Tuesday, 5 May 2015
Tasawuf
®PEMBELAAN IBNU TAIMIYAH DARI TUDUHAN KAFIR®
NOTE : BISMILLAH : DARI RIBUAN KITAB PENULISAN IBNU TAIMIYAH, IA BOLEH DIBAHAGIKAN DALAM 3 KATEGORI UTAMA :
(1) AWALAN USIANYA ® KITAB YANG DITULIS SEMASA AWAL USIANYA DALAM KECETEKKAN ILMU KETUHANAN. IAITU AWALAN USIANYA PADA SAAT BELIAU BELUM MENGKAJI KITAB-KITAB TASAWUF SUFI TINGGALAN SEBELUMNYA.
(2) PERTENGAHAN USIANYA ® KITAB YANG DITULIS SEMASA PENGKAJIAN BELIAU PADA KITAB-KITAB TASAWUF PENINGGALAN PARA ULAMA SUFI DI ZAMAN SALAF SEBELUMNYA.
(3) AKHIR USIANYA ® KITAB YANG DITULIS SETELAH ILMU TASAWUF YANG DIKAJI & DIPELAJARINYA LEBIH DARIPADA 200 ORANG GURU YANG SEBAHAGIAN BESARNYA ADALAH "ARIFBILLAH SUFI" & "WALI-WALI", KARANGAN KITAB SAAT ILMU SUFI YANG TELAH MENGUASAI PEMIKIRAN DAN JIWANYA YANG MANA AKHIRNYA TELAH MENYEBABKAN BELIAU BERTAUBAT DARI PENYIMPANGAN AQIDAH AWALANNYA. BELIAU TELAH MATI SEBAGAI SEORANG SUFI DAN AULIA ALLAH YANG FANABILLAH (TERUCAP "ANA AL-HAQ").
MAKA SEGALA BENTUK CELAAN, HINAAN, KUTUKAN, MENGTAKFIR DAN PENYEBARAN FITNAH TERHADAP DIRI BELIAU HENDAKLAH DIBERHENTIKAN SEGERA.
RASULULLAH TELAH MELARANG MENCELA MUSLIM YANG TELAH MATI MALAH MENCELA MUSLIM YANG MASIH HIDUP PUN TIDAK DIBENARKAN OLEH ALLAH SWT. ISLAM ITU ADALAH AGAMA BERAKHLAK MULIA, MULIA DALAM SANGKAAN PANDANGAN DAN MULIA JUGA DALAM TUTUR BICARA DAN TINDAKAN.
MENCARI-CARI AIB KESALAHAN SESAMA UMAT MUSLIM LEBIH LAGI BUAT MEREKA YANG TELAH BERTAUBAT DAN MENINGGAL DUNIA ADALAH PERBUATAN YANG SANGAT-SANGAT TERCELA LEBIH LAGI DENGAN TUJUAN MENGHINA DAN MENCEMARKAN KESUCIAN KEPERIBADIANNYA.
CUKUPLAH SEKADAR MENYATAKAN BAHAWA IBNU TAIMIYAH TELAH TERSALAH MENGELUARKAN HUJAHNYA DALAM PERSOALAN KETUHANAN SAMASA ZAMAN AWALAN JAHILIAHNYA DAN BELIAU TELAH BERTAUBAT DARI KESILAPANNYA. MAKA BEGITU RAMAI PARA ULAMA SUFI TERMASUK IBNU HAJAR TELAH MEMUJI & MENYANJUNG TINGGI SIFAT KEPERIBADIAN BELIAU YANG TERPUJINYA.
PERKARA YANG LEBIH UTAMA YANG HARUS DIFOKUSKAN ADALAH BAGAIMANAKAH UNTUK MENJELASKAN KEPADA MASYARAKAT AWAM & GOLONGAN PARA ALIM ULAMA YANG MASIH TIDAK MENGERTI AKAN HAL DI ATAS INI, BAHAWA FAHAMAN WAHABI ITU PADA HAKIKATNYA BERSUMBER DARI ASAS KEILMUAN YANG BATIL YANG DIKUTIP DARI KITAB PENULISAN IBNU TAIMIYAH SEMASA ZAMAN KEJAHILAN BELIAU TENTANG ILMU KETUHANAN. (?)
MAKA SEGALA FATWA DAN HUJAH PENULISAN KITAB BELIAU SEMASA ZAMAN KEJAHILANNYA DAHULU PERLULAH PARA ULAMA ASWJ DENGAN TEGAS MENSTATUSKAN SEBAGAI NASKAH KITAB-KITAB YANG PERLU "DIMANSUH" DAN DIMUSNAHKAN DARI PENYEBARANYA PADA MASYARAKAT AWAM AGAR HUJAH MENYELEWENG INI TIDAK TERUS BERKEMBANG BIAK DI DALAM PEMIKIRAN MASYARAKAT.
PERLU DIFAHAMI BAHAWA KITAB PENULISAN IBNU TAIMIYAH JUMLAHNYA MENCECAH RIBUAN BUAH KITAB. MAKA SEGALA TUDUHAN MENGKAFIR DAN SESAT TERHADAP DIRI BELIAU ADALAH DINILAI & "DISUKAT" BERDASARKAN KITAB-KITAB BELIAU YANG "AWAL" YANG DIKARANG SEMASA BELIAU DALAM KEJAHILAN (ILMU KETUHANAN).
MAKA ADAKAH ADIL LAGI "BIJAKSANA" UNTUK MENGHUKUM SESEORANG BERDASARKAN HUJAH FATWA KITAB BELIAU YANG DITULIS PADA ZAMAN AWAL KEJAHILANNYA? PADAHAL PADA AKHIR USIANYA, BELIAU TIDAK LAGI BERPEGANG KEPADA HUJAH FATWA LAMANYA? TIDAKKAH TUAN-TUAN MELIHATNYA? :) (Abuya®)
‘ Ibnu Taimiyah Membungkam Wahhabi
POSTED BY MUHAMMAD ARSYAD AL-FARISI BIN
NAHRUDDIN BIN ALI-O BIN HASAN POSTED ON 21.10
Ibnu Taimiyah Membungkam Wahhabi
(Dengan Lampiran Scan Kitab Nya)
Ibnu Taimiyah Membungkam Wahhabi
Belakangan ini kata ‘salaf’ semakin populer. Bermunculan
pula kelompok yang mengusung nama salaf, salafi, salafuna,
salaf shaleh dan derivatnya. Beberapa kelompok yang
sebenarnya berbeda prinsip saling mengklaim bahwa dialah
yang paling sempurna mengikuti jalan salaf. Runyamnya jika
ternyata kelompok tersebut berbeda dengan generasi
pendahulunya dalam banyak hal. Kenyataan ini tak jarang
membuat umat islam bingung, terutama mereka yang masih
awam. Lalu siapa pengikut salaf sebenarnya? Apakah
kelompok yang konsisten menapak jejak salaf ataukah
kelompok yang hanya menggunakan nama salafi?.
Tulisan ini mencoba menjawab kebingungan di atas dan
menguak siapa pengikut salaf sebenarnya. Istilah salafi
berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu. Menurut
ahlussunnah yang dimaksud salaf adalah para ulama’ empat
madzhab dan ulama sebelumnya yang kapasitas ilmu dan
amalnya tidak diragukan lagi dan mempunyai sanad (mata
rantai keilmuan) sampai pada Nabi SAW. Namun belakangan
muncul sekelompok orang yang melabeli diri dengan
nama salafi dan aktif memakai nama tersebut pada buku-
bukunya.
Kelompok yang berslogan “kembali” pada Al Qur’an dan
sunnah tersebut mengaku merujuk langsung kepada para
sahabat yang hidup pada masa Nabi SAW, tanpa harus
melewati para ulama empat madzhab. Bahkan menurut
sebagian mereka, diharamkan mengikuti madzhab tertentu.
Sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz
dalam salah satu majalah di Arab Saudi, dia juga menyatakan
tidak mengikuti madzhab Imam Ahmad bin
Hanbal.Pernyataan di atas menimbulkan pertanyaan besar di
kalangan umat islamyang berpikir obyektif. Sebab dalam
catatan sejarah, ulama-ulama besar pendahulu mereka
adalah penganut madzhab Imam Ahmad bin Hanbal. Sebut
saja Syekh Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Rajab, Ibnu
Abdil Hadi, Ibnu Qatadah, kemudian juga menyusul
setelahnya Al Zarkasyi, Mura’i, Ibnu Yusuf, Ibnu Habirah, Al
Hajjawiy, Al Mardaway, Al Ba’ly, Al Buhti dan Ibnu Muflih.
Serta yang terakhir Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab
beserta anak-anaknya, juga mufti Muhammad bin Ibrahim,
dan Ibnu Hamid. Semoga rahmat Allah atas mereka semua.
Ironis sekali memang, apakah berarti Imam Ahmad bin
Hanbal dan para imam lainnya tidak berpegang teguh pada
Al-Qur’an dan sunnah? Sehingga kelompok ini tidak perlu
mengikuti para pendahulunya dalam bermadzhab?. Apabila
mereka sudah mengesampingkan kewajiban bermadzhab dan
tidak mengikuti para salafnya, layakkah mereka menyatakan
dirinya salafy?
