Friday, 29 May 2015
Tazkirah
ADANYA INSAN YANG BERKEINGINAN KEPADA MAQAM KENABIAN - MEREKA ITU PENIRU JALAN-JALAN KENABIAN :
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya ada diantara umat-umatku, itu ada diantara orang-orang yang bukan tergolong di dalam golongan para Nabi, bukan pula para syuhada (Pahlawan Badar yang Syahid dijalan Allah) tetapi mereka berkeinginan memperolehi kedudukan (maqam) seperti kedua golongan tersebut (*menyamai maqam para Wali-Wali silam : iaitu seperti Nabi dan para Syahid. Setiap Nabi dan Para Sahabat adalah bermaqam Wali-Wali Allah).. lalu pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatkan
maqam mereka itu seperti maqam para Nabi dan syuhada.”
Para Sabahat bertanya : “siapa mereka itu ya Rasulullah dan apakah amalan mereka? ”mudah-mudahan kami dapat mengikutinya?“.
Nabi bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka itu tidak mempunyai bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu "bercahaya", dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang disusahkan manusia,”
Kemudian Baginda membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS Yunus [10]:62)
Para Wali Allah (kekasih Allah) suka menangis dan
mengingat Allah.
‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Malaikat memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku
berada di tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa
secara terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah,
tetapi mereka suka menangis secara rahasia, karena
mereka takut mendapat siksa dari Allah.
Mereka suka mengingat Tuhannya(zikirullah) di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Tuhannya. Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dan ketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Hati mereka selalu merindukan Allah(Cinta Allah).
Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang. Mereka berjalan di muka bumi dengan "rendah hati", tidak congkak, sombong, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang.
Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an. Mereka suka membaca Al Qur’an dan suka berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayangNya.
Mereka suka membahagikan nikmat Allah kepada sesama mereka(sedekah harta dan ilmu pengetahuan) dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki mereka di tanah, tetapi hati mereka di langit. Jiwa mereka di bumi, tetapi hati mereka di Arsy. Roh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat.
Mereka hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi. Kemudian beliau menyebutkan firman Allah yang artinya: “Kedudukan yang setinggi itu adalah untuk orang-orang yang takut kepada hadiratKu dan yang takut kepada ancamanKu.” (Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I, hal 16)
Abu Yazid al Busthami mengatakan:
"Para wali Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya. Mereka itu terkurung pada sisi-Nya di dalam hijab (dinding penutup) kegembiraan dan takkan dapat melihat kepada mereka seorangpun di dunia ini maupun diakhirat, yakni tiada dapat mengetahui rahasia mereka."
Imam Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An
Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba
Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh
keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak
akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah
jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya
hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah,
jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi
Allah sangat mulia.
Dengan mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan.
Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’i , pelita ilmu kepada agama-Nya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka.”
Imam Ghazali menyebutkan: “Allah pernah memberi ilham
kepada para siddiq:
“Sesungguhnya ada hamba-hambaKu yang mencintaiKu dan selalu merindukan Aku dan Akupun demikian. Mereka suka mengingatiKu dan memandangKu dan Akupun demikian. Jika engkau menempuh jalan mereka, maka Aku mencintaimu. Sebaliknya, jika engkau berpaling dari jalan mereka, maka Aku murka kepadamu. ”
Tanya seorang siddiq: “Ya Allah, apa tanda-tanda
mereka?”
Firman Allah: “Di siang hari mereka selalu menaungi diri mereka(menyembunyikan diri/uzlah), seperti seorang pengembala yang menaungi kambingnya dengan penuh kasih sayang, mereka merindukan terbenamnya matahari, seperti burung merindukan sarangnya. Jika malam hari telah tiba tempat tidur telah diisi oleh orang-orang yang tidur dan setiap kekasih telah bercinta dengan kekasihnya, maka mereka berdiri tegak dalam solatnya. Mereka merendahkan dahi-dahi mereka ketika bersujud, mereka bermunajat, menjerit, menangis, mengadu dan memohon kepadaKu.
Mereka berdiri, duduk, ruku’, sujud untukKu. Mereka rindu
dengan kasih sayangKu. Mereka Aku beri tiga kurniaan:
Pertama, mereka Aku beri cahayaKu di dalam hati mereka,
sehingga mereka dapat menyampaikan ajaranKu kepada
manusia. Kedua, andaikata langit dan bumi dan seluruh
isinya ditimbang dengan mereka, maka mereka lebih
unggul dari keduanya. Ketiga, Aku hadapkan wajahKu
kepada mereka. Kiranya engkau akan tahu, apa yang akan
Aku berikan kepada mereka?”
Rujukan:-
Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal.. 80
Ihya’ Ulumuddin jilid IV hal 324 dan Jilid I hal 358
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment