Friday, 1 May 2020

fb

POTRET NABI-NABI DALAM SIMPANAN HERACLEUS
Kisah ini dibawakan ketika saya belajar tafsir Ibnu Katsir dari surah Al-An’aam ayat 20; bahawa orang-orang Yahudi dan Nasrani telahpun mengenali Nabi Muhammad saw seperti anak-anak mereka sendiri – bukan sekadar namanya tapi sosoknya juga:
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami berikan kitab kepada mereka, mereka mengenalinya (Nabi Muhammad), sebagaimana mereka mengenali anak-anak mereka sendiri.”
.
Hisyam ibnul 'As al-Umawi ra menceritakan beliau dan seorang lelaki lain diutus menemui Raja Rome, untuk mengajaknya masuk Islam.
Cerita Hisyam ibnul ‘As al-Umawi:
Sampai sahaja di al-Ghautah (daerah Damsyiq) mereka beristirahat di perkampungan Al-Jabalah ibnul Aiham Al-Ghassani. Ketika hendak menemui Al-Jabalah, mereka ditahan dan hanya dibenarkan berurusan dengan pengantara.
Hisyam berkata, “Kami tidak akan berbicara melalui pengantara. Kami diutus untuk menemui raja kalian. Jika diberi keizinan, kami akan berbicara dengannya. Jika tidak, kami tidak akan berbicara kepada pengantara.”
Kemudian si pengantara maklumkan hal tersebut kepada Jabalah. Akhirnya Hisyam dan rakannya diizin menemui Jabalah. Maka Hisyam pun menyerunya memeluk Islam. Ketika itu Jabalah berpakaian hitam, dan Hisyam bertanya, “Pakaian apakah engkau kenakan itu?”
Jawab Jabalah, “Aku memakainya kerana telah bersumpah tidak akan menanggalkannya sebelum mengusir kalian dari negeri Syam.”
Hisyam berkata, “Majlismu ini, demi Allah, akan kami rebut dari kekuasaanmu, dan kerajaan rajamu yang paling besar, Insya Allah. Perkara ini telah diberitakan oleh Nabi kami, iaitu Nabi Muhammad saw.”
Berkata Jabalah, “Kalian bukanlah mereka, bahkan mereka adalah kaum yang berpuasa siang dan solat pada malam harinya, nyatakan cara puasa kalian?”
Hisyam pun menceritakan cara puasa mereka. Wajah Jabalah menjadi gelap akibat marah dan berkata, “Berangkatlah kalian!” Diiringkan seorang utusan bersama Hisyam untuk menghadap Kaisar Rome, Heracleus .
Tiba di ibu kota, utusan Jabalah berkata orang luar dilarang bawa kenderaan memasuki penempatan kerajaan. Hisyam berdegil tetap akan masuk menggunakan kenderaan mereka. Utusan Jabalah memberitahu Heracleus hal tersebut. Hercules akhirnya membenarkan Hisyam dan rakannya masuk dengan kenderaan sehingga ke bangunan milik Heracleus . Unta mereka pun diistirahatkan di situ dengan diperhatikan oleh Hercules.
Hisyam berkata, “Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.” Tiba-tiba bangunan itu bergegar seperti pohon kurma ditiup angin yang kuat.
Utusan Heracleus berkata kepada mereka, “Tak payahlah menggembar-gemburkan agama kalian kepada kami.”
Ketika mengadap Heracleus, bersamanya para paderi Rome. Beliau memakai baju merah dan semua di sekitarnya berwarna merah.
Heracleus berkata, “Bagaimanakah menurut kalian jika datang menghadapku dengan mengucapkan salam penghormatan yang berlaku di antara sesama kalian?” Di sebelahnya penterjemah yang fasih Arab.
Hisyam menjawab, “Sesungguhnya salam penghormatan kami tidak halal bagimu, dan salam penghormatan kamu tidak halal pula bagi kami.”
Heracleus bertanya lagi, “Bagaimanakah ucapan salam penghormatan kalian?”
Jawab Hisyam, “Assalamu 'alaika.”
“Bagaimanakah caranya mengucapkan salam penghormatan kepada raja kalian?”
“Kalimat yang sama.”
“Bagaimanakah kalian mendapat jawapannya?”
“kalimat yang sama.”
Heracleus lagi, “Kalimat apakah yang paling besar dalam ucapan kalian?”
“Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.” Sehabis Hisyam mengucapkan kalimah tersebut, tiba-tiba istana bergegar sehingga Heracleus kepalanya memandang ke atas bangunan.