Aksi Manipulasi Mereka Terhadap Ilmu Pengetahuan
Belum lagi aksi manipulasi mereka terhadap ilmu
pengetahuan. Mereka memalsukan sebagian dari kitab kitab
karya ulama’ salaf. Sebagai contoh, kitab Al Adzkar karya
Imam Nawawi cetakan Darul Huda, Riyadh, 1409 H, yang
ditahqiq oleh Abdul Qadir Asy Syami. Pada halaman 295,
pasal tentang ziarah ke makam Nabi SAW, dirubah judulnya
menjadi pasal tentang ziarah ke masjid Nabi SAW. Beberapa
baris di awal dan akhir pasal itu juga dihapus. Tak cukup itu,
mereka juga dengan sengaja menghilangkan kisah tentang Al
Utbiy yang diceritakan Imam Nawawi dalam kitab tersebut.
Untuk diketahui, Al Utbiy (guru Imam Syafi’i) pernah
menyaksikan seorang arab pedalaman berziarah dan
bertawassul kepada Nabi SAW.
Kemudian Al Utbiy bermimpi bertemu Nabi SAW, dalam
mimpinya Nabi menyuruh memberitahukan pada orang dusun
tersebut bahwa ia diampuni Allah berkat ziarah dan
tawassulnya. Imam Nawawi juga menceritakan kisah ini
dalam kitab Majmu’ dan Mughni.
Pemalsuan juga mereka lakukan terhadap kitab Hasyiah
Shawi atas Tafsir Jalalain dengan membuang bagian-bagian
yang tidak cocok dengan pandangannya. Hal itu mereka
lakukan pula terhadap kitab Hasyiah Ibn Abidin dalam
madzhab Hanafi dengan menghilangkan pasal khusus yang
menceritakan para wali, abdal dan orang-orang sholeh.
Ibnu Taymiyah Vs Wahhaby
Parahnya, kitab karya Ibnu Taimiyah yang dianggap sakral
juga tak luput dari aksi mereka. Pada penerbitan terakhir
kumpulan fatwa Syekh Ibnu Taimiyah, mereka membuang juz
10 yang berisi tentang ilmu suluk dan tasawwuf.
(Alhamdulilah, penulis memiliki cetakan lama) Bukankah ini
semua perbuatan dzalim? Mereka jelas-jelas melanggar hak
cipta karya intelektual para pengarang dan melecehkan
karya-karya monumental yang sangat bernilai dalam dunia
islam. Lebih dari itu, tindakan ini juga merupakan
pengaburan fakta dan ketidakjujuran terhadap dunia ilmu
pengetahuan yang menjunjung tinggi sikap transparansi dan
obyektivitas.
Mengikuti salaf?
Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan masalah
tasawwuf, maulid, talqin mayyit, ziarah dan lain-lain yang
terdapat dalam kitab-kitab para ulama pendahulu wahhabi.
Ironisnya, sikap mereka sekarang justru bertolak belakang
dengan pendapat ulama mereka sendiri.
Pertama, ibnu taimiyah dan imam 4 madzab dukung tasawuf.
Dalam kumpulan fatwa jilid 10 hal 507 Syekh Ibnu Taimiyah
berkata, “Para imam sufi dan para syekh yang dulu dikenal
luas, seperti Imam Juneid bin Muhammad beserta
pengikutnya, Syekh Abdul Qadir al-Jailani serta lainnya,
adalah orang-orang yang paling teguh dalam melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan Allah. Syekh Abdul Qadir al-
Jailani, kalam-kalamnya secara keseluruhan berisi anjuran
untuk mengikuti ajaran syariat dan menjauhi larangan serta
bersabar menerima takdir Allah.
Dalam “Madarijus salikin” hal. 307 jilid 2 Ibnul Qayyim Al-
Jauziyah berkata, “Agama secara menyeluruh adalah akhlak,
barang siapa melebihi dirimu dalam akhlak, berarti ia
melebihi dirimu dalam agama. Demikian pula tasawuf, Imam
al Kattani berkata, “Tasawwuf adalah akhlak, barangsiapa
melebihi dirimu dalam akhlak berarti ia melebihi dirimu dalam
tasawwuf.”
Muhammad bin Abdul Wahhab berkata dalam kitab Fatawa
wa Rosail hal. 31 masalah kelima. “Ketahuilah -mudah-
mudahan Allah memberimu petunjuk – Sesungguhnya Allah
SWT mengutus Nabi Muhammad dengan petunjuk berupa
ilmu yang bermanfaat dan agama yang benar berupa amal
shaleh. Orang yang dinisbatkan kepada agama Islam,
sebagian dari mereka ada yang memfokuskan diri pada ilmu
dan fiqih dan sebagian lainnya memfokuskan diri pada ibadah
dan mengharap akhirat seperti orang-orang sufi. Maka
sebenarnya Allah telah mengutus Nabi-Nya dengan agama
yang meliputi dua kategori ini (Fiqh dan tasawwuf)”.
Demikianlah penegasan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab
bahwa ajaran tasawuf bersumber dari Nabi SAW.
Kedua, Ibnu taymiyah iktiraf mengenai pembacaan maulid.
Dalam kitab Iqtidha’ Sirathil Mustaqim “Di dalam kitab beliau,
Iqtidha’ as-Shiratil Mustaqim, cetakan Darul Hadis, halaman
266, Ibnu Taimiyah berkata, Begitu juga apa yang dilakukan
oleh sebahagian manusia samada menyaingi orang Nasrani
pada kelahiran Isa ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ , ataupun kecintaan kepada
Nabi ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ dan mengagungkan baginda, dan
Allah mengurniakan pahala kepada mereka atas kecintaan
dan ijtihad ini…” Seterusnya beliau nyatakan lagi : “Ia tidak
dilakukan oleh salaf, tetapi ada sebab baginya, dan tiada
larangan daripadanya.”
Kita pula tidak mengadakan maulid melainkan seperti apa
yang dikatakan oleh Ibn Taimiyah sebagai:“Kecintaan kepada
Nabi dan mengagungkan baginda.”
Ketiga, Ibnu taymiyah dan imam madzab iktiraf sampainya
hadiah pahala
Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa barang siapa mengingkari
sampainya amalan orang hidup pada orang yang meninggal
maka ia termasuk ahli bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa juz 24
hal306 ia menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa
mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah pahala orang lain.
Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam agama islam dan
telah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah dan
ijma’ (konsensus ulama’). Barang siapa menentang hal
tersebut maka ia termasuk ahli bid’ah”.
Lebih lanjut pada juz 24 hal 366 Ibnu Taimiyah menafsirkan
firman Allah “dan bahwasanya seorang manusia tidak
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS an-
Najm [53]: 39) ia menjelaskan, Allah tidak menyatakan
bahwa seseorang tidak bisa mendapat manfaat dari orang
lain, Namun Allah berfirman, seseorang
hanya berhak atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan hasil
usaha orang lain adalah hak orang lain. Namum demikian ia
bisa memiliki harta orang lain apabila dihadiahkan
kepadanya.
Begitu pula pahala, apabila dihadiahkan kepada si mayyit
maka ia berhak menerimanya seperti dalam solat jenazah
dan doa di kubur. Dengan demikian si mayit berhak atas
pahala yang dihadiahkan oleh kaum muslimin, baik kerabat
maupun orang lain”
Dalam kitab Ar-Ruh hal 153-186 Ibnul Qayyim membenarkan
sampainya pahala kepada orang yang telah meninggal.
Bahkan tak tangung-tanggung Ibnul Qayyim menerangkan
secara panjang lebar sebanyak 33 halaman tentang hal
tersebut.
Keempat, masalah talqin.
Dalam kumpulan fatwa juz 24 halaman 299 Ibnu Taimiyah
menyatakan bahwa sebagian sahabat Nabi SAW
melaksanakan talqin mayit, seperti Abu Umamah Albahili,
Watsilah bin al-Asqa’ dan lainnya. Sebagian pengikut imam
Ahmad menghukuminya sunnah. Yang benar, talqin
hukumnya boleh dan bukan merupakan sunnah. (Ibnu
Taimiyah tidak menyebutnya bid’ah)
Dalam kitab AhkamTamannil Maut Muhammad bin Abdul
Wahhab juga meriwayatkan hadis tentang talqin dari Imam
Thabrani dalam kitab Al Kabir dari Abu Umamah.
Kelima, tentang ziarah ke makam Nabi SAW.
Dalam qasidah Nuniyyah (bait ke 4058) Ibnul Qayyim
menyatakan bahwa ziarah ke makam Nabi SAW adalah salah
satu ibadah yang paling utama “Diantara amalan yang paling
utama dalah ziarah ini. Kelak menghasilkan pahala melimpah
di timbangan amal pada hari kiamat”.
Sebelumnya ia mengajarkan tata cara ziarah (bait ke
4046-4057). Diantaranya, peziarah hendaklah memulai
dengan sholat dua rakaat di masjid Nabawi. Lalu memasuki
makam dengan sikap penuh hormat dan takdzim, tertunduk
diliputi kewibawaan sang Nabi. Bahkan ia
menggambarkan pengagungan tersebut dengan kalimat “Kita
menuju makam Nabi SAW yang mulia sekalipun harus
berjalan dengan kelopak mata (bait 4048).
Hal ini sangat kontradiksi dengan pemandangan sekarang.
Suasana khusyu’ dan khidmat di makam Nabi SAW kini
berubah menjadi seram. Orang-orang bayaran wahhabi
dengan congkaknya membelakangi makam Nabi yang mulia.
