Di dalam surat Nur ayat 35 berbunyi "Allah itu mencahayai langit dan bumi" cahayanya seperti senter yang dihidupkan pada tujuh lapisan kaca, setiap lapis kaca akan bercahaya. Cahayanya bercahaya di atas cahaya (Narun Nur Alan Nur)
-
Jika engkau renungkan ayat diatas, jelas bahwa yang dimaksud dengan cahayanya adalah cahaya Allah itu sendiri (Nur Allah), Mengapa Allah menerangkan perumpamaan cahayaNya?
-
Allah itu gaib, tidak dapat dilihat dan tidak dapat diserupai oleh apapun, Jika ingin mencari dan mengatahui Allah terlebih dahulu engkau harus mengetahui dan mencari cahayaNya
-
Ibarat sebuah senter yang dilempar ke dalam semak belukar pada malam gelap gulita, sebelum dilempar senter itu dihidupkan, akan mudah ditemukan karena ada cahayanya
-
Artinya bila engkau telah mendapatkan cahaya itu, tentu senter yang mengeluarkan cahaya itu juga akan didapat, oleh karenanya kenali dan ketahuilah cahaya Allah
-
Pengatahuan tentang nur Allah merupakan pengetahuan yang paling tua, karena pengatahuan ini akan dimulai dari entah berantah, Artinya saat itu semuanya belum ada nama, Allah belum bernama Allah, Muhammad belum bernama Muhammad, Anas, Kursi, Loh, Kalam belum ada
-
Dalam keadaan tidak ada itulah, ada AH dengan sendirinya, AH ada dengan tidak ada yang mengadakannya, dialah yang awal dan dialah yang Akhir, AH berkata dan mendengar, AH yang melihat, AH yang terlihat, semuanya AH, AH semata-mata, AH itu adalah zat semata-mata, setiap zat pasti akan mempunyai sifat, oleh sebab itu setelah ada AH adalah pula IH
-
IH adalah sifat dari AH, dengan adanya IH menunjukkan AH akan menghilang, disaat itu terjadilah pertengkaran antara AH dan IH, saat itu disebut juga Rabbi Birabbi
-
Zat menyatakan dialah yang Tuhan, tetapi sifat juga mengatakan dialah yang tuhan, oleh sebab itu terjadilah uji menguji antara zat dengan sipat untuk menentukan siapa yang Tuhan
-
Oleh zat disuruhnya sifat menghilang, maka menghilanglah sifat ke dalam tujuh lapis petala bumi, dengan mudah zat bisa mendapatkannya, inilah awal kejadian alam semesta yang masih di alam KUN
-
Selanjutnya sifat meminta agar zat menghilang, zat menjawab, "Kalau aku yang menghilang, tidak dapat dijumpai lagi, karena aku tidak akan menghilang ke dalam tujuh lapis petala bumi atau tujuh lapis petala langit, Aku tidak ke barat atau ke timur, ke utara atau ke salatan, ke atas atau ke bawah, ke luar atau ke dalam, tetapi aku akan menghilang ke dalam hati hambaku yang mukmin "Kabul mukminina baitullah" Orang mukmin itu rumah Allah
-
Saat itu terjadilah perpaduan antara kahar dan kamal, antara jamal dan jalal, ibarat belerang dengan mesiu, berpadulah AH dengan IH, berpadulah zat dengan sifat, Zat hilang sifat pun hilang, di saat itu terbitlah HU sendirinya sebagai wujud fiilrullah
-
Sesungguhnya zat dan sifat hilang ke dalam fiilnya, Fiil ini berbentuk seperti senter yang dihidupkan pada tujuh lapis kaca, Kaca-kaca itu bercahaya di atas cahaya, Fiil ini yang dikatakan Nur Allah atau Nur HU dan nur ini pulalah yang dikatakan Nafsi Wahidah atau Diri yang Satu
-
Maksudnya dialah Muhammad Sebenarnya Diri, Muhammad yang Hak, yang tidak akan pernah lekang dari Tuhan walau sedetikpun, Muhammad rahmatallil alamin, Muhammad tampuk alam, awal kejadian alam semesta, setelah Nur terjadi, Nur melihat kiri dan kanan, ke muka dan kebelakang, Tak ada satupun terlihat olehnya, sehingga Nur mengucapkan ana rabbi, ana rabbi, ana rabbi, tiga kali