Berkata Heracleus, “Kalimat yang kalian ucapkan membuat bangunan ini bergegar. Apakah setiapkali mengucapkannya di rumah, bilik-bilik kalian bergegar kerananya?”
“Tidak, kami belum pernah melihat peristiwa ini kecuali hanya di tempatmu sekarang.”
Heracleus berkata, “Sesungguhnya aku mengharapkan seandai setiap kali kalian mengucapkan, segalanya bergegar atas kalian. Dan sesungguhnya aku rela mengeluarkan separuh dari kerajaanku.”
“Mengapa?”
“Kerana perkara itu lebih mudah dan layak untuk dikatakan bukan merupakan perkara kenabian, dan bahawa perkara tersebut hanyalah terjadi semata-mata kerana perbuatan manusia.”
Kemudian Heracleus bertanyakan tujuan kedatangan Hisyam dan rakannya. Lalu Hisyam menjelaskan adalah kerana untuk mengajaknya kepada Islam.
Heracleus bertanya, “Bagaimanakah solat dan puasa kalian?”
Hisyam pun menceritakan perkara tersebut kepadanya. Kemudian Heracleus memerintahkan agar disediakan tempat istirahat yang baik, dan Hisyam tinggal di sana selama tiga hari.
Pada suatu malam Heracleus mengirimkan utusan agar masuk menemuinya. Heracleus meminta Hisyam mengulangi ucapannya. Kemudian diperintahkan dibawakan sesuatu yang berbentuk seperti kotak yang cukup besar, diperbuat dari emas. Di dalamnya terdapat rumah-rumah kecil yang semuanya berpintu.
Heracleus membuka sebuah rumah dengan kuncinya. Dikeluarkan selembar kain sutera hitam. Ketika dibuka sutera itu, terdapat gambar merah, dan pada gambar itu terdapat gambar seorang lelaki bermata besar, bahagian bawahnya besar. Kata Hisyam, dia belum pernah melihat leher sepanjang yang dimilikinya. Lelaki itu tidak berjanggut, rambutnya lebat dan terdapat dua tocang rambut paling cantik di antara semua makhluk Allah. Lalu Heracleus berkata, “Tahukah kalian gambar siapakah ini?”
“Tidak.”
“Ini adalah Adam.”
Rumah yang lain dibuka, dan Heraculeus mengeluarkan sutera hitam darinya. Terdapat gambar seorang berkulit putih, rambut kerinting, sepasang matanya merah, berkepala besar, dan janggut yang elok. Hercules bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang ini?”
“Tidak.”
“Dia adalah Nuh.”
Pintu yang lain dibuka dan beliau mengeluarkan sutera hitam lainnya. Terdapat gambar seorang lelaki tersangat putih, terpancar sepasang mata yang indah, berkening lebar, pipinya panjang dan janggutnya putih, ia seperti tersenyum. Heraculeus bertanya, “Tahukah kalian, siapakah orang ini?”
“Tidak.”
“Orang ini adalah Ibrahim.”
Dibuka pintu yang lain dan sutera hitam diselak. Muncul gambar seorang yang putih, dan demi Allah, dia adalah Rasulullah saw sendiri. Raja bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang ini?”
“Ya. Orang ini adalah Nabi Muhammad, utusan Allah.” Hisyam dan rakannya menangis dan Heraculeus bangkit berdiri sejenak, kemudian duduk lagi, lalu bertanya, “Demi Allah, benarkah gambar ini adalah dia (Nabi saw)?”
“Ya, sesungguhnya gambar ini adalah gambarnya saw, seakan-akan engkau sedang memandang kepadanya.”
Heraculeus memegang sutera itu, memandang mereka dan berkata, “Ingatlah, sesungguhnya rumah ini adalah rumah yang terakhir, tetapi sengaja kusegerakan untuk melihat reaksi kalian.”
Pintu yang lain dibuka dan sutera hitam diselak. Muncul gambar seorang yang hitam manis, berambut kerinting, bermata cekung, pandangannya tajam, wajahnya murung, giginya bertindih, bibirnya dicebikkan seakan-akan sedang dalam keadaan marah. Heraculeus bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang ini?”
“Tidak tahu.”
“Dia adalah Musa.” Di sebelah Hercules terdapat gambar seorang yang mirip dengan Musa, rambutnya berminyak, dahinya lebar, dan kedua matanya seperti juling. Heraculeus bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang ini?”
“Tidak tahu.”