Mata mereka memelototi peziarah dan membentak-bentak
mereka yang sedang bertawassul kepada beliau SAW dengan
tuduhan syirik dan bid’ah. Tidakkah mereka menghormati
jasad makhluk termulia di semesta ini..? Tidakkah mereka
ingat firman Allah “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan
janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras,
sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap yang
lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan
kamu tidak menyadari. “Sesungguhnya orang-orang yang
merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah
orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk
bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS
Al Hujarat, 49: 2-3).
Ke enam , Ibnu taymiyah dukung amalan nisfu syaban
IBNU TAIMIYAH MENGKHUSUSKAN AMALAN SOLAT PADA
NISFU SYA’BAN & MEMUJINYA
Berkata Ibnu Taimiyah dalam kitabnya berjudul Majmuk
Fatawa pada jilid 24 mukasurat 131 mengenai amalan Nisfu
Sya’ban teksnya:
ﺇﺫﺍ ﺻﻠَّﻰ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻭﺣﺪﻩ ﺃﻭ ﻓﻲ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺧﺎﺻﺔ ﻛﻤﺎ ﻛﺎﻥ
ﻳﻔﻌﻞ ﻃﻮﺍﺋﻒ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻓﻬﻮ : ﺣَﺴَﻦْ
Ertinya: ” Apabila seorang itu menunaikan solat pada malam
Nisfu Sya’ban secara individu atau berjemaah secara
KHUSUS sepertimana yang dilakukan oleh sebilangan
masyarakat Islam maka ianya adalah BAIK “.
IBNU TAIMIYAH MENGKHUSUSKAN AMALAN SOLAT NISFU
SYA’BAN KERANA ADA HADITH MEMULIAKANNYA
Berkata Ibnu Taimiyah pada kitab Majmuk Fatawa jilid 24
juga pada mukasurat seterusnya 132 teksnya:
ﻭﺃﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ – ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ – ﻓﻘﺪ ﺭُﻭﻱ ﻓﻲ ﻓﻀﻠﻬﺎ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﻭﺁﺛﺎﺭ
، ﻭﻧُﻘﻞ ﻋﻦ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺃﻧﻬﻢ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﺼﻠﻮﻥ ﻓﻴﻬﺎ، ﻓﺼﻼﺓ ﺍﻟﺮﺟﻞ
ﻓﻴﻬﺎ ﻭﺣﺪﻩ ﻗﺪ ﺗﻘﺪﻣﻪ ﻓﻴﻪ ﺳﻠﻒ ﻭﻟﻪ ﻓﻴﻪ ﺣﺠﺔ )) ﻓﻼ ﻳﻨﻜﺮ ﻣﺜﻞ
ﻫﺬﺍ (( ، ﺃﻣﺎ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻓﻬﺬﺍ ﻣﺒﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﻗﺎﻋﺪﺓ ﻋﺎﻣﺔ ﻓﻲ
ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ﻭﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ
Terjemahan kata Ibnu Taimiyah di atas:
” Berkenaan malam Nisfu Sya’ban maka telah diriwayatkan
mengenai kemulian dan kelebihan Nisfu Sya’ban dengan
hadith-hadith dan athar, dinukilkan dari golongan AL-SALAF
(bukan wahhabi) bahawa mereka menunaikan solat khas
pada malan Nisfu Sya’ban, solatnya seseorang pada malam
itu secara berseorangan sebenarnya telahpun dilakukan oleh
ulama Al-Salaf dan dalam perkara tersebut TERDAPAT
HUJJAH maka jangan diingkari, manakala solat secara
jemaah (pd mlm nisfu sya’ban) adalah dibina atas hujah
kaedah am pada berkumpulnya manusia dalam melakukan
amalan ketaatan dan ibadat” .
IBNU TAIMIYAH MENGALAKKAN KITA MENGIKUT AS-SALAF
YANG MENGKHUSUSKAN AMALAN PADA NISFU SYA’BAN
Berkata Ibnu Taimiyah dalam kitabnya berjudul Iqtido’ As-
sirot Al-Mustaqim pada mukasurat 266 teksnya:
ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣِﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ . ﻓﻘﺪ ﺭﻭﻱ ﻓﻲ ﻓﻀﻠﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﻤﺮﻓﻮﻋﺔ
ﻭﺍﻵﺛﺎﺭ ﻣﺎ ﻳﻘﺘﻀﻲ : ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﻣُﻔﻀَّﻠﺔ . ﻭﺃﻥَّ ﻣِﻦ ﺍﻟﺴَّﻠﻒ ﻣَﻦ ﻛﺎﻥ ﻳَﺨُﺼّﻬﺎ
ﺑﺎﻟﺼَّﻼﺓ ﻓﻴﻬﺎ، ﻭﺻﻮﻡ ﺷﻬﺮ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻗﺪ ﺟﺎﺀﺕ ﻓﻴﻪ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺻﺤﻴﺤﺔ .
ﻭﻣِﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻠﻒ، ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻠﻒ : ﻣَﻦ
ﺃﻧﻜﺮ ﻓﻀﻠﻬﺎ ، ﻭﻃﻌﻦ ﻓﻲ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﻮﺍﺭﺩﺓ ﻓﻴﻬﺎ، ﻛﺤﺪﻳﺚ : [ ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ
ﻳﻐﻔﺮ ﻓﻴﻬﺎ ﻷﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻋﺪﺩ ﺷﻌﺮ ﻏﻨﻢ ﺑﻨﻲ ﻛﻠﺐ ] ﻭﻗﺎﻝ : ﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻨﻬﺎ
ﻭﺑﻴﻦ ﻏﻴﺮﻫﺎ . ﻟﻜﻦ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﺜﻴﺮٌ ﻣِﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ؛ ﺃﻭ ﺃﻛﺜﺮﻫﻢ ﻣﻦ
ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ : ﻋﻠﻰ ﺗﻔﻀﻴﻠﻬﺎ ، ﻭﻋﻠﻴﻪ ﻳﺪﻝ ﻧﺺ ﺃﺣﻤﺪ – ﺍﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ
ﻣﻦ ﺃﺋﻤﺔ ﺍﻟﺴﻠﻒ – ، ﻟﺘﻌﺪﺩ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﻮﺍﺭﺩﺓ ﻓﻴﻬﺎ، ﻭﻣﺎ ﻳﺼﺪﻕ ﺫﻟﻚ
ﻣﻦ ﺍﻵﺛﺎﺭ ﺍﻟﺴﻠﻔﻴَّﺔ، ﻭﻗﺪ ﺭﻭﻱ ﺑﻌﺾ ﻓﻀﺎﺋﻠﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺎﻧﻴﺪ ﻭﺍﻟﺴﻨﻦ
Terjemahan kata Ibnu Taimiyah di atas:
((” Malam Nisfu Sya’ban. Telah diriwayatkan mengenai
kemuliannya dari hadith-hadith Nabi dan kenyataan para
Sahabat yang menjelaskan bahawa ianya adalah MALAM
YANG MULIA dan dikalangan ulama As-Salaf yang
MENGKHUSUSKAN MALAM NISFU SYA’BAN DENGAN
MELAKUKAN SOLAT KHAS PADANYA dan berpuasa bulan
Sya’ban pula ada hadith yang sahih. Ada dikalangan salaf,
sebahagian ahli madinah dan selain mereka sebahagian
dikalangan khalaf yang mengingkarinya kemuliannya dan
menyanggah hadith-hadith yang diwaridkan padanya seperti
hadith
‘Sesungguhnya Allah mengampuni padanya lebih banyak dari
bilangan bulu kambing bani kalb’ katanya mereka tiada beza
dengan itu dengan selainnya, AKAN TETAPI DI SISI
KEBANYAKAN ULAMA AHLI ILMU ATAU KEBANYAKAN
ULAMA MAZHAB KAMI DAN ULAMA LAIN ADALAH
MEMULIAKAN MALAM NISFU SYA’BAN, DAN DEMIKIAN
JUGA ADALAH KENYATAAN IMAM AHMAD BIN HAMBAL
DARI ULAMA AS-SALAF kerana terlalu banyak hadith yang
dinyatakan mengenai kemulian Nisfu Sya’ban, begitu juga hal
ini benar dari kenyataan dan kesan-kesan ulama As-Salaf,
dan telah dinyatakan kemulian Nisfu Sya’ban dalam banyak
kitab hadith Musnad dan Sunan “)).
Tamat kenyataan Ibnu Taimiyah dalam kitabnya berjudul
Iqtido’ As-sirot Al-Mustaqim pada mukasurat 266.
Ke tujuh, Ibnu Taymiyah Bertobat dari aqidah sesat
Syeikhul Islam Imam Al-Hafiz As-Syeikh Ibnu Hajar Al-
Asqolany yang hebat dalam ilmu hadith dan merupakan
ulama hadith yang siqah dan pakar dalam segala ilmu hadith
dan merupakan pengarang kitab syarah kepada Sohih
Bukhari berjudul Fathul Bari beliau telah menyatakan kisah
taubat Ibnu taimiah ini serta tidak menafikan kesahihannya
dan ianya diakui olehnya sendiri dalam kitab beliau berjudul
Ad-Durar Al-Kaminah Fi ‘ayan Al-Miaah As-Saminah yang
disahihkan kewujudan kitabnya oleh ulama-ulama Wahhabi.