-
Di saat itu Tuhan memperingatkan Nur bahwa bukan dia yang tuhan, dengan cara memecah nur menjadi tiga : Nurzuk, Nurlataah, dan Nur Latifah Intasyurun
-
Karena Allah Maha pengasih Maha Penyayang, Nur yang pecah itu bersatu kembali menjadi Nur Zuhud, kemudian Nur melihat ke kiri ke kanan, muka ke belakang, tidak ada juga yang tampak, Nur kembali menyatakan bahwa dialah yang tuhan, Ana rabbi katanya empat kali
-
Allah kembali memperingatkan Nur bahwa dia bukan tuhan, maka pecahlah Nur menjadi empat : Ayat, Kursi, Loh dan Kalam Insyasyurun atas ke hendak Allah, Nur bersatu kembali, kemudian tumbuh sebatang pohon yang bernama pohon Sidratul Muntaha, Pohon bercabang empat di tengahnya terdapat kulah (telaga) Nur
-
Pohon sidratul muntaha itu Nur, kemudian dipanjat oleh Nur Naran Nur Alan Nur, selanjutnya Nur berdiam di dalam telaga Nur, bertahun-tahun pula berpanas, panasnya juga panas Nur, bertahun-tahun juga berhujan, hujannya juga hujan Nur
-
Di dalam keadaan Nur bersenang-senang, turunlah cobaan atau ujian dari Tuhan berupa kabut Yassin menutupi Nur, maka Nur meredup akhirnya gelap gulita sehingga tidak tampak satu pun jua, dan Nur menjadi kebingungan, dalam keadaan kebingungan itulah Allah memperlihatkan cerminnya, Al Khayau Minal Lu' Walhauf
-
Dengan adanya cermin khairullah, Nur melihat dirinya di dalam cermin, saat itu Nur sadar bahwa dia ada karena diadakan, bukan ada dengan sendirinya, Nur tersungkur dan mengucapkan syahdu, syaddu, syaddu, syaddu (4x). Naik saksi aku, naik saksi aku, naik saksi aku, naik saksi aku, namun apa yang disaksikanNya?
-
Jika engkau renungkan ayat diatas, jelas bahwa yang dimaksud dengan cahayanya adalah cahaya Allah itu sendiri (Nur Allah), Mengapa Allah menerangkan perumpamaan cahayaNya?
-
Allah itu gaib, tidak dapat dilihat dan tidak dapat diserupai oleh apapun, Jika ingin mencari dan mengatahui Allah terlebih dahulu engkau harus mengetahui dan mencari cahayaNya
-
Ibarat sebuah senter yang dilempar ke dalam semak belukar pada malam gelap gulita, sebelum dilempar senter itu dihidupkan, akan mudah ditemukan karena ada cahayanya
-
Artinya bila engkau telah mendapatkan cahaya itu, tentu senter yang mengeluarkan cahaya itu juga akan didapat, oleh karenanya kenali dan ketahuilah cahaya Allah
-
Pengatahuan tentang nur Allah merupakan pengetahuan yang paling tua, karena pengatahuan ini akan dimulai dari entah berantah, Artinya saat itu semuanya belum ada nama, Allah belum bernama Allah, Muhammad belum bernama Muhammad, Anas, Kursi, Loh, Kalam belum ada
-
Dalam keadaan tidak ada itulah, ada AH dengan sendirinya, AH ada dengan tidak ada yang mengadakannya, dialah yang awal dan dialah yang Akhir, AH berkata dan mendengar, AH yang melihat, AH yang terlihat, semuanya AH, AH semata-mata, AH itu adalah zat semata-mata, setiap zat pasti akan mempunyai sifat, oleh sebab itu setelah ada AH adalah pula IH
-
IH adalah sifat dari AH, dengan adanya IH menunjukkan AH akan menghilang, disaat itu terjadilah pertengkaran antara AH dan IH, saat itu disebut juga Rabbi Birabbi
-