“Ini adalah Harun.”
Pintu lain dibuka dan sutera putih disingkap. Terdapat gambar seorang lelaki hitam manis, tingginya pertengahan, dadanya bidang, dia seakan-akan sedang marah.
Hercules bertanya, ‘Tahukah kalian siapakah orang ini?”
“Tidak.”
“Dia adalah Luth.”
Pintu lain dibuka dan sutera putih diselak. Terdapat gambar seorang lelaki berkulitnya putih kemerah-merahan. Pinggangnya kecil, wajah yang tampan. Hearculeus bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang ini?”
“Tidak.”
“Dialah Ishaq.”
Pintu yang lain dibuka dan sutera putih selak. Terdapat gambar seorang yang mirip dengan Ishaq, pada bibirnya terdapat tahi lalat. Heraculeus bertanya, “Tahukah kalian, siapakah orang ini?”
“Tidak tahu.”
“Ini adalah Ya'qub.”
Dibuka pula pintu lain dan sutera hitam diselak. Terdapat gambar seorang lelaki berkulit putih kemeraha-merahan, berwajah tampan, berhidung mancung dengan tinggi yang cukup elok, pada wajahnya terpancar nur, petanda khusyu'. Heraculeus bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang ini?”
“Tidak tahu.”
“Inilah Ismail.”
Pintu yang lain dibuka dan sutera putih disibak. Terdapat gambar seorang lelaki yang mirip Nabi Adam, wajahnya bercahaya seperti mentari. Heraculeus bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang ini?”
“Tidak tahu.”
“Inilah Yusuf.”
Dibuka pintu yang lain dan sutera putih disibak. Terdapat gambar seorang lelaki berkulit merah, kedua betisnya kecil, matanya rabun, perutnya besar, ketinggian yang sedang, menyandang pedang. Heraculeus bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang ini?”
“Tidak.”
“Ini adalah Daud.”
Dibuka pintu yang lain dan sutera putih diselak. Terdapat gambar seorang lelaki yang bahagian bawahnya besar, kedua kakinya agak panjang seraya mengendarai kuda. Heraculeus bertanya, “Tahukah kalian, siapakah orang ini?”
“Tidak.”
“Ini adalah Sulaiman.”
Dibuka pintu yang lain, dan sutera hitam disingkap. Terdapat gambar seorang berpakaian putih, janggutnya hitam pekat, berambut lebat, kedua matanya indah, dan wajahnya tampan. Heraculeus bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang ini?”
“Tidak.”
“Ini adalah Isa ibnu Maryam.”
Mereka bertanya kepada Hercules, “Dari manakah kamu mendapatkan gambar-gambar ini? Kerana gambar-gambar tersebut sesuai dengan nabi-nabi yang dimaksudkan, mengingat kami melihat Nabi kami sama seperti yang tertera padanya.”
Heracules menjawab, “Sesungguhnya Adam pernah memohon kepada Tuhan agar diperlihatkan para nabi dari keturunannya. Maka Allah menurunkan kepadanya gambar-gambar mereka. Gambar-gambar tersebut berada di dalam perbendaharaan Nabi Adam yang terletak di tempat tenggelamnya matahari. Kemudian dikeluarkan oleh Zul-Qarnain dari tempat penyimpanannya di tempat tenggelamnya matahari, lalu Zul-Qarnain menyerahkannya kepada Nabi Danial.”
Berkata Heraculeus lagi, “Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku suka bila keluar dari kerajaanku, dan sesungguhnya aku nanti akan menjadi orang yang memiliki kerajaan yang paling kecil di antara kalian hingga aku mati.”
Mereka pulang dengan membawa hadiah dari Heraculeus. Ketika sampai pada Khalifah Abu Bakar ra, kisah tersebut diceritakan. Abu Bakar menangis dan berkata, “Kasihan dia. Seandainya Allah menghendaki kebaikan baginya, nescaya dia melakukannya (masuk Islam).”
Kemudian Abu Bakar ra berkata, “Telah menceritakan kepada kami Rasulullah saw, bahawa mereka (orang-orang Nasrani) dan orang-orang Yahudi menjumpai sifat Nabi Muhammad saw pada kitab yang ada pada mereka.”
.
Ref:
* Imam Hakim dalam Al-Mustadrak.
* Al-Hafidz Abu Bakar Al-Baihaqi dalam Dalaailun Nubuwwah.
* Sanad dalam kisah ini tiada yang tercela.

No comments:

Post a Comment