada anaknya, "wahai anakku, duduklah bersama orang yang berilmu (ulama). Sesungguhnya Allah SWT menghidupkan hati dengan Nur Hikmah (sinar ilmu) seperti menghidupkan bumi dengan hujan dari langit"


Penjelasan RAsulullah SAW yang diriwayatkan oleh At Tabrani daripada Abu Hurairah, " sesorang yang berilmu adalah lebih sukar bagi syaitan menipunya berbanding seribu orang abid (ahli ibadah)


Tiada terbatas, sentiasa bertambah


Taat kepada Allah SWT

Firman Allah, Surah Al-Fathir, ayat 28, " sesungguhnya yang takut kepada Allah di kalangan hamba-hambanya hanyalah ahli-ahli ilmu"


Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu abdil Birri, " orang yang berilmu itu merupakan kepercayaan Allah di muka bumi"


Akhirnya ingatlah pesanan Rasulullah SAW ini, "sesungguhnya amal yang sedikit tetapi disertai dengan ilmu tentang Allah adalah bermanfaat. Sedangkan amal yang banyak yang disertai dengan kejahilan tentang Allah tidak akan bermanfaat".





No comments:

Post a Comment