Zat menyatakan dialah yang Tuhan, tetapi sifat juga mengatakan dialah yang tuhan, oleh sebab itu terjadilah uji menguji antara zat dengan sipat untuk menentukan siapa yang Tuhan
-
Oleh zat disuruhnya sifat menghilang, maka menghilanglah sifat ke dalam tujuh lapis petala bumi, dengan mudah zat bisa mendapatkannya, inilah awal kejadian alam semesta yang masih di alam KUN
-
Selanjutnya sifat meminta agar zat menghilang, zat menjawab, "Kalau aku yang menghilang, tidak dapat dijumpai lagi, karena aku tidak akan menghilang ke dalam tujuh lapis petala bumi atau tujuh lapis petala langit, Aku tidak ke barat atau ke timur, ke utara atau ke salatan, ke atas atau ke bawah, ke luar atau ke dalam, tetapi aku akan menghilang ke dalam hati hambaku yang mukmin "Kabul mukminina baitullah" Orang mukmin itu rumah Allah
-
Saat itu terjadilah perpaduan antara kahar dan kamal, antara jamal dan jalal, ibarat belerang dengan mesiu, berpadulah AH dengan IH, berpadulah zat dengan sifat, Zat hilang sifat pun hilang, di saat itu terbitlah HU sendirinya sebagai wujud fiilrullah
-
Sesungguhnya zat dan sifat hilang ke dalam fiilnya, Fiil ini berbentuk seperti senter yang dihidupkan pada tujuh lapis kaca, Kaca-kaca itu bercahaya di atas cahaya, Fiil ini yang dikatakan Nur Allah atau Nur HU dan nur ini pulalah yang dikatakan Nafsi Wahidah atau Diri yang Satu
-
Maksudnya dialah Muhammad Sebenarnya Diri, Muhammad yang Hak, yang tidak akan pernah lekang dari Tuhan walau sedetikpun, Muhammad rahmatallil alamin, Muhammad tampuk alam, awal kejadian alam semesta, setelah Nur terjadi, Nur melihat kiri dan kanan, ke muka dan kebelakang, Tak ada satupun terlihat olehnya, sehingga Nur mengucapkan ana rabbi, ana rabbi, ana rabbi, tiga kali
-
Di saat itu Tuhan memperingatkan Nur bahwa bukan dia yang tuhan, dengan cara memecah nur menjadi tiga : Nurzuk, Nurlataah, dan Nur Latifah Intasyurun
-
Karena Allah Maha pengasih Maha Penyayang, Nur yang pecah itu bersatu kembali menjadi Nur Zuhud, kemudian Nur melihat ke kiri ke kanan, muka ke belakang, tidak ada juga yang tampak, Nur kembali menyatakan bahwa dialah yang tuhan, Ana rabbi katanya empat kali
-
Allah kembali memperingatkan Nur bahwa dia bukan tuhan, maka pecahlah Nur menjadi empat : Ayat, Kursi, Loh dan Kalam Insyasyurun atas ke hendak Allah, Nur bersatu kembali, kemudian tumbuh sebatang pohon yang bernama pohon Sidratul Muntaha, Pohon bercabang empat di tengahnya terdapat kulah (telaga) Nur
-
Pohon sidratul muntaha itu Nur, kemudian dipanjat oleh Nur Naran Nur Alan Nur, selanjutnya Nur berdiam di dalam telaga Nur, bertahun-tahun pula berpanas, panasnya juga panas Nur, bertahun-tahun juga berhujan, hujannya juga hujan Nur
-
Di dalam keadaan Nur bersenang-senang, turunlah cobaan atau ujian dari Tuhan berupa kabut Yassin menutupi Nur, maka Nur meredup akhirnya gelap gulita sehingga tidak tampak satu pun jua, dan Nur menjadi kebingungan, dalam keadaan kebingungan itulah Allah memperlihatkan cerminnya, Al Khayau Minal Lu' Walhauf
-
Dengan adanya cermin khairullah, Nur melihat dirinya di dalam cermin, saat itu Nur sadar bahwa dia ada karena diadakan, bukan ada dengan sendirinya, Nur tersungkur dan mengucapkan syahdu, syaddu, syaddu, syaddu (4x). Naik saksi aku, naik saksi aku, naik saksi aku, naik saksi aku, namun apa yang disaksikanNya?
No comments:
Post a Comment