Kenyatan bertaubatnya Ibnu Taimiah dari akidah sesat
tersebut juga telah dinyatakan oleh seorang ulama sezaman
dengan Ibnu Taimiah iaitu Imam As-Syeikh Syihabud Din An-
Nuwairy wafat 733H. (Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany,kitab :
Ad-Durar Al-Kaminah Fi “ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan
1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148, dan Imam As-Syeikh
Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H :cetakan Dar Al-Kutub
Al-Misriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab berjudul
Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab )
Ke delapan , Ibnu Taimiyah Memuji Golongan Islam AL-
ASYA’IRAH Manakala Semua Wahhabi Pula Mengkafirkan Al-
Asya’irah
Berkata Syeikhul IslamWahhabi Ahmad Bin Taimiyah Al-
Harrani mengenai golongan Islam iaitu Al-Asya’irah
(teksnya):
” Manakala sesiapa yang melaknat ulama-ulama Al-Asya’irah
maka si pelaknat itu hendaklah dihukum ta’zir dan kembali
laknat itu kepada sesiapa yang melaknat Al-Asyairah juga
sesiapa yang melaknat orang yang bukan ahli untuk dilaknat
maka dialah yang perlu dilaknat, ulama adalah pendukong
cabangan agama dan AL-ASYA’IRAH PULA ADALAH
PENDUKONG DAN PEJUANG ASAS AGAMA ISLAM“.
Demikan kenyataan Ibnu Taimiyah mengenai Al-Asya’irah.
Teks Ibnu Taimiyah tersebut in arabic dalam kitabnya
berjudul Majmuk Fatawa pada juzuk 4 mukasurat12:
ﻭﺃﻣﺎ ﻟﻌﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻷﺋﻤﺔ ﺍﻷﺷﻌﺮﻳﺔ ﻓﻤﻦ ﻟﻌﻨﻬﻢ ﻋﺰﺭ . ﻭﻋﺎﺩﺕ ﺍﻟﻠﻌﻨﺔ ﻋﻠﻴﻪ
ﻓﻤﻦ ﻟﻌﻦ ﻣﻦ ﻟﻴﺲ ﺃﻫﻼً ﻟﻠﻌﻨﺔ ﻭﻗﻌﺖ ﺍﻟﻠﻌﻨﺔ ﻋﻠﻴﻪ . ﻭﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺃﻧﺼﺎﺭ
ﻓﺮﻭﻉ ﺍﻟﺪﻳﻦ، ﻭﺍﻷﺷﻌﺮﻳﺔ ﺃﻧﺼﺎﺭ ﺃﺻﻮﻝ ﺍﻟﺪﻳﻦ
Ke sembilan: Wahaby mensyariatkan Shalat Sunnah Tarawih
8 rekaat, padahal tidak ada satupun Imam Madzab Sunni
yang mensyariatkan.
Pendapat jumhur ahlusunnah : mazhab Hanafi, Syafi’e dan
Hanbali: 20 rakaat (selain Sholat Witir) berdasarkan ijtihad
Sayyiduna Umar bin Khattab. Menurut mazhab Maliki: 36
rakaat berdasarkan ijtihad Khalifah Umar bin Abd al-Aziz.
Bahkan Ibnu taymiyah dan ibnu qayyim pun berpendapat
bahwa shalat tarawih 20 rekaat.
Sholat Qiyam Ramadhan (sholat pada malam bulan
Ramadhan) dinamakan Sholat Tarawih kerana sholat ini
panjang dan banyak rakaatnya. Jadi, orang yang
mendirikannya perlu berehat. Rehat ini dilakukan selepas
mendirikan setiap 4 rakaat, kemudian mereka meneruskannya
kembali (sehingga 20 rakaat). Sebab itulah ia dipanggil
Sholat Tarawih[4].
Ibn Manzhur menyebutkan di dalam Lisan al-Arab: “ ﺍَﻟﺘَّﺮَﺍﻭِﻳﺢُ “
adalah jama’ (plural) “ ﺗَﺮْﻭِﻳﺤَﺔٌ “, yang bermaksud “sekali
istirehat”, seperti juga “ ﺗَﺴْﻠِﻴﻤَﺔٌ “ yang bermaksud “sekali
salam”. Dan perkataan “Tarawih” yang berlaku pada bulan
Ramadhan dinamakan begitu kerana orang akan beristirehat
selepas mendirikan 4 rakaat[5].
Menurut pendapat jumhur iaitu mazhab Hanafi, Syafi’e dan
Hanbali: 20 rakaat (selain Sholat Witir) berdasarkan ijtihad
Sayyiduna Umar bin Khattab. Menurut mazhab Maliki: 36
rakaat berdasarkan ijtihad Khalifah Umar bin Abd al-Aziz.
Imam Malik dalam beberapa riwayat memfatwakan 39 rakaat
[6]. Walau bagaimana pun, pendapat yang masyhur ialah
mengikut pendapat jumhur.
Ke sepuluh : Ibnu Taymiyah dan Imam 4 madzab fatwakan
khamr NAJIS
Data-data di atas adalah sekelumit dari hasil penelitian
obyektif pada kitab-kitab mereka sendiri, sekedar wacana
bagi siapa saja yang ingin mencari kebenaran. Mudah
mudahan dengan mengetahui tulisan-tulisan pendahulunya,
mereka lebih bersikap arif dan tidak arogan dalam menilai
kelompok lain. (Ibnu KhariQ)
Referensi
- Majmu’ fatawa Ibn Taimiyah
- Qasidah Nuniyyah karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
- Iqtidha’ Shirathil Mustaqim karya Ibn Taimiyah cet. Darul
Fikr
- Ar-Ruh karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, cet I Darul Fikr
2003
- Ahkam Tamannil Maut karya Muhammad bin Abdul Wahhab,
cet. Maktabah
Saudiyah Riyadh Nasihat li ikhwanina ulama Najd karya
Yusuf Hasyim
Ar-Rifa’i
Diambil dari rubrik Ibrah, Majalah Dakwah Cahaya Nabawiy
Edisi 60 Th. IV Rabi’ul Awwal 1429 H / April 2008 M
dengan tambahan dari admin salafy tobat.
Lampiran-lampiran :
Lampiran ini ada 7 bagian :
1. Bukti wahaby ubah dan palsukan kitab ulama
2. Bukti wahaby palsukan kitab al-adzkar imam nawawi
3. Ibnu taymiyah : hadiah dzikir dan bacaan alqur’an pada
mayyit sampai
4. Pemalsuan diwan syafei oleh website wahaby (almeyskat
.com)
5. Ibnu taymiyah bertobat dari aqidah tajsim
6. Ibnu taymiyah Galakkan amalan maulid Nabi
7. Ibnu Taymiyah Fatwakan Khamr Najis
8. Ibnu taymiyah galakan talkin mayyit
9. Ibnu taymiyah galakan amalan nisfu sa’ban manakala
wahaby mengkafirkannya
10. Ibnu taymiyah memuji kaidah aqidah asya’irah dalam
salah satu jilid kitab
Majmu fatawa Ibnu taymiyah
11. Ibnu Taymiyah Taubat dari aqidah tajsim “Tuhan Duduk
dan bertempat”
12. Ibnu Taymiyah dan imam hanafy, ahmad, syafii fatwakan
Shalat tarawih 20 rekaat (selain witir)
dan imam maliki fatwakan shalat tarawih 36 rekaat (selain
witir).
1). WAHHABI PALSUKAN & UBAH KITAB TAFSIR ULAMA
Disusun oleh: Abu Syafiq Al-Asy’ary 012-28505 78
DI ATAS ADALAH COVER BAGI KITAB “HASYIYAH AL-
ALLAMAH AS-SOWI ALA TAFSIR JALALAIN”
KARANGAN SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD AS-SOWI
ALMALIKY MENINGGAL 1241H. YANG TELAH DIPALSUKAN
OLEH WAHHABI.CETAKAN DAR KUTUB ILMIAH PADA
TAHUN 1420H IAITU SELEPAS CETAKAN YANG ASAL
TELAH PUN DIKELUARKAN PADA TAHUN 1419H.
INI ISU KANDUNGAN DALAM KITAB YANG TELAH
DIPALSUKAN:
ISI KITAB DI ATAS YANG TELAH DIPALSUKAN & TIDAK
BERSANDARKAN PADA NASKHAH YANG ASAL DAN DIUBAH
PELBAGAI ISI KANDUNGAN ANTARANYA PENGARANG
KITAB TELAH MENYATAKAN WAHHABI ADALAH KHAWARIJ
KERANA MENGHALALKAN DARAH UMAT ISLAM TANPA
HAK. TETAPI DIPALSUKAN OLEH WAHHABI LANTAS
DIBUANG KENYATAAN TERSEBUT. INI MERUPAKAN
KETIDAK ADANYA AMANAH DALAM ILMU AGAMA DISISI
KESEMUA PUAK WAHHABI. NAH…! INILAH KITAB TAFSIR
TERSEBUT YANG ORIGINAL LAGI ASAL:
DI ATAS INI ADALAH COVER KITAB SYARHAN TAFSIR
ALQURAN BERJUDUL
“HASYIYAH AL-ALLAMAH AS-SOWI ALA TAFSIR
JALALAIN”.KARANGAN SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD
AS-SOWI ALMALIKY
MENINGGAL 1241H.CETAKAN INI ADALAH CETAKAN YANG
BERSANDARKAN PADA NASKHAH KITAB TERSEBUT YANG
ASAL.
DICETAK OLEH DAR IHYA TURATH AL-’ARABY.
