Friday, 21 December 2018

keagamaan nur muhamad

KEDATANGAN IMAM MAHADI DAN KEMUNCULAN DAJJAL
Dari perspektif etimologi (asal usul) bahasa, perkataan IMAM bermaksud "PEMIMPIN/KETUA"...
Perkataan MAHDI/MAHADI berasal dari perkataan Hada/Hadi yang bermaksud "PETUNJUK"...
Makanya, perkataan IMAM MAHDI bermaksud "PEMIMPIN/KETUA YANG MEMBERI PETUNJUK"...
Dalam perspektif pengertian ILMU HAKIKAT (Spiritual) Kedatangan Imam Mahadi yang dimaksudkan itu adalah merujuk kepada lahirnya KESADARAN DIRI tentang NUR MUHAMMAD...
Nur itu maksudnya CAHAYA, manakala MUHAMMAD itu merujuk kepada DIRI YANG TERPUJI. Makanya, maksud Nur Muhammad itu adalah CAHAYA DARI DIRI YANG TERPUJI.
Makanya, Kedatangan Imam Mahadi itu merujuk kepada bangkitnya "KESADARAN DIRI TENTANG ROH"....
ROH atau nama panggilan lainnya, NUR MUHAMMAD, Muhammad inilah PETUNJUK (Mahdi) yang dimaksudkan...
Kenapa?....Sebab ROH itu adalah penzahiran CAHAYA langit dan bumi. Bila CAHAYA ini difahami dan DIKENALI, makanya DIRI itu akan menjadi MAHA BIJAKSANA
Kedatangan Imam Mahadi itu bermaksud :
Membangkitnya Kesadaran Diri tentang ROH..
Kebangkitan itu kemudiannya akan membawa KESADARAN menyeluruh tentang Hakikat Diri Bila sudah tahu tentang Diri, engkau akan MERDEKA dan tidak lagi BERTAKLID BUTA dalam AQIDAH dan tidak lagi membuta tuli, ikut ajaran orang tanpa usul periksa, engkau tidak bisa lagi ditindas dan ditipu oleh pihak-pihak yang berkepentingan...
Engkaulah Imam Mahadi bagi Diri engkau sendiri !
Bangkitlah wahai Mahdi, Merdekakanlah Dirimu.....
IMAM MAHADI yang dikenali di seluruh dunia seperti yang selalu disebut-sebutkan itu adalah Imam Mahdi bagi para ulama hadis atau Imam Mahdi bagi ulama ahli kalam, ini disebabkan sifat-sifat, keadaan, kemunculan dan pemerintahannya kita ketahui melalui hadis-hadis Nabi SAW dan juga uraian para ulama ilmu kalam dalam kitab-kitab tauhid mereka...
Imam Mahdi ini mereka uraikan menurut fahaman dan sudut pandangan mereka itu. Maka kita pun turut memahaminya menurut sudut pandangan yang telah ditumpukan oleh mereka itu, Dan itulah juga Imam Mahdi bagi orang awam yang sebenarnya...
Sebab itulah, apabila ada orang lain menceritakan mengenai Imam Mahdi menggunakan sudut pandangan yang berbeda daripada apa yang kita fahami itu, maka ramailah suara menentangnya...
Seolah-olah apa saja pandangan yang bertentangan dengan apa yang kita sudah fahami itu salah belaka, bidaah belaka dan bohong belaka...
Hanya pandangan mereka saja yang betul dan benar, karena kononnya pandangan mereka berdasarkan ayat al-Quran dan hadis...
Pendapat orang lain semuanya salah, maka berlakulah perbedaan yang lebih besar dan merumitkan lagi keadaan, walhasil mereka hanya menyatakan pandangannya, yang sebenarnya tidak salah, hanya berbeda sedikit daripada pandangan kita saja...
Umpamanya, kita selama ini diperdengarkan dengan cerita orang yang melihat Imam Mahdi itu dari arah hadapan saja, maka pandangan dari hadapan itulah yang kita terima dan di anggap benar, apabila ada orang lain yang melihat Imam Mahdi itu dari arah belakang dan menyatakan apa yang dia sedang lihat, maka kita pun marah kepadanya karena dia melihat dari belakang...
Kita tidak sepatutnya memarahi dia sedangkan yang dilihatnya itu adalah Imam Mahdi yang itu juga, cuma dia melihat dari tempat yang lain dari tempat kita melihatnya, maka berbedalah pandangan dia daripada kita, disebabkan berbeda tempat cara memandang itu...
Dalam hal ini, para ahli sufi turut menjelaskan sifat, keadaan dan pemerintahan Imam Mahdi, menurut pandangan mereka pula, dengan sumber yang berbeda pula. Pandangan dan sumber mereka itu tidak pernah dipakai oleh ahli hadis dan ahli ilmu kalam, malah sumber mereka itu dilihat sekali keseluruhan sudut, bagaikan yang pernah digunakan oleh Nabi SAW sendiri dan para sahabat RA. Para ahli sufi ini melihat dari sudut kesufian mereka, dan sumber mereka adalah ilmu laduni, kasyaf dan berita ghaib yang mereka terima...
Ahli sufi atau dikenali juga dengan nama ahli tasyawuf adalah golongan yang berusaha menghampirkan diri dengan Allah SWT, dengan amalan zahir dan batin. Keutamaan mereka adalah pada amalan batinnya, karena yang itulah yang dinilai oleh Allah SWT dan juga merupakan tempat jatuhnya pandangan Tuhan kepada mereka...
Mereka tidak seberapa menghiraukan kepentingan duniawi karena matlumat utama mereka adalah satu, yaitu Allah SWT saja. Disebabkan itu, pandangan dan matlumat hidup mereka jauh berbeda daripada manusia biasa....
Bagi golongan ahli sufi atau tasawuf ini, Imam Mahdi adalah seorang lelaki yang merdeka, seorang yang bertaraf wali, malah wali yang terbesar pernah dilahirkan ke dunia ini (selepas zaman sahabat RA). Beliau juga adalah ketua bagi sekalian wali dan terakhir keluar, digelar sebagai Khatamul Auliah (Penutup Sekalian Wali). Sesuai dengan gelaran dan kedudukan itu, tiada lagi ketua wali yang lebih utama daripada beliau, sama ada sebelum atau selepasnya. Keadaannya sama dengan Rasulullah SAW yang merupakan penutup bagi sekalian rasul dan terakhir keluar, digelar sebagai Khatamul Anbiah (Penutup Sekalian Nabi).
Peranan Imam Mahdi ini disamakan dengan peranan Nabi Muhammad SAW yang menjadi batu terakhir untuk menyiapkan sebuah binaan. Dengan peletakan batu yang terakhir itu ke tempatnya, maka siaplah pembinaan rumah itu keseluruhannya...
Sehubungan itu, sejak diutuskan Nabi Adam AS hinggalah akhirnya, Nabi Muhammad SAW adalah pelengkap bagi para rasul yang diutus itu. Agama yang dibawanya adalah penamat bagi sekalian agama yang pernah disyariatkan, dan terlengkap di antara semua agama.
Sabda Rasulullah SAW,
“Diriku dibanding dengan para anbiah sebelumku adalah seperti seorang lelaki yang membina rumah dan menyempurnakan pembinaannya hinggalah tinggal satu tempat untuk diisi dengan sebongkah batu. Maka akulah batu itu.”(Imam a-Bukhari)
Berdasarkan hadis inilah ahli-ahli tasawuf membuat perbandingan peranan Imam Mahdi dengan peranan Rasulullah SAW. Imam Mahyuddin Ibnu Arabi al-Hatimi, seorang Wali Qutub yang cukup terkenal, di dalam kitab termasyhurnya Fathul Makkiyah, menulis kira-kira begini:
Al-Mahdi yang ditunggu-tunggu itu berperanan sebagai penyempurna tugas sekalian aulia. Beliau adalah umpama sebongkah batu binaan yang akan menutup ruang yang kosong bagi menyempurnakan binaan itu seluruhnya...
Imam Mahyuddin Ibnu Arabi juga menyatakan di dalam kitabnya itu bahwa Imam Mahdi akan muncul pada akhir kurun ketujuh Hijrah. Ijtihadnya ini dibuat memandangkan bahwa tiada sebuah hadis pun yang menyatakan dengan jelas bila Imam Mahdi itu akan muncul...
Oleh karena pada akhir kurun ketujuh Hijrah Imam Mahdi yang dimaksudkan tidak juga muncul-muncul, maka ijtihad beliau itu dianggap batal, namun beliau tetap mendapat satu pahala karena telah berijtihad berdasarkan ilmu yang ada pada beliau, di samping ilmu yang ada padanya membolehkan beliau mengeluarkan ijtihadnya sendiri...
Golongan sufi juga menyatakan pendirian yang tegas bahwa masalah Imam Mahdi adalah masalah khilafiah dan hanyalah furuk dalam ilmu tauhid. Karena itu jugalah masalah Imam Mahdi ini pada peringkat awal Islam dahulu, tidak begitu diambil perhatian oleh golongan sufi ini. Hanya pada sekitar tahun 300 Hijrah saja masalah ini mula diambil berat oleh mereka, dengan membawa satu cerita baru, yang jauh berbeda daripada cerita yang didapati di kalangan ahli hadis dan ahli tauhid. Hal ini bukanlah bidaah, cuma perspektif yang mereka gunakan berlainan daripada perspektif yang lazim kita gunakan. Itu saja. Tidak lebih dan tidak kurang. uraian mereka ini lebih bersifat memperlengkapkan lagi ilmu bagi sekalian umat Islam....
Lalu bagaimana dengan DAJJAL..?
Pandangan itu tidak begitu jauh dengan uraian diatas, Dajjal diumpamakan dengan manusia yg bermata satu, yang hanya melihat dengan satu mata saja, yang hanya memandang pada satu sisi saja, yang hanya memandang pada pandanngan ZAHIR saja, tanpa melihat kepada pandangan yang BATHIN...

No comments:

Post a Comment