Saturday, 2 May 2015

Anak zina


Setelah wanita itu menyapihnya, ia datang dengan membawa bayinya yang sedang memegang sepotong roti di tangan. Ia berkata, “Wahai Nabi Allah, bayi ini telah saya sapih dan kini ia sudah bisa makan sendiri.” Nabi pun memerintahkan agar bayi itu diserahkan kepada salah seorang lelaki dari kaum muslimin dan memerintahkan agar dibuatkan galian sebatas dada untuk menanam tubuh wanita itu. Kemudian beliau memerintahkan kepada orang-orang untuk merajamnya dan mereka pun segera merajamnya.

Mencermati makna hadits ini, kita kan menemukan pesan-pesan yang menakjubkan, antara lain:

Ketika Nabi saw yakin bahwa wanita tersebut mengandung dari hubungan zina, beliau tidak memberikan isyarat apa pun terhadapnya agar melakukan aborsi, baik janinnya belum sempurna maupun sudah sempurna. Berbeda dengan apa yang sering dilakukan oleh orang yang mengandung karena berzina pada masa sekarang, yaitu menggugurkan kandungannya. Mereka telah membunuh jiwa tanpa alasan yang dibenarkan.
Rasulullah memerintahkan agar wanita tersebut pulang dan tinggal di rumahnya sampai melahirkan kandungannya.
Setelah melahirkan, Rasulullah memerintahkan kepadanya agar pulang lagi guna menyusui bayinya sampai masa penyapihan. Wanita itu pun menyusuinya sampai tiba masa penyapihannya dan bayinya sudah mulai bisa makan roti.
Nabi saw menyerahkan bayi itu kepada salah seorang di antara kaum muslimin agar dirawat dan dididik.
Itulah kasih sayang Nabi saw terhadap anak hasil zina dan keinginan beliau yang kuat agar bayi itu tidak terlantar. Apa dosa anak yang baru lahir itu hingga ia harus menanggung konsekuensi perbuatan dosa orang tuanya?

Lahir dari Hasil Perzinahan, Tetap Kita Harus Menyayanginya - Islampos

Ketika Nabi saw yakin bahwa wanita tersebut mengandung dari hubungan zina,

islampos.com

No comments:

Post a Comment