PERHATIKAN PADA BAHAGIAN BAWAH SEBELUM NAMA
TEMPAT CETAKAN
TERTERA IANYA ADALAH CETAKAN YANG BERPANDUKAN
PADA ASAL KITAB.CETAKAN PERTAMA PADA TAHUN
1419H
IAITU SETAHUN SEBELUM KITAB TERSEBUT DIPALSUKAN
OLEH WAHHABI. INI ISI KANDUNGAN DALAM KITAB
TERSEBUT PADA JUZUK 5 MUKASURAT 78:
DI ATAS INI ADALAH KENYATAAN SYEIKH AS-SOWI DARI
KITAB ASAL MENGENAI WAHHABI DAN BELIAU
MENYIFATKAN
WAHHABI SEBAGAI KHAWARIJ YANG TERBIT DI TANAH
HIJAZ. BELIAU MENOLAK WAHHABI BAHKAN MENYATAKAN
WAHHABI SEBAGAI SYAITAN KERANA MENGHALALKAN
DARAH UMAT ISLAM, MEMBUNUH UMAT ISLAM DAN
MERAMPAS
SERTA MENGHALALKAN RAMPASAN HARTA TERHADAP
UMAT ISLAM.LIHAT PADA LINE YANG TELAH DIMERAHKAN.
Inilah Wahhabi. Bila ulama membuka pekung kejahatan
mereka Wahhabi akan bertindak ganas
terhadap kitab-kitab ulama Islam. Awas..sudah terlalu banyak
kitab ulama Islam dipalsukan oleh
Wahhabi kerana tidak sependapat dengan mereka. Semoga
Allah memberi hidayah kepada Wahhabi dan
menetapkan iman orang Islam.
2). BUKTI KESEMUA SANG WAHHABI PENGKHIANAT KITAB
AGAMA
Peluh yang mengalir, keringat menadah usaha pergi
menuntut mutiara ilmu tidak akan kecapi
serinya sekiranya apa yang dipelajari penuh dengan
pengkhianatan dan hilang keaslianya.
Penipu…!!! Pembohong lagi sang penukar isi kandungan kitab-
kitab ulama merupakan pengkhianat
dan penjenayah yang wajib dihumban ke pintu-pintu neraka
dunia ( jail )… Pengkhianat tersebut
wataknya tidak asing lagi iaitu hero sekalian hero Iblis
Syaiton yang celaka iaitu
Wahhabi Dajjal…!… Demikian kata-kata yang terkeluar
daripada seorang penuntut ilmu agama
yang ikhlas apabila mengetahui kebanyakan isi kandungan
kitab-kitab agama telah diubah,
ditukar dan diputar belit tanpa amanah oleh sang
Pengkhianat Wahhabi. BUKTINYA….
Dalam ratusan kitab ulama Islam antaranya yang telah di
ubah oleh Sang Wahhabi adalah:
(Rujuk kenyataan kitab yang telah di scan di atas)
1- Kitab berjudul Al-Azkar karangan Imam Nawawi cetakan
Dar Al-Huda di RIYADH SAUDI ARABIA
Tahun 1409H Sang Wahhabi mengubah tajuk yang asalnya
ditulis oleh Imam Nawawi adalah
FASAL PADA MENZIARAHI KUBUR RASUL SOLLALLAHU
‘ALAIHI WASALLAM wahhabi menukar kepada
FASAL PADA MENZIARAHI MASJID RASULULLAH. Lihat
perubahan yang amat ketara Wahhabi menukar
pada tajuk besar dalam kitab tersebut dan juga isi
kandungannya dibuang dan diubah. Mungkin bagi
kanak-kanak hingus Wahhabi akan mengatakan.. “alaa..apa
sangat tukarnya…sket jek”.
Saya ( Abu Syafiq ) katakan. Haza ‘indallahi ‘azhim.
Perubahan yang dilakukan oleh sang Wahhabi
adalah amat menyimpang disebaliknya motif dan agenda
tertentu mengkafirkan umat Islam yang
menziarahi maqam Nabi. Ditambah lagi isi kandungan dalam
FASAL tersebut turut dihilangkan
dan dibuang dari kitab tersebut dan kisah ‘Utby turut
dihapuskan dalam FASAL tersebut.
Beginilah jadinya apabila kitab-kitab agama yang diterbitkan
oleh tangan-tangan Wahhabi
yang tidak amanah…pengkhianat agama Allah! Mereka turut
menukar dan berubah kenyataan fakta
dalam kitab Hasyiyah As-Syowy ‘Ala Tafsir Jalalain. Dan
Sang Wahhabi turut membuang kenyataan
pada FASAL yang khas dalam kitab Hasyiyah Ibnu ‘Abidin
As-Syamy. Ini hanya secebis pengkhianatan
sang Wahhabi merubah kesemua kitab-kitab agama mengikut
hawa nafsu Yahudi mereka. Cara yang sama
turut dilakukan oleh Wahhabi sekarang demi membangkitkan
lagi fitnah dalam masyarakat Islam.
Akan datang…pembongkaran ilmiah.. Wahhabi ubah ayat Al-
Quran dan Hadith dalam Sohih Bukhari…
nantikan bahawa SYIAH DAN WAHHABI ADALAH SEKUFU.
3. WAHHABI KAFIRKAN TAHLIL&ZIKIR, Ibnu Taimiah
Mengharuskan&Menggalakkannya Pula
BUKTI WAHHABI MENGKAFIRKAN AMALAN TAHLIL DAN
ZIKIR MANAKALA IBNU TAIMIAH MENGALAKKAN PULA.
DI ATAS ADALAH KITAB IBNU TAIMIAH BERJUDUL MAJMUK
FATAWA JILID 24 PADA MUKASURAT 324.
DI ATAS ADALAH KITAB IBNU TAIMIAH BERJUDUL MAJMUK
FATAWA JILID 24 PADA MUKASURAT 324.
IBNU TAIMIAH DITANYA MENGENAI SESEORANG YANG
BERTAHLIL, BERTASBIH,BERTAHMID,BERTAKBIR
DAN MENYAMPAIKAN PAHALA TERSEBUT KEPADA
SIMAYAT MUSLIM LANTAS IBNU TAIMIAH MENJAWAB
AMALAN
TERSEBUT SAMPAI KEPADA SI MAYAT DAN JUGA
TASBIH,TAKBIR DAN LAIN-LAIN ZIKIR SEKIRANYA
DISAMPAIKAN
PAHALANYA KEPADA SI MAYAT MAKA IANYA SAMPAI DAN
BAGUS SERTA BAIK.
Manakala Wahhabi menolak dan menkafirkan amalan ini.
DI ATAS PULA ADALAH KITAB IBNU TAMIAH BERJUDUL
MAJMUK FATAWA JUZUK 24 PADA MUKASURAT 324.
IBNU TAIMIAH DI TANYA MENGENAI SEORANG YANG
BERTAHLIL 70000 KALI DAN MENGHADIAHKAN KEPADA SI
MAYAT MUSLIM LANTAS IBNU TAIMIAH MENGATAKAN
AMALAN ITU ADALAH AMAT MEMBERI MANAFAAT DAN
AMAT
BAIK SERTA MULIA.
saya nukilkan dari kitab yang lain :
Ahmad bin Hambal dan para sahabat Syafi’i berpendapat
bahwa hal itu sampai kepada si mayit.
Maka sebaiknya si pembaca setelah membacanya
mengucapkan,”Ya Allah aku sampaikan seperti pahala
bacaanku ini kepada si fulan.”
Di dalam kitab “al Mughni” oleh Ibnu Qudamah disebutkan:
Ahmad bin Hanbal mengatakan,
”Segala kebajikan akan sampai kepada si mayit berdasarkan
nash-nash yang ada tentang itu,
karena kaum muslimin biasa berkumpul di setiap negeri
kemudian membaca Al Qur’an dan menghadiahkannya
bagi orang yang mati ditengah-tengah mereka dan tidak ada
yang menentangnya, hingga menjadi kespekatan.”
Tetapi amalan ini adalah amalan kufur disisi Wahhabi.
4). Bait Diwan Imam Syafe’i yang dihilangkan oleh wahabi
****
BAIT YANG HILANG DARI DIWAN IMAM SYAFI’I !
ﻓﻘﻴﻬﺎ ﻭ ﺻﻮﻓﻴﺎ ﻓﻜﻦ ﻟﻴﺲ ﻭﺍﺣﺪﺍ * ﻓﺈﻧﻲ ﻭ ﺣـــﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻳـــﺎﻙ ﺃﻧــــﺼﺢ
ﻓﺬﺍﻟﻚ ﻗﺎﺱ ﻟﻢ ﻳـــﺬﻕ ﻗـﻠــﺒﻪ ﺗﻘﻰ * ﻭﻫﺬﺍ ﺟﻬﻮﻝ ﻛﻴﻒ ﺫﻭﺍﻟﺠﻬﻞ ﻳﺼﻠﺢ
Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu
fiqih dan
juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil
salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin
memberikan nasehat padamu.
Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu
menjalani tasawuf,
maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa.
Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak
mahu mempelajari ilmu fiqih,
maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
COBA DOWNLOAD DARI :
http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=17&book=16
MAKA KALIMAT DI ATAS SUDAH HILANG !
BANDINGKAN DENGAN TERBITAN BEIRUT DAN DAMASKUS:
Dar al-Jil Diwan (Beirut 1974) p.34
Dar al-Kutub al-`Ilmiyya (Beirut 1986) p.48
Bahkan terbitan Dar el-mareefah juga dihilangkan:
http://www.4shared.com/file/37064910/c3ad321/Diwan_es-
Safii.html?s=1
5). Ibnu Taimiah Bertaubat Dari Akidah Salah(DISERTAKAN
DGN SCAN KITAB)
*INI MERUPAKAN ARTIKEL ULANGAN DITAMBAH DENGAN
SCAN KITAB YANG MERUPAKAN BUKTI KUKUH OLEH TUAN
BLOG ATAS KENYATAAN YANG DITULIS.SILA RUJUK
ARTIKEL ASAL:
http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/07/ibnu-taimiah-
bertaubat-dari-akidah.html
*TETAPI INI TIDAK MENOLAK PENTAKFIRAN ULAMA
TERHADAP PEMBAWA AKIDAH TAJSIM. KERANA
GOLONGAN MUJASSIMAH TERKENAL DENGAN AKIDAH
YANG BERBOLAK-BALIK DAN AKIDAH YANG TIDAK TETAP
DAN TIDAK TEGUH.HARAP FAHAM SECARA BENAR DAN
TELITI.
Oleh: abu_syafiq As-Salafy (012-285057 Assalamu3alaykum
Ramai yang tidak mengkaji sejarah dan hanya menerima
pendapat Ibnu Taimiah sekadardari bacaan kitabnya sahaja
tanpa merangkumkan fakta sejarah dan kebenaran dengan
telus dan ikhlas.
Dari sebab itu mereka (seperti Wahhabiyah) sekadar
berpegang dengan akidah salah yang termaktub dalam
tulisan Ibnu Taimiah khususnya dalam permasaalahan usul
akidah berkaitan kewujudan Allah dan pemahaman ayat ” Ar-
Rahman ^alal Arasy Istawa”. Dalam masa yang sama mereka
jahil tentang khabar dan berita sebenar berdasarkan sejarah
yang diakui oleh ulama dizaman atau yang lebih hampir
dengan Ibnu Taimiah yang sudah pasti lebih mengenali Ibnu
Taimiah daripada kita dan Wahhabiyah. Dengan kajian ini
dapatlah kita memahami bahawa sebenarnya akidah
Wahhabiyah antaranya :
1-Allah duduk di atas kursi.
2-Allah duduk dan berada di atas arasy.
3-Tempat bagi Allah adalah di atas arasy.
4-Berpegang dengan zohir(duduk) pada ayat “Ar-Rahman
^alal Arasy Istawa”.
5-Allah berada di langit.
6-Allah berada di tempat atas.
7-Allah bercakap dengan suara.
8-Allah turun naik dari tempat ke tempat dan selainnya
daripada akidah kufur sebenarnya Ibnu Taimiah
telah bertaubat daripada akidah sesat tersebut dengan
mengucap dua kalimah syahadah serta mengaku sebagai
pengikut Asyairah dengan katanya “saya golongan Asy’ary”.
(Malangnya Wahhabi mengkafirkan golongan Asyairah, lihat
buktinya :
).http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/hobi-wahhabi-
kafirkan-umat-islam.html
Syeikhul Islam Imam Al-Hafiz As-Syeikh Ibnu Hajar Al-
Asqolany yang hebat dalam ilmu hadith dan merupakan
ulama hadith yang siqah dan pakar dalam segala ilmu hadith
dan merupakan pengarang kitab syarah kepada Sohih
Bukhari berjudul Fathul Bari beliau telah menyatakan kisah
taubat Ibnu taimiah ini serta tidak menafikan kesahihannya
dan ianya diakui olehnya sendiri dalam kitab beliau berjudul
Ad-Durar Al-Kaminah Fi ‘ayan Al-Miaah As-Saminah yang
disahihkan kewujudan kitabnya oleh ulama-ulama Wahhabi
juga termasuk kanak-kanak Wahhabi di Malaysia ( Mohd Asri
Zainul Abidin).
Kenyatan bertaubatnya Ibnu Taimiah dari akidah sesat
tersebut juga telah dinyatakan oleh seorang ulamasezaman
dengan Ibnu Taimiah iaitu Imam As-Syeikh Syihabud Din An-
Nuwairy wafat 733H. Ini penjelasannya :
Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya
berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi “ayan Al-Miaah As-Saminah
cetakan 1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148 dan Imam As-
Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-
Kutub Al-Misriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab
berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab nasnya:
ﻭﺃﻣﺎ ﺗﻘﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻓﺈﻧﻪ
ﺍﺳﺘﻤﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﺐ ﺑﻘﻠﻌﺔ ﺍﻟﺠﺒﻞ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻭﺻﻞ ﺍﻷﻣﻴﺮ ﺣﺴﺎﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻣﻬﻨﺎ
ﺇﻟﻰ ﺍﻷﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻧﻴﺔ ﻓﻲ ﺷﻬﺮ ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﻭﻝ ﺳﻨﺔ ﺳﺒﻊ ﻭﺳﺒﻌﻤﺎﺋﺔ ،
ﻓﺴﺄﻝ ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻩ ﻭﺷﻔﻊ ﻓﻴﻪ ، ﻓﺄﻣﺮ ﺑﺈﺧﺮﺍﺟﻪ ، ﻓﺄﺧﺮﺝ ﻓﻲ
ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﻭﺍﻟﻌﺸﺮﻳﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻭﺃﺣﻀﺮ ﺇﻟﻰ ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻨﻴﺎﺑﺔ ﺑﻘﻠﻌﺔ
ﺍﻟﺠﺒﻞ ، ﻭﺣﺼﻞ ﺑﺤﺚ ﻣﻊ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ، ﺛﻢ ﺍﺟﺘﻤﻊ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﺃﻋﻴﺎﻥ
ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻭﻟﻢ ﺗﺤﻀﺮﻩ ﺍﻟﻘﻀﺎﺓ ، ﻭﺫﻟﻚ ﻟﻤﺮﺽ ﻗﺎﺿﻲ ﺍﻟﻘﻀﺎﺓ ﺯﻳﻦ ﺍﻟﺪﻳﻦ
ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻲ ، ﻭﻟﻢ ﻳﺤﻀﺮ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻀﺎﺓ ، ﻭﺣﺼﻞ ﺍﻟﺒﺤﺚ ، ﻭﻛﺘﺐ ﺧﻄﻪ
ﻭﻭﻗﻊ ﺍﻹﺷﻬﺎﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻛﺘﺐ ﺑﺼﻮﺭﺓ ﺍﻟﻤﺠﻠﺲ ﻣﻜﺘﻮﺏ ﻣﻀﻤﻮﻧﻪ : ﺑﺴﻢ
ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﺷﻬﺪ ﻣﻦ ﻳﻀﻊ ﺧﻄﻪ ﺁﺧﺮﻩ ﺃﻧﻪ ﻟﻤﺎ ﻋﻘﺪ ﻣﺠﻠﺲ
ﻟﺘﻘﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﺍﻟﺤﺮﺍﻧﻲ ﺍﻟﺤﻨﺒﻠﻲ ﺑﺤﻀﺮﺓ ﺍﻟﻤﻘﺮ ﺍﻷﺷﺮﻑ
ﺍﻟﻌﺎﻟﻲ ﺍﻟﻤﻮﻟﻮﻱ ﺍﻷﻣﻴﺮﻱ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮﻱ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻲ ﺍﻟﻌﺎﺩﻟﻲ ﺍﻟﺴﻴﻔﻲ ﻣﻠﻚ ﺍﻷﻣﺮﺍﺀ
ﺳﻼﺭ ﺍﻟﻤﻠﻜﻲ ﺍﻟﻨﺎﺻﺮﻱ ﻧﺎﺋﺐ ﺍﻟﺴﻠﻄﻨﺔ ﺍﻟﻤﻌﻈﻤﺔ ﺃﺳﺒﻎ ﺍﻟﻠﻪ ﻇﻠﻪ ، ﻭﺣﻀﺮ
ﻓﻴﻪ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺎﺩﺓ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻔﻀﻼﺀ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻔﺘﻴﺎ ﺑﺎﻟﺪﻳﺎﺭ ﺍﻟﻤﺼﺮﻳﺔ
ﺑﺴﺒﺐ ﻣﺎ ﻧﻘﻞ ﻋﻨﻪ ﻭﻭﺟﺪ ﺑﺨﻄﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﺮﻑ ﺑﻪ ﻗﺒﻞ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻷﻣﻮﺭ
ﺍﻟﻤﺘﻌﻠﻘﺔ ﺑﺎﻋﺘﻘﺎﺩﻩ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﺘﻜﻠﻢ ﺑﺼﻮﺕ ، ﻭﺃﻥ ﺍﻻﺳﺘﻮﺍﺀ ﻋﻠﻰ
ﺣﻘﻴﻘﺘﻪ ، ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻷﻫﻞ ﺍﻟﺤﻖ ، ﺍﻧﺘﻬﻰ ﺍﻟﻤﺠﻠﺲ ﺑﻌﺪ
ﺃﻥ ﺟﺮﺕ ﻓﻴﻪ ﻣﺒﺎﺣﺚ ﻣﻌﻪ ﻟﻴﺮﺟﻊ ﻋﻦ ﺍﻋﺘﻘﺎﺩﻩ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ، ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ
ﺑﺤﻀﺮﺓ ﺷﻬﻮﺩ : ( ﺃﻧﺎ ﺃﺷﻌﺮﻱ ) ﻭﺭﻓﻊ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻷﺷﻌﺮﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻪ ،
ﻭﺃﺷﻬﺪ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻤﺎ ﻛﺘﺐ ﺧﻄﺎ ﻭﺻﻮﺭﺗﻪ : )) ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ، ﺍﻟﺬﻱ ﺃﻋﺘﻘﺪﻩ ﺃﻥ
ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻣﻌﻨﻰ ﻗﺎﺋﻢ ﺑﺬﺍﺕ ﺍﻟﻠﻪ ، ﻭﻫﻮ ﺻﻔﺔ ﻣﻦ ﺻﻔﺎﺕ ﺫﺍﺗﻪ ﺍﻟﻘﺪﻳﻤﺔ
ﺍﻷﺯﻟﻴﺔ ، ﻭﻫﻮ ﻏﻴﺮ ﻣﺨﻠﻮﻕ ، ﻭﻟﻴﺲ ﺑﺤﺮﻑ ﻭﻻ ﺻﻮﺕ ، ﻛﺘﺒﻪ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ
ﺗﻴﻤﻴﺔ . ﻭﺍﻟﺬﻱ ﺃﻋﺘﻘﺪﻩ ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻪ : ( ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺍﺳﺘﻮﻯ ) ﺃﻧﻪ
ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ، ﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻋﻠﻰ ﺣﻘﻴﻘﺘﻪ ﻭﻇﺎﻫﺮﻩ ، ﻭﻻ ﺃﻋﻠﻢ ﻛﻨﻪ
ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﻣﻨﻪ ، ﺑﻞ ﻻ ﻳﻌﻠﻢ ﺫﻟﻚ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ، ﻛﺘﺒﻪ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ .
ﻭﺍﻟﻘﻮﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺰﻭﻝ ﻛﺎﻟﻘﻮﻝ ﻓﻲ ﺍﻻﺳﺘﻮﺍﺀ ، ﺃﻗﻮﻝ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﺃﻗﻮﻝ ﻓﻴﻪ ،
ﻭﻻ ﺃﻋﻠﻢ ﻛﻨﻪ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻪ ﺑﻞ ﻻ ﻳﻌﻠﻢ ﺫﻟﻚ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ، ﻭﻟﻴﺲ ﻋﻠﻰ
ﺣﻘﻴﻘﺘﻪ ﻭﻇﺎﻫﺮﻩ ، ﻛﺘﺒﻪ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ، ﻭﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﻳﻮﻡ ﺍﻷﺣﺪ
ﺧﺎﻣﺲ ﻋﺸﺮﻳﻦ ﺷﻬﺮ ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﻭﻝ ﺳﻨﺔ ﺳﺒﻊ ﻭﺳﺒﻌﻤﺎﺋﺔ (( ﻫﺬﺍ ﺻﻮﺭﺓ ﻣﺎ
ﻛﺘﺒﻪ ﺑﺨﻄﻪ ، ﻭﺃﺷﻬﺪ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻳﻀﺎ ﺃﻧﻪ ﺗﺎﺏ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻤﺎ ﻳﻨﺎﻓﻲ
ﻫﺬﺍ ﺍﻻﻋﺘﻘﺎﺩ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺎﺋﻞ ﺍﻷﺭﺑﻊ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭﺓ ﺑﺨﻄﻪ ، ﻭﺗﻠﻔﻆ ﺑﺎﻟﺸﻬﺎﺩﺗﻴﻦ
ﺍﻟﻤﻌﻈﻤﺘﻴﻦ ، ﻭﺃﺷﻬﺪ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﻄﻮﺍﻋﻴﺔ ﻭﺍﻻﺧﺘﻴﺎﺭ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛﻠﻪ ﺑﻘﻠﻌﺔ
ﺍﻟﺠﺒﻞ ﺍﻟﻤﺤﺮﻭﺳﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻳﺎﺭ ﺍﻟﻤﺼﺮﻳﺔ ﺣﺮﺳﻬﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﺘﺎﺭﻳﺦ ﻳﻮﻡ
ﺍﻷﺣﺪ ﺍﻟﺨﺎﻣﺲ ﻭﺍﻟﻌﺸﺮﻳﻦ ﻣﻦ ﺷﻬﺮ ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﻭﻝ ﺳﻨﺔ ﺳﺒﻊ ﻭﺳﺒﻌﻤﺎﺋﺔ ،
ﻭﺷﻬﺪ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﺤﻀﺮ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﺍﻷﻋﻴﺎﻥ ﺍﻟﻤﻘﻨﺘﻴﻦ ﻭﺍﻟﻌﺪﻭﻝ ،
ﻭﺃﻓﺮﺝ ﻋﻨﻪ ﻭﺍﺳﺘﻘﺮ ﺑﺎﻟﻘﺎﻫﺮﺓ
Saya terjemahkan beberapa yang penting dari nas dan
kenyataan tersebut:
1- ﻭﻭﺟﺪ ﺑﺨﻄﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﺮﻑ ﺑﻪ ﻗﺒﻞ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ
ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺍﻟﻤﺘﻌﻠﻘﺔ ﺑﺎﻋﺘﻘﺎﺩﻩ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﺘﻜﻠﻢ ﺑﺼﻮﺕ ،
ﻭﺃﻥ ﺍﻻﺳﺘﻮﺍﺀ ﻋﻠﻰ ﺣﻘﻴﻘﺘﻪ ، ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻷﻫﻞ ﺍﻟﺤﻖ
Terjemahannya: “Dan para ulama telah mendapati skrip yang
telah ditulis oleh Ibnu Taimiah yang telahpun diakui akannya
sebelum itu (akidah salah ibnu taimiah sebelum bertaubat)
berkaitan dengan akidahnya bahawa Allah ta’ala berkata-kata
dengan suara, dan Allah beristawa dengan erti yang hakiki
(iaitu duduk) dan selain itu yang bertentangan dengan Ahl
Haq (kebenaran)”.
Saya mengatakan : Ini adalah bukti dari para ulama islam di
zaman Ibnu Taimiah bahawa dia berpegang dengan akidah
yang salah sebelum bertaubat daripadanya antaranya Allah
beristawa secara hakiki iaitu duduk. Golongan Wahhabiyah
sehingga ke hari ini masih berakidah dengan akidah yang
salah ini iaitu menganggap bahawa Istiwa Allah adalah hakiki
termasuk Mohd Asri Zainul Abidin yang mengatakan istawa
bermakna duduk cuma bagaimana bentuknya bagi Allah kita
tak tahu. lihat dan dengar sendiri Asri sandarkan DUDUK bagi
Allah di :
http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/06/asri-menghidupkan-
akidah-yahudi-allah.html .
6). Ibnu taymiyah Pun Mendukung Maulid Nabi
7). Ibnu Taymiyah Fatwakan Khamr adalah Najis
Jumhur ulama, termasuk imam yang empat (Abu Hanifah,
Malik, Asy-Syafi’i, dan Ahmad rahimahumullah)berpendapat
bahwa khamr adalah najis. Dan ini dibenarkan oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah, Syaikh Muhammad abduh, yusuf
Qardawi dan semua Ulama sunni…
dalam fiqh syafeiyah :
wadah itu kena hukum haram.
- wajib menyucikan diri darinya dan wajib mencuci pakaian
atau badan yang terkena khamr.
untuk jelasnya :
Mari kita lihat tentang Bab Najis.
1. Dalam kitab “ihya ulumuddin” jilid I/458, Bab “Rahasia
Bersuci”, Bagian pertama “tentang bersucidaripada najis”.
Segi pertama : Mengenai apa yang dihilangkan Yang
dihilangkan adalah najis
Benda itu tiga : benda tidak bernyawa (jamaadat), hewan
dan bahagian-bahagian daripada badan hewan. Adapun
benda yang tidak bernyawa : maka semuanya suci selain
khamr dan tiap-tiap yang berasal dari buah anggur kering
yang memabukan.
Hewan itu semuanya suci, selain anjing, babi dan anak dari
keduanya atau salah satu dari keduanya.
Apabila hewan itu mati, maka najis semuanya, kecuali lima :
manusia, ikan, belalang, ulat buah-buahan.
Dan dipandang seperti itu, tiap-tiap makanan yang
berubah.tiap-tiap yang tidak mempunyai darah yang mengalir,
seperti lalat, lipas dan lain-lain, maka tidaklah najis air
jatuhnya ke dalam air. (kitab “ihya ulumuddin” jilid I/458,
Bab “Rahasia Bersuci”, Bagian pertama “tentang bersuci dari
pada najis”, pustaka nasional, singapura, 1988)
2. Fiqh syafei, jilid I halaman 23, Bab Najis dan Tafsir
Muhammad Abduh
(saya ringkas karena dalil dan penjelasannya sangat banyak)
….
Najis ada tiga :
1. Najis Mughaladhah (najis yang tebal/berat) seperti anjing,
babi, anak dari keduanya
2. Najis mukhaffafah, artinya najis yang ringan seperti
kencing bayi yang belum makan (masih menyusu)
3. Najis mutawasittah, artinya najis yang pertengahan…
(khamr masuk dibagian ini…)
Bagian 3. Najis mutawasittah, artinya najis yang pertengahan
Adapun najis mutawasittah terbagi menjadi dua, yaitu ainiyah
(yang kelihatan mata) dan hukmiyah
(yang tidak kelihatan mata).Contoh Najis hukmiyah (yang
tidak kelihatan) yaitu kencing (baul) orang dewasa yang
sudah kering, yang salah satu sifatnya tidak didapati lagi.
Maka cara mensucikannya cukuplah dengan melakukan
(menumpahkan) air keatasnya sekali sahaja, wadah khamr
yang sudah kering termasuk najis hukmiyah, cara
menghilangkannya cukup menyiramkan air satu kali Sedang
cara mensucikan najis ainiyah itu ialah dengan jalan
membasuh yang menghilangkan sifat-sifat najis tersebut.
Tetapi apabila keduanya bau dan warna itu masih tinggal
belumlah dinamakan suci.
Adapun macam-macam najis mutawasittah itu ialah :
1. Kencing (baul) orang dewasa
2. ghaith (tahi), juga tahi burung, ikan, belalang, tau tahi
binatang yang tak berdarah mengalir.
3. Darah
4. nanah
5.Muntah
6. Mazi
7.Madi
8. Mayat/bangkai (selain mayat belalang, ikan dan manusia)
9. Air luka
10. Susu binatang yang haram dimakan dagingnya kecuali
susu manusia.
11. Daging yang dipotong selagi hidup.
12. Khamr (arak) atau minuman yang memabukan.
Khamr menurut imam syafei adalah najis berdasarkan ayat di
bawah ini :
“sesungguhnya arak, judi, berhala dan mengundi nasib
dengan anak panah adalah perbuatan kotor
(keji : rijsun), ia termasuk pekerjaan setan, oleh sebab itu
hendaklah kamu menjauhinya”. (Al-maidah, ayat 90)
Berkata imam zujaj : “Rijis pada lughat, ialah nama bagi tiap
apa yang kotor (keji) dari pekerjaanmaupun perbuatan. Dan
sesungguhnya didalam al-qur’an disebutkan banyak ayat
yang mengenai “najis” yang tidak ada tempat yang nyata
padanya “kotoran menurut hissi (perasaan)”, hanya tersebut
dalam firman Allah : “Katakanlah wahai Muhammad SAW :
Tidak aku peroleh pada yang diturunkan kepadaku sesuatu
makananyang diharamkan atas orang yang memakannya,
kecuali bangkai, darah yang mengalir atau daging babi,
karena sesungguhnya itu barang yang keji (najis : rijsun)
atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. (Al-
an’am ayat 145)(Tafsir Muhammad Abduh, juz 7 hal. 57)
Sedangkan menurut ahli usul : memakaikan satu kalimat
untuk seluruh makna adalah dibolehkan. Oleh sebab itu Babi
maupun Khamr disebut diatas dapat diartikan “keji (rijsun)”
dan dalam kata-katakeji itu termasuk najis, baik menurut
maknanya maupun menurut hissi.
Dengan demikian larangan memakan atau meminumnya,
bukan hanya arak/khamr memabukan atau
mengandungcacing pita yang tidak dapat mati karena api,
tetapi juga karena kedua-duanya adalah NAJIS. Berkata
Imam Ar-Raghib : ” Najis itu adalah sesuatu yang kotor, yang
dapat ditinjau dari empat segi.Adakalanya dari segi tabiat
(sifatnya), adakalanya dari segi akal, adakalanya dari segi
syarat, dan adakalanya dari semua segi diatas. Seperti
mayat. Maka sesungguhnya mayat itu dipandang jijik
menurut tabiat, nafsu,akal dan menurut syarat. Sedang judi
dan Khamr dipandang NAJIS DARI SEGI SYARAT. (Tafsiran
Muhammad Abduh, juz 7 halaman 158 ) dan (Fiqh syafei, jilid
I/26,Bab Najis,Pustaka Antara,Kuala Lumpur,1989).
3. Menurut Prof Dr alQaradawi Khamr adalah Najis
Ini juga pendapat Prof Dr alQaradawi dlm Fatawa Mua
\’asirat.Perbahasan ulama\’ dalam bab najis
sebenarnyatertumpu pada khamar bukan alkohol (anNawawi,
alMajmoo\’: 2/516).
4. Menurut Lembaga Fatwa Al-AzharKhamr adalah Najis
Lembaga Fatwa Al-Azhar berpendapat bahawa alkohol (yang
hukan dari industry khamr) itu tidak najis manakala arak
tetap najis. Setelah membincangkan perkara ini dengan
panjang lebar maka jawatankuasa mengambil keputusan
bahawa minuman ringan yang dibuat sama caranya dengan
arak adalah haram.
Alkohol yang terjadi sampingan dalam proses pembuatan
makanan tidak najis dan boleh di makan.
Ubat-ubatan dan pewangi yang ada kandungan alkohol
adalah harus dan dimaafkan. Berdasarkan fatwa dari Sheikh
Atiyyah Saqr, Mesir, alkohol yang terdapat dalam minyak
wangi tidak menghalang dari sahnya
sembahyang.Menurutnya, alkohol tersebut tidak najis kerana
ia bukan digunakan untuk dijadikan minuman keras.
5. JAKIM – MALAYSIA DAN MUI (Majelis Ulama Indonesia) –
Indonesia Khamr adalah haram dan NAJIS. Sedangkan
alcohol yang bukan berasal dari industri khamr adalah
suci,tetapi jika ia dimasukan dengan sengaja ke dalam suatu
minuman maka minuman itu haram hukumnya. maaf kami
sekedar membuktikan fatwa aliran wahaby bahwa khamr itu
suci adalah fatwa menyesatkan…dan sengaja diperuncing
untuk memecah belah barisan sunni….waspadalah… hukum
khamr iaitu najis mutasawittah, baru kita membahas
mengenai alkohol dengan lebih berhati-hati (terutama copy
paste dari situs-situs wahaby)
_________________________________________
Pendapat sesat wahaby :
Asy-Al-Albani, dan Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin , bin Baz
lihat kata-kata albany :
Syaikh Al-Albani berkata dalam Tamamul Minnah hal. 55 dan
As-shahihah (5/460)
rujuk : http://www.ikhwan_interaktif.com/islam/?
pilih=news&aksi=lihat&id=1733
dan artikel sesat wahaby indonesia : Abu Abdillah
Muhammad Al-Makassari
http://asy-syariah.com/syariah.php?
menu=detil&id_online=311
mereka menghukumi khamr adalah suci!
mereka mengaburkan pengertian alkohol dan khamr sehingga
seolah-olah semua alkohol adalah khamr…
hati-hatilah!
______________
mana alkohol yang tergolong KHamr?
mungkin ini sedikit menjelaskan :
Fatwa MUI Indonesia dan JAKIM Malaysia :
alcohol yang bukan berasal dari industri khamr adalah suci,
tetapi jika ia dimasukan dengan sengaja
ke dalam suatu minuman maka minuman itu haram
hukumnya. lebih jelasnya :
http://salafytobat.wordpress.com/2008/12/13/bukti-wahaby-
fatwakan-khamr-tidak-najis/
10. Wahaby mensyariatkan Shalat Sunnah Tarawih 8 rekaat,
padahal tidak ada satupun Imam Madzab Sunni yang
mensyariatkan
Menurut pendapat jumhur iaitu mazhab Hanafi, Syafi’e dan
Hanbali: 20 rakaat (selain Sholat Witir)
berdasarkan ijtihad Sayyiduna Umar bin Khattab. Menurut
mazhab Maliki: 36 rakaat berdasarkan
ijtihad Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Imam Malik dalam
beberapa riwayat memfatwakan 39 rakaat[6].
Walau bagaimana pun, pendapat yang masyhur ialah
mengikut pendapat jumhur bahkan ibnu taymiyah juga
tarawih 20 rekaat!!!. Lihat dalam kitab fiqh 4 madzab
dibawah ini :
Dalam Kitab “shalat tarawih 20 rekaat karya mufti mesir juga
disebutkan seperti diatas :
Di Sisi Syafeiyyah bilangan raka’at terawih adalah 20 rakaat
dan bukan 8 sebgaimana yang digembar-gemburkan oleh
Mutasyaddid(pelampau) wahabi !
Didalam muka surat ini pula dijelaskan kenyataan Ibnu Hajar
yang menyatakan di sisi
kami selain ahli Madinah adalah 20 raka’at.sementara Ahli
Madinah melakukan mereka itu
dengan 36 raka’at.
Ibnu Taymiyah yang katanya imam badwi Najd wahaby juga
fatwakan tarawih 20 rekaat :
Bacalah sendiri penulisan Dr Ali Juma’ah tantang terawih
.Nak terjemahkan kurang masa.
Walaubagaimana pun telah ana jelaskan dalam tajuk Terawih
20 rakaat. Didalam penulisan Dr Ali Jumaah juga menyatakan
Ibnu Taimiyyah yang didokong oleh golongan MUTASYADDID
(pelampau) juga memfatwakan bilangan rakaat terawih 20
rakaat. Untuk dalil-dalil dalam perkara ini lihat pada artikel
ini di bagian pertama.
http://salafytobat.wordpress.com/2009/09/04/fitnah-danbid%E2%80%99ah-wahaby-salafy-palsu-di-bulan-ramadhan-1/ ⚪ Sumber : http://minhajulmustaqim.blogspot.in/2011/12/ibnu-taimiyah-membungkam-wahhabi.html?m=1 (Edited : Abuya®™